dapat membagikan pikiran mereka secara koheren kepada siswa lain Wormeli, 2011: 92
b Tahap – tahap Teknik Partners A and B
Tahapan dalam tenik Partners A and B yang dikemukakan oleh Wormeli 2011: 54 ini adalah sebagai berikut.
1. Ajarkan pada siswa dengan bentuk pembelajaran yang sesuai dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan. 2.
Setelah kurang lebih 15 menit pembelajaran, mintalah kepada para siswa untuk memilih pasangan atau bisa juga dipilihkan.
3. Pilihlah salah satu sebagai “ A” dan yang lain sebagai “ B”
4. Mintalah A pada setiap pasang untuk berbicara tanpa henti selama 1 menit,
ide demi ide mengenai sesuatu yang baru saja dijarkan atau ide yang timbul karena pengajaran yang baru terjadi.
5. Apabila mereka merasa kesulitan, beri mereka izin untuk menggunakan
catatan mereka. 6.
Tugas B adalah untuk membantu A untuk memberikan kata kunci urutan cerita.
7. Setelah satu menit, mintalah A untuk menyelesaikan kalimatnya dan berhenti
bicara. 8.
A bergantian untuk membantu memberikan kata kunci urutan cerita kepada diam dan mendengarkan dengan baik seperti B.
9. B sekarang harus berbicara selama 1 menit tentang ide atau pemikiran yang
berhubungan dengan pengajaran tadi.
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini menggunakan teknik Partners A and B untuk meningkatkan keterampilan bercerita siswa kelas VII
SMP Negeri 4 Depok, Yogyakarta. Peneliti memilih teknik Partners A and B karena teknik ini merupakan teknik yang dapat melancarkan dalam kegiatan
berbicara. Teknik ini diterapkan untuk meningkatkan pembelajaran bercerita siswa kelas VIIA SMP Negeri 4 Depok, Yogyakarta.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Purwanti 2007 tentang Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Teknik Bercerita
Berpasangan Paired Storytelling Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Imogiri. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa: 1 terjadi peningkatan kualitas proses
pembelajaran keterampilan bercerita pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Imogiri. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator: keaktifan siswa selama proses
berlangsung, perhatian dan konsentrasi siswa dalam menyimak materi pelajaran yang disampaikan guru, minat dan antusias siswa selama pembelajaran yang
diindikatori dengan antusias siswa dalam menggunakan teknik Paired Storytelling, dan keberanian siswa untuk bercerita di depan kelas. Peningkatan
secara proses berdasarkan jumlah skor rata-rata yang diperoleh yaitu 12,57 pada pratindakan, 15,58 pada siklus I, dan 19,73 pada siklus II. 2 terjadi peningkatan
hasil keterampilan bercerita pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Imogiri. Hasil belajar ditandai dengan peningkatan skor nilai siswa pada masing-masing siklus.
Peningkatan tersebut ditandai dengan meningkatnya penguasaan aspek-aspek keterampilan bercerita.
Ada perbedaan antara penelitian Purwanti dengan penelitian ini. Perbedaan tersebut terletak pada subjek penelitian. Subjek penelitian yang
digunakan dalam penelitian Purwanti adalah keterampilan berbicara sedangkan subjek penelitian yang digunkan dalam penelitian ini adalah keterampilan
bercerita.
C. Kerangka Pikir
Bercerita merupakan salah satu aspek dari kegiatan berbicara. Bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan
informasi kepada orang lain. Bercerita dapat dipahami sebagai suatu keterampilan seseorang dalam mengemukakan atau memaparkan dan menjelaskan bagaimana
terjadinya suatu hal, peristiwa, dan kejadian, baik yang dialami diri sendiri maupun orang lain. Bercerita merupakan kegiatan berbahasa lisan yang berkaitan
dengan bunyi bahasa dan ide cerita. Dalam bercerita diperlukan adanya keberanian, idebahan cerita, penguasaan bahasa, dan ekspresi.
Keterampilan bercerita membutuhkan latihan dan pengarahan yang intensif. Namun demikian, pembelajaran bercerita di sekolah pada kenyataannya
mendapat porsi yang sangat minimal. Selain keterbatasan waktu, lemahnya kemampuan bercerita dipengaruhi metode pembelajaran yang kurang efektif.
Penyampaian materi dilakukan dengan metode ceramah dan interaksi hanya terjadi satu arah.