membentuk amino grup dengan muatan kationik -NH
3 +
2. Sifat biologi:
. Kelarutannya dicapai pada pH lebih rendah dari 5,5.
a. Dapat terdegradasi secara alami b. Polimer alami
c. Nontoksik 3.
Sifat Kimia: a. Linear poliamin poli D-glukosamin yang memiliki gugus amino yang baik
untuk reaksi kimia dan pembentukan garam dengan asam. b. Gugus amino yang reaktif
c. Gugus hidroksil yang reaktif C3-OH, C6-OH yang dapat membentuk senyawa turunannya.
Berat molekul kitosan rata-rata 10
5
-10
6
, menurut Muzarelli kitosan dengan berat molekul 120.000 dapat diamati dengan Light Scattering Technique LST. Hackman dan
Goldberg menggambarkan kitin mempunyai BM rata-rata 1.036.000 dan derajat polimerisasi rata-rata 5.206. Beberapa metode yang digunakan untuk mengukur BM
kitosan yaitu: osmotic pressure measurements, end groups analysis, gel permeation chromatography dan steric exclusion chromatography serta yang banyak digunakan
adalah solution viscosity measurements Muzzarelli, 2009; Jayakumar, et al., 2010.
2.2.2 Kitosan Untuk Rekayasa Jaringan Kulit
Jaringan lunak soft tissue seperti hati, paru-paru, otot, kulit, saraf, pembuluh darah, kornea, vagina, katup jantung, trakea, dan jaringan adipose memiliki peran
fungsional penting dalam tubuh. Berbagai scaffold polimer telah diteliti untuk meregenerasi jaringan lunak. Diantara polimer yang digunakan untuk persiapan scaffold
jaringan lunak, adalah kitosan yang diperoleh dari deasetilasi kitin, berasal dari kulit golongan krustacea, menarik perhatian lebih karena sifat yang menguntungkan seperti
bioadhesiviti, biodegradasi dan biokompatibilitas. Selain itu, kitosan juga memiliki sifat bioaktif seperti hemostatis, menyembuhkan luka, antimikroba, dan lain-lain. Kesamaan
struktural dengan komponen matriks ekstraseluler, kitosan menghasilkan stimulasi dari ikutan, proliferasi dan kelangsungan hidup jaringan sel. Penggunaan kitosan untuk
scaffold dibuat dengan berbagai bentuk seperti sistim film, spons, gel, partikulat dan lain- lain. Selain itu, kitosan dapat dimodifikasi secara kimia dan enzimatis yang
Universitas Sumatera Utara
memungkinkan peningkatan sifat dari scaffold. Derajat deasetilasi DD kitosan, menunjukkan kelompok amina bebas yang ada dalam struktur kitosan, yang menjadi
parameter utama yang merubah sifat fisikokimia seperti kelarutan, konformasi rantai dan sifat elektrostatik. Karena gugus kationik amina, kitosan menyediakan lingkungan yang
sesuai untuk adhesi sel. Degradasi produk kitosan seperti sakarida dan glucosamines, yang sudah ada dalam metabolisme mamalia, dan senyawa ini dapat mengaktifkan
makrophage yang memiliki reseptor untuk N-asetil-D-glukosamin dan mannose Muzzarelli, 2009; dan Jayakumar, et al., 2010. Harry, A, 2006, melaporkan bahwa pada
kitosan yang dilakukan ikatan silang dengan glutaraldehide menunjukkan gel glutaraldehide kitosan berupa membran lapisan film tipis. Cross-linking scaffold
berbasis kitosan merupakan metode yang efektif untuk memodifikasi tingkat biodegradasi dan untuk mengoptimalkan sifat mekanik Ma et al., 2003, Tsai et al., 2007. Oleh
karena itu, pengolahan dengan metode kimia masih diperlukan pada hampir semua kasus. Penggunaan glutaraldehida, GA C
5
H
8
O
2
sebagai reagen ikat-silang bifungsional yang dapat menjadi penghubung dua gugus rantai amino polipeptida yang berdekatan, menjadi
pilihan utama dalam teknik jaringan kulit, karena kelarutannya dalam air, efisiensi cross- linking yang tinggi dan biaya rendah. Selain itu glutaraldehid bersifat larut dalam air,
alkohol dan benzene. Sebagai bahan ikat silang, desinfectan, penyamakan kulit dan penstabil bakteri dan virus Ma et al., 2003
.
Gambar 2.4 Skematik kolagen cross-linked dengan glutaraldehid dalam kitosan
2.2.3 Kolagen