Observasi Histologi dan Immunohistochemistry Kultur Sel

Remaining weight = WW i x 100 …………… 2.7 dimana W i Scaffold yang sudah ditimbang berat keringnya disterilisasi dengan merendam dalam ethanol 70 dan diolah dalam PBS pH 7,4 pada 37 berat kering awal dan W berat kering setelah degradasi enzymatik Tsai, 2007. o C mengandung 1,6 µgml 112 unitsml lysozyme hen egg-white. Konsentrasi dari lysozyme yang digunakan berhubungan dengan konsentrasi human serum. larutan lysozyme direfresh setiap hari untuk memastikan aktivitas enzyme secara rutin. Setelah 7, 14, 21 dan 28 hari, sampel dipindahkan dari medium, dibilas dengan distilled water, dibekukan, diliofilisasi dan ditimbang. Uji dilakukan triplicate untuk tiap scaffold. Tingkat degradasi dihitung sebagai persentase berat yang dikandung scaffold kering setelah diolah dengan lysozyme. Untuk memisahkan antara degradasi enzymatik dan dissolution terputusnya, sampel kontrol disimpan selama 28 hari dibawah kondisi yang sama tanpa penambahan lysozyme. Persentase dari berat yang dikandung dihitung menggunakan persamaan 2.8 berikutini: Berat yang terkandung = W i -W f W i x 100 …………… 2.8 dimana Wi merupakan berat awal scaffold dan Wf berat scaffold setelah diolah digested Tangsadthakun, 2006.

2.9.9 Observasi Histologi dan Immunohistochemistry

Contoh scaffold kolagenkitosan yang diolah dengan GA 0,25 setelah ditanam selama 28 hari, dibentuk kedalam bentuk parafin. Setelah dewaxed dan blocked dengan 3 bv bovine serum albumin dalam PBS pH 7,4 BSAPBS selama 20 menit pada 20 o C, bagian scaffold diinkubasi selama 12 jam pada 4 o C dengan mouse anti-bovine jenis I kolagen IgG diencerkan 1:100 dan dicuci dengan PBS pH 7.4 3 kali, setiap 5 menit. Selanjutnya, bagian ini diinkubasi selama 30 menit pada 37 o C dengan biotinylated goat anti-mouse IgG diencerkan 1:300 dan dicuci dengan PBS pH 7,4. Slide kemudian direaksikan dengan avidinconjugated peroksidase diencerkan 1:30 pada 37 o C selama 30 menit. Akhirnya, bagian yang ditampilkan dengan DAB dan ditanam dalam parafin untuk menghasilkan noda positif. Bagian-bagian dioservasi dengan light-microscope Ma, Universitas Sumatera Utara 2003. Pada selang waktu tertentu, sampel-sampel tissue-engineered skin ditempatkan dalam 4 formaldehyde semalaman, didehidrasikan dalam kenaikan konsentrasi etanol secara berurutan, dan ditanam dalam paraffin. Bagian-bagian 5µm ditandai dengan haematoxylin and eosin HE untuk observasi histologi. Immunostaining terbentuk menggunakan primary mouse anti-human monoclonal antibody specific untuk pan-CK, CK-10 Maixin_Bio, Fuzhou, Cina dan normal host serum dimana disetujui sebagai kontrol negatif, diikuti dengan staining yang sesuai horse radish peroxidase HRP- conjugated secondary antibodies. Slide diproses dalam diaminobenzidine dan redyed dengan larutan haematoxylin, dehydrated dan mounted in Permount. Gambar divisualisasikan diatas Olympus microscope Olympus, Japan dan penangkapan dengan kamera yang dihubungkan ke komputer Han, 2010.

2.9.10 Kultur Sel

Pada studi kultur sel dapat digunakan sel dari lapisan epidermis manusia. Sebelum mulai bekerja dengan sel-sel, harus dipastikan bahwa sejumlah medium, buffer dan enzim yang dibutuhkan telah di pra-hangat setidaknya sampai suhu kamar. Selalu menggunakan instrumen steril, teknik aseptik, dan bekerja di sebuah aliran laminar untuk mempertahankan sterilitas. Sebagai catatan penting: sel-sel dapat dibudidayakan pada 35 atau 37°C dengan 5 CO 2 . Sebagai misal keratinosit epidermis diisolasi dari kulit, inkubasi pada 35°C dapat dianggap suatu perlakuan yang lebih fisiologis. Namun sel dapat tumbuh sedikit lebih cepat ketika dikultivasi pada 37°C, dibandingkan denganinkubasi pada 35°C Bernice, 1994.

2.9.11 Evaluasi Hewan In Vivo