Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa intelligent quotient memiliki hubungan dengan pemahaman akuntansi.
2.2.2 Hubungan Emotional Quotient Terhadap Pemahaman
Akuntansi
Emotional quotient memungkinkan seseorang untuk memutuskan dalam situasi apa dirinya berada lalu bersikap secara total di dalamnya. EQ
memiliki kesadaran mengenai perasaan milik diri sendiri dan juga perasaan milik orang lain. EQ memberikan rasa empati, cinta, motivasi,
dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat Goleman dalam Zohar Marshall, 2007 : 3
Dengan emotional quotient, seseorang mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca
dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif. Seseorang dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti
kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Sedangkan seseorang yang tidak dapat
mehanan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak kemampuannya untuk memusatkan
perhatian pada tugas-tugasnya dan memiliki pikiran yang jernih. Emotional Quotient yang ditandai dengan kemampuan pengenalan diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan kemampuan sosial akan mempengaruhi perilaku belajar mahasiswa yang nantinya juga
mempengaruhi seberapa besar mahasiswa dalam memahami akuntansi.
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa emotional quotient memiliki hubungan dengan pemahaman akuntansi
2.2.3 Hubungan Spiritual Quotient Terhadap Pemahaman
Akuntansi
Pada dasarnya manusia adalah makhluk spiritual karena selalu terdorong oleh kebutuhan untuk mengajukan pertanyaan mendasar atau
pokok seperti mengapa saya dilahirkan? Spiritual quotient memungkinkan manusia menjadi kreatif, mengubah aturan dan situasi.
Spiritual quotient memberikan rasa moral, kemampuan
menyesuaikan aturan yang kaku diikuti dengan pemahaman dan cinta serta kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai pada
batasnya. Seseorang menggunakan SQ untuk memilih hal baik dan jahat, serta untuk membayangkan kemungkinan yang belum terwujud untuk
bermimpi, bercita-cita, dan mengangkat diri dari kerendahan Zohar Marshall, 2007 :4.
Spiritual Quotient SQ tidak harus berhubungan dengan agama. Bagi sebagian orang, SQ mungkin menemukan cara pengungkapan
melalui agama formal, tetapi beragama tidak menjamin SQ tinggi. Banyak orang humanis dan ateis memiliki SQ sangat tinggi, dan sebaliknya.
Banyak orang yang aktif beragama memiliki SQ sangat rendah. Beberapa penelitian oleh psikolog Gordon Allport, lima puluh
tahun silam, menunjukkan bahwa orang memiliki pengalaman keagamaan lebih banyak diluar batas-batas arus utama lembaga keagamaan daripada
Universitas Sumatera Utara
di dalamnya Zohar Marshall, 2007 :8. Spiritualitas mahasiswa akuntansi yang cerdas akan mampu membantu dalam pemecahan
permasalahan-permasalahan dalam menghadapi kendala-kendala dalam proses pemahaman akuntansi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa spiritual quotient memiliki hubungan dengan pemahaman akuntansi.
2.3 Penelitian Terdahulu