mental, intelektual, kepada para pendengarnya; 3 bertindak, berbuat, menggerakan, maksudnya pembicara menghendaki adanya tindakan atau reaksi
fisik daripada pendengar, setelah mereka bangkit emosi serta kemauannya; dan 4 menyenangkan atau menghibur, pembicara menyenangkan pendengar. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa tujuan umum dari berbicara adalah untuk berkomunikasi, yaitu agar dapat menyampaikan pesan pembicaraan secara efektif.
2. Keterampilan Bercerita
a. Pengertian Keterampilan Bercerita
Pembelajaran bercerita merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keterampilan berbicara. Pembelajaran keterampilan bercerita adalah
pembelajaran yang mampu mengembangkan keterampilan sisiwa dalam berbicara. Bercerita merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Artinya, dalam
bercerita seseorang melibatkan pikiran, kesiapan mental, keberanian, perkataan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh orang lain.
Bercerita merupakan salah satu kebiasaan masyarakat sejak dahulu sampai sekarang. Menurut Nurgiyantoro 2001: 289, bercerita merupakan salah satu
bentuk tugas kemampuan berbicara yang bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan berbicara yang bersifat pragmatis. Ada dua unsur penting yang harus
dikuasai siswa dalam bercerita yaitu linguistik dan unsur apa yang diceritakan. Ketepatan ucapan, tata bahasa, kosakata, kefasihan dan kelancaran,
menggambarkan bahwa siswa memiliki kemampuan berbicara yang baik.
Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan
pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain Poerwadarminta, 1984: 202. Bercerita menuntun siswa menjadi pembicara yang baik dan kreatif. Dengan
bercerita siswa dilatih untuk berbicara jelas dengan intonasi yang tepat, menguasai pendengar, dan untuk berperilaku menarik Puspita, 2007 : 12.
Menurut Tim Penyusun Pusat Bahasa 2007: 210, cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal peristiwa, kejadian, dan
sebagainya, karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, penderitaan orang, kejadian yang nyata atau rekaan. Berdasarkan tinjauan linguistik, bercerita
berasal dari kata dasar cerita yang mendapatkan imbuhan ber- memiliki makna melakukan suatu tindakan.
Bercerita merupakan kegiatan berbicara yang paling sering dilakukan. Bercerita adalah suatu penyampaian rangkaian peristiwa atau pengalaman yang
dialami oleh seorang tokoh. Tokoh tersebut dapat berupa diri sendiri, orang lain, atau bahkan tokoh rekaan, baik berwujud orang maupun binatang.
Haryadi 1997: 64 mengungkapkan unsur cerita yang perlu diperhatikan adalah para tokoh dengan karakternya masing-masing, setting atau latar tempat
terjadinya peristiwa, alur atau jalan cerita dan tema atau amanat cerita. Menurutnya bercerita menuntut kemampuan mengingat-ingat unsur cerita,
menggunakan bahasa yang baik secara improvisasi, peragaan adegan, menyelipkan humor yang segar, menghayati cerita, dan menyampaikan amanat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bercerita adalah suatu kegiatan yang menjelaskan terjadinya suatu hal, peristiwa, dan kejadian
yang dialami diri sendiri ataupun orang lain. Kegiatan bercerita dilakukan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.
b. Faktor – faktor Pokok Bercerita
Untuk mencapai keberhasilan dalam bercerita menurut Sudarmaji 2010:27, harus memperhatikan dua faktor pokok yaitu sebagai berikut.
1 Menyiapkan naskah cerita
a Dari sumber cerita yang sudah ada
Apabila pendidik mengambil dari buku majalah atau komik tertentu itu dinamakan menggunakan sumber cerita yang sudah ada, tentu saja cerita yang
dipilih sudah dipertimbangkan masak-masak. b
Mengarang cerita sendiri Apabila seorang pencerita hendak membuat naskah sendiri, maka yang
terpenting yaitu harus menentukan terlebih dahulu alur atau plot cerita bisa dalam bentuk karangan atau sinopsis, bisa pula ditulis secara detail. Hal penting yang
harus dilakukan dalam mengarang cerita yaitu alur dan plot cerita harus benar- benar dikuasai.
c Teknik Penyajian
Menurut Sudarmadji 2010:32, seorang pencerita perlu menguasai keterampilan dalam bercerita, baik dalam olah vokal, olah gerak, ekspresi dan
sebagainya. Seorang pencerita harus pandai megembangkan berbagai unsur penyajian cerita sehingga terjadi harmoni yang tepat. Secara garis besar unsur-