2003. Pada selang waktu tertentu, sampel-sampel tissue-engineered skin ditempatkan
dalam 4 formaldehyde semalaman, didehidrasikan dalam kenaikan konsentrasi etanol secara berurutan, dan ditanam dalam paraffin. Bagian-bagian 5µm ditandai dengan
haematoxylin and eosin HE untuk observasi histologi. Immunostaining terbentuk menggunakan primary mouse anti-human monoclonal antibody specific untuk pan-CK,
CK-10 Maixin_Bio, Fuzhou, Cina dan normal host serum dimana disetujui sebagai kontrol negatif, diikuti dengan staining yang sesuai horse radish peroxidase HRP-
conjugated secondary antibodies. Slide diproses dalam diaminobenzidine dan redyed dengan larutan haematoxylin, dehydrated dan mounted in Permount. Gambar
divisualisasikan diatas Olympus microscope Olympus, Japan dan penangkapan dengan kamera yang dihubungkan ke komputer Han, 2010.
2.9.10 Kultur Sel
Pada studi kultur sel dapat digunakan sel dari lapisan epidermis manusia. Sebelum mulai bekerja dengan sel-sel, harus dipastikan bahwa sejumlah medium, buffer dan enzim
yang dibutuhkan telah di pra-hangat setidaknya sampai suhu kamar. Selalu menggunakan instrumen steril, teknik aseptik, dan bekerja di sebuah aliran laminar untuk
mempertahankan sterilitas.
Sebagai catatan penting: sel-sel dapat dibudidayakan pada 35 atau 37°C dengan
5 CO
2
. Sebagai misal keratinosit epidermis diisolasi dari kulit, inkubasi pada 35°C dapat dianggap suatu perlakuan yang lebih fisiologis. Namun sel dapat tumbuh sedikit
lebih cepat ketika dikultivasi pada 37°C, dibandingkan denganinkubasi pada 35°C
Bernice, 1994.
2.9.11 Evaluasi Hewan In Vivo
Dua belas tikus sehat, berat sekitar 200 g, yang diperoleh dari laboratorium hewan dan dibagi menjadi empat kelompok secara acak. Scaffold kolagenkitosan 10 wt yang
diolah dengan GA 0,25 disterilkan dengan direndam dalam 75 vv etanol, selama 30 menit dan dicuci dengan PBS pH 7,4 5 kali setiap 5 menit. Sebelum implantasi,
rambut permukaan dorsal tikus dicukur. Kemudian semua tikus dibius dengan administrasi intravena, ketamine-HCl 20 mgkg. Permukaan dorsal tikus disterilkan
dengan 5 PVP-I, dimana kantong subkutan dibuat. Dalam setiap kelompok, empat
Universitas Sumatera Utara
scaffold 0,5x1 cm
2
tertanam dalam subkutan pada permukaan dorsal tikus. Harvest dilakukan secara acak dalam kelompok yang dipilih pada 3 hari, dan 1, 2, 4 minggu
setelah implantasi. Pada saat dipanen, sisi implantasi dipotong dengan ketebalan penuh termasuk kedua sisi kulit dan tulang rawan telinga. Bagian parafin diwarnai dengan
reagen Hematoxylin-Eosin HE untuk pengamatan histologis Ma, 2003.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian FMIPA USU, Laboratorium Farmasi USU, Laboratorium Teknik Metalurgi UI Depok, Jakarta, dan
Laboratorium Skin Culture PT. Kimia Farma Pusat, Jakarta. Waktu pelaksanaan penelitian mulai Bulan November 2011 sampai dengan Bulan November 2012.
3.1 Bahan-Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tabel 3.1 Bahan-bahan untuk pembuatan scaffold
No. Bahan-bahan
JenisMerk
1. Kitosan
Dari Cangkang Belangkas, DD 90,2,
Laboratorium Penelitian FMIPA USU.
2. Collagen Bovine 1
DSM Nutritional Products Ltd. 3.
Asam asetat glacial Analytical grade 0,5M, VWR, Int.
4. Glutaraldehide
0,25 dalam ddH
2
O, Shanghai Pharm.Co
China
5. Aqua bides
Tabel 3.2 Bahan-bahan untuk uji biologi kultur sel
No. Bahan-bahan
Jenis
1. Phospate Buffer Saline PBS,
tanpa Ca
2+
dan Mg Sigma Aldrich, St. Louis, MO.
2+
2. Hank’s Balanced Salt Solution
HBSS, dengan dan tanpa Ca
2+
dan Mg Sigma Aldrich, St. Louis, MO.
2+
3. PenicillinStreptomycin
Gibco Cat. No.15070-063 4.
Antimycotic amphotericin B solution
5. TrypsinEDTA
0,25 wv, Gibco Cat.No.25200-072 6.
TrypsinEDTA 0,05 wv0,53 mM
Universitas Sumatera Utara