18 menjadi dua bentuk, yaitu ngoko dan krama. Jika terdapat bentuk unggah-
ungguh yang lain dipastikan bahwa bentuk-bentuk itu hanya varian dari ragam ngoko atau krama.
Dari penjelasan para pakar tersebut, dapat diismpulkan bahwa unggah-ungguh basa terdiri atasa ragam ngoko lugu, noko alus, krama lugu,
dan krama alus. Secara lebih rinci, tingkat tutur bahasa Jawa dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Ragam ngoko
1 Ngoko lugu
Ngoko lugu adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua kosakatanya berbentuk ngoko tanpa terselip krama,
krama inggil, atau krama andhap Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka, 2004: 95. Afiks yang digunakan dalam raga mini adalah
afiks di-, -e, dan –ake bukan afiks dipun-, -ipun, dan –aken. Berikut
ini disajikan contoh sebagai berikut. Ragam ngoko lugu tersebut digunakan untuk yang berbicara O1, yang diajak bicara O2, atau
yang dibicarakan O3. Contohnya sebagai berikut:
a Aku wis mangan. O1
Saya sudah makan. b
“Kowe wis mangan?” O2 “Kamu sudah makan?”
c Dheweke wis mangan. O3
Dia sudah makan.
19 Kata mangan dalam kalimat tersebut dapat digunakan untuk
menggantikan aku, kamu, atau dia. Contoh kata yang menggunakn afiks dalam suatu kalimat adalah sebagai berikut:
a
Tasku disilih kancaku wingi awan.
Tas saya dipinjam teman saya kemarin siang. b
Bukune wis diwaca adhiku wingi sore.
Bukunya sudah dibaca adik saya kemarin sore. c
Saiki aku uwis bisa ngrasakake padhange listrik.
Sekarang saya sudah dapat merasakan terangnya listrik. 2
Ngoko Alus Menurut Sry Satriya Wisnu Sasangka 2004: 99 ngoko alus
adalah bentuk unggah-ungguh yang di dalamnya bukan hanya terdiri atas leksikon ngoko dan netral saja, melainkan juga terdiri atas
leksikon krama inggil, krama andhap, dan krama. Afiks yang dipakai dalam ngoko alus ini yaitu di-, -e, dan
–ne. Selanjutnya, Haryana Harjawiyana dan Th. Supriya 2001:
49, menejelaskan bahwa basa ngoko alus digunakan percapakan antara sesama orang yang mempunyai drajad sama, namun karena
mempunyai rasa untuk menghormati, berbicara dengan orang lain yang statusnya lebih tinggi namun kedua orang tersebut sudah akrab
sekali, dan untuk percakapan orang yang statusnya lebih tinggi serta lawan bicara lebih rendah.
20 Berikut ini disajikan contoh ngoko alus.
a
Dhuwite mau wis diasta apa durung, Mas?
„Uangnya tadi sudah dibawa atau belum, Kak?‟ b
Sing ireng manis kae garwane Bu Mulyani.
„Yang hitam manis itu suami Bu Mulyani‟.
b. Ragam krama