23 pengamukanipun Prabu Salya. Wusana, Pandhawa unggul ing jurit
mengsah Kurawa.
B. Kajian tentang Keterampilan Berbicara
1. Pengertian Keterampilan Berbicara
Pengertian keterampilan menurut Yudha dan Rudhyanto 2005: 7, “keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas
seperti motorik, berbahasa, sosial-emosional, kognitif, dan afektif nilai-nilai moral”. Keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi
kebiasaan. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara
keterampilan dengan perkembangan kemampuan keseluruhan anak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2006 keterampilan adalah
kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Jadi, dapat disimpulkan keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas dalam usahanya
untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan anak tidak akan berkembang tanpa adanya
kematangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan pada anak yaitu: keturunan, makanan, intelegensi, pola asuh, kesehatan, budaya,
ekonomi, sosial, jenis kelamin, dan rangsangan dari lingkungan. Sementara itu, berbicara secara umum dapat diartikan suatu
penyampaian maksud ide, pikiran, gagasan, atau isi hati seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat
dipahami oleh orang lain Depdikbud, 19841985: 7. Secara lebih spesifik, Tarigan Haryadi dan Zamzani, 1996: 54 menjelaskan bahwa berbicara
24 adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif,
penggunaannya paling luas dan paling penting. Sejalan dengan ini, Haryadi dan Zamzami 1996: 55 mengatakan
berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi, sebab di dalamnya terjadi pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Burhan
Nurgiyantoro 2000: 276 mengungkapkan bahwa berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu
setelah aktivitas mendengarkan, berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil
berbicara, dapat dikatakan berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar audible dan yang kelihatan visible yang
memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia, demi maksud dan tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan untuk mengekspresikan,
menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang
lain dengan terampil. Maka dari itu, agar untuk meltih siswa terampil berbicara yaitu dengan berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang
yang ada disekitarnya.
25 Mengenai keterampilan berbicara, Burhan Nurgiyantoro 2012:
399 menjelaskan bahwa “untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa yang baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosa kata yang
bersangkutan”. Di samping itu perlu gagasan yang akan disampaikan serta lawan bicara. Dengan demikian, hal yang perlu diperhatikan saat berbicara
dengan orang lain bukan hanya kelancaran dan kejelasan melainkan juga pemilihan kata yang akan digunakan untuk berbicara. Dalam hal ini yang
perlu diperhatikan saat berbicara menggunakan bahasa Jawa yakni tingkat tutur bahasa Jawa. Dengan kata lain pembicara harus mengerti situasi dan
kondisi saat berbicara. Keterampilan berbicara bahasa Jawa juga mempunyai unsur-unsur
pembentuk seperti yang telah diuraikan di atas. Keterampilan berbicara bahasa Jawa dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk mengekspresikan,
menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa Jawa yang baik dan benar. Baik dan
benar dalam hal ini berarti sesuai dengan posisi dan kondisi yang berbicara dan yang dapat dipahami oleh orang lain. Dengan kata lain keterampilan
berbicara bahasa Jawa harus memperhatikan unggah-ungguh basa. Dalam unggah-ungguh basa juga terdapat undha usuk tingkat
tutur serta tindak tanduk sopan santun. Jadi, hal yang perlu diperhatikan dalam berbicara bahasa Jawa selain pelafalan, intonasi, ataupun kefasihan
juga harus memperhatikan unggah-ungguh basa. Karena unggah-ungguh
26 basa merupakan hal yang terpenting saat berbicara menggunakan bahasa
Jawa.
2. Tujuan Berbicara