BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Keaksaraan Fungsional
1. Pengertian Keaksaraan Fungsional
Secara ideologis, keaksaraan merupakan “jiwa” dari suatu program pendidikan dan budaya yang memberi serangkaian nilai yang bermanfaat
untuk membuat berbagai pilihan yang bijak. Keaksaraan dibentuk oleh budaya sebagaimana halnya keaksaraan juga membentuk budaya. Keaksaraan
membantu membentuk kembali kebudayaan sesuai dengan keinginan- keinginan penduduk dalam suatu masyarakat, dengan demikian masyarakat
yang bersangkutan yang memutuskan perubahan-perubahan apa yang hendak mereka ciptakan untuk kebudayaan mereka, termasuk budaya baca
tuliskeaksaraan Kusnadi, 2005:7-8. Menurut Hunter dalam Kusnadi 2005:78-79, terdapat tiga kategori
besar tentang definisi keaksaraan, dimana setiap kategori didasari oleh asumsi yang sangat berbeda dari peran keaksaraan dalam kehidupan setiap individu
dan dalam kehidupan masyarakat, yaitu: a.
Literacy as a set of basic skills, abilities, or competencies keaksaraan merupakan seperangkat keterampilan dan
kemampuan atau kompetensi b.
Literacy as the necessary foundation for higher quality of life keaksaraan sebagai dasar yang penting untuk meningkatkan
kualitas kehidupan yang lebih baik c.
Literacy as a reflection of political and structural realities keaksaraan merupakan refleksi dari kenyataan politik dan
sruktural Berdasarkan penjelasan di atas, pengertian keaksaraan di Indonesia
merupakan kombinasi dari ketiga pengertian dan peran keaksaraan tersebut, 15
namun lebih menitikberatkan pada pengertian kedua yaitu penekanan pada peningkatan kualitas hidup dan pemberdayaan masyarakat, terutama bagi
warga belajar yang mengikuti program tersebut. Masyarakat Indonesia masih banyak yang mengalami buta hurufbuta aksara, sehingga masyarakat tidak
bisa meningkatkan kualitas hidupnya. Oleh karena itu perlu dibentuk suatu program yang mampu menjembatani antara kebodohan buta huruf dan
kemiskinan menjadi mampu baca, tulis, hitung dan sekaligus mampu berusaha mencari nafkah minimal untuk kehidupan dirinya dan keluarganya, yaitu
program keaksaraan fungsional. Menurut Kusnadi 2005:77 “Keaksaraan fungsional functional
literacy secara sederhana diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis.”
Namun menurut Napitupulu 1998 dalam Kusnadi, 2005:77 “Keaksaraan didefinisikan secara luas sebagai pengetahuan
dasar dan keterampilan yang diperlukan oleh semua di dalam dunia yang berubah cepat, merupakan hak asasi manusia”. Lebih lanjut
dikatakan bahwa: “Di dalam setiap masyarakat, keaksaraan merupakan keterampilan yang diperlukan pada dirinya dan salah satu
fondasi bagi keterampilan-keterampilan hidup orang lain”. Di samping itu, keaksaraan merupakan katalisator untuk berperan serta dalam
kegiatan-kegiatan sosial, kebudayaan, politik, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat, serta merupakan sarana untuk belajar
sepanjang hayat.
Menurut Sihombing 1999:21 menjelaskan bahwa: “keaksaraan fungsional adalah pengembangan dari program pemberantasan buta huruf.”
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan keaksaraan dasar warga masyarakat buta aksara warga belajar sesuai dengan minat dan kebutuhan
hidupnya. Kegiatan ini diselenggarakan untuk melayani warga masyarakat 16
yang menyandang buta aksara, usia 10-44 tahun, dengan prioritas usia 17-30 tahun. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diselenggarakan selama 6 bulan
dalam kelompok-kelompok belajar kejar, rata-rata tiap kelompok 10 orang, dibantu oleh seorang tutor. Materi pelajaran dan sarana belajar dikembangkan
dan berkaitan dengan mata pencaharian warga belajar. Penilaian hasil belajar dilakukan melalui tulisan warga belajar tentang mata pencahariannya, jadi
tidak dilakukan test hasil belajar. Menurut Kusnadi 2005:304, menyatakan bahwa “fungsional dalam
keaksaraan berkaitan erat dengan fungsi dan atau tujuan dilakukanya pembelajaran di dalam pendidikan keaksaraan, serta adanya jaminan bahwa
hasil belajar benar-benar bermakna atau bermanfaat.” Keaksaraan Fungsional merupakan suatu pendekatan atau cara untuk
mengembangkan kemampuan warga belajar dalam menguasai dan menggunakan keterampilan menulis, membaca, berhitung, berfikir,
mengamati, mendengar, dan berbicara yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari dengan memanfaatkan potensi yang ada dilingkungan sekitar
warga belajar. Program keaksaraan fungsional adalah sarana terpenting untuk menciptakan manusia yang kritis, apresiatif, dan dinamis dalam rangka
mengelola kehidupan kemanusiannya, terutama bagi warga masyarakat yang karena berbagai hal, tidak terlayani oleh pendidikan sekolah. Keaksaraan
fungsional menekankan pada suatu kemampuan untuk dapat mengatasi suatu kondisi baru yang tercipta oleh lingkungan masyarakat, agar warga belajarnya
17
dapat memiliki kemampuan fungsional berfungsi bagi diri dan masyarakatnya.
Dari uraian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa program keaksaraan fungsional merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan luar sekolah bagi
masyarakat yang belum dan ingin memiliki kemampuan ca-lis-tung, dan setelah mengikuti program ini hasil belajarnya mereka memiliki kemampuan
“baca-tulis hitung” dan menggunakannya serta berfungsi bagi kehidupannya. Artinya mereka tidak hanya memiliki kemampuan ca-lis-tung dan
keterampilan berusaha atau bermata-pencaharian saja, tetapi juga dapat survive dalam kehidupannya.
2. Komponen Keaksaraan Fungsional