salah dan menyesatkan sehubungan dengan efek tersebut untuk tujuan-tujuan merugikan publik. Bapepam diberikan kewenangan berdasarkan UUPM untuk
melakukan investigasi atas kejahatan di pasar modal sehubungan dengan kasus-kasus yang dicurigai mengandung ketidakcukupan disclosure.
e. Penyempurnaan kebijakan
Kebijakan full disclosure yang termuat dalam UUPM merupakan kelanjutan dari kebijakan yang terdapat dalam Keputusan Presiden No. 53 Tahun 1990
dan Keputusan Menteri Keuangan No. 1548KMK.0131990 Tahun 1990. Kebijakan disclosure ini sesuai dengan standar internasional. Aturan-aturan
yang dikeluarkan oleh Bapepam tersebut sudah cukup rinci dan dimengerti baik oleh pelaku domestik dan internasional di pasar modal Indonesia. Selain
soal kewajiban menyampaikan informasi seperti tersebut di atas juga diperlukan adanya good cooperative government termasuk pemisahan antara
pemilik perusahaan dengan pengelolahnya. Perusahaan yang mempunyai manajemen terpisah dari pemiliknya diharapkan dapat memberikan informasi
yang lebih objektif dan lebih transparan. Hal ini akan menjadi suatu kebutuhan untuk terciptanya pasar modal yang fair dan efisien.
2. Perlindungan investor melalui Undang-undang
Selain perlindungan investor melalui keharusan keterbukaan informasi, undang-undang juga member perlindungan bagi investor baik melalui pasal-pasal
yang terdapat dalam pasar modal, hukum, pidana maupun perdata. Apabila investor mengalami kerugian akibat dari adanya informasi yang
menyesatkan dalam prospektus, undang-undang memberikan kesempatan bagi
Universitas Sumatera Utara
investor untuk menuntut ganti kerugian ke pengadilan kepada emiten, penjamin emisi, akuntan publik, konsultan hukum, dan pihak-pihak lain yang turut
menandatangani dokumen pernyataan penndaftaran yang syarat manipulasi. Investor diberikan kesempatan untuk mengajukan tuntutan ganti rugi
dalam hal terjadinya pelanggaran, hanya dapat diajukan dalam jangka waktu 5 lima tahun sejak pernyataan pendaftaran efektif Pasal 80 ayat 4 UUPM. Akan
tetapi investor hanya dapat mengajukan tuntutan ganti rugi apabila pada saat menginvestasikan dananya, investor tidak mengetahui bahwa informasi yang
terdapat prospektus tersebut menyesatkan, tetapi apbila sebelumnya investor sudah mengetahui ketidakakuratan informasi tersebut, maka ia tidak dapat
menuntut ganti kerugian, sebagaimana terdapat dalam Pasal 81 ayat 2 UUPM. Atas tuntutan yang diajukan oleh investor, maka pihak yang terkait dapat
dijaring oleh beberapa pasal baik yang terdapat dalam hukum pasar modal, pidana maupun perdata. Seperti juga tindak pidana secara umum yang berdasarkan KUH
Pidana, maka Undang-Undang Pasar Modal yang terdapat dalam Pasal 103 sampai Pasal 110 mengkategorikan tindak pidana dalam 2 bagian, yaitu tindak
pidana kejahatan dan tindak pidana pelanggaran. Dalamm hubungannya dengan perbuatan prospektus yang menyesatkan dapat dijaring oleh Pasal 104 dengan
ancaman maksimal 10 sepuluh tahun penjara dan denda Rp.15.000.000.000,- lima belas milyar.
Secara pidana dapat dikenakan Pasal 378 dan Pasal 391 KUH Pidana dengan hukuman penjara paling lama 4 empat tahun, di samping itu juga
dikenakan ganti rugi dengan alasan bahwa emiten beserta para pihak telah
Universitas Sumatera Utara
membujuk masyarakat umum, dengan jalan yang tidak jujur memberikan informasi yang tidak benar.
Di samping penegakan hukum dengan penerapan sanksi pidana tersebut di atas, pertanggungjawaban secara hukum perdata juga mungkin dibebankan
kepada pihak-pihak tertentu yang berkecimpung di pasar modal. Undang-Undang Pasar Modal mengintrodusir dua metode pertanggung jawaban perdata di bidang
pasar modal, yaitu :
96
1. Pertanggung jawaban khusus
Salah satu metode pembebanan tanggung jawab khusus. Maksudnya, UUPM sendiri membebankan liabilitas yuridis tersebut khusus terhadap pihak tertentu
jika yang bersangkutan melakukan tindakan khusus pula. Sistem pertanggung jawaban khusus ini berlaku terhadap pelanggaran informasi yang misleading,
khususnya yang berhubungan dengan pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum dan yang berhubungan dengan penawaran atau penjualan
efek. 2.
Pertanggung jawaban umum.
Selain dengan sistem pertanggung jawaban khusus seperti yang telah disebutkan di atas. UUPM juga mengatur pertanggung jawaban perdata
dengan sistem pertanggung jawaban umum, di mana undang-undang tidak menyebutkan atau memperinci perbuatan-perbuatan khusus yang dilanggar
melainkan hanya menunjuk kepada setiap pelanggaran UUPM tersebut atau peraturan pelaksanaannya, yang jika tibul kerugian, maka si pelanggar dapat
dimintai tanggung jawab perdatanya secara hukum. Hal ini dimungkinkan
96
Munir Fuady, 1996, Op. Cit., Hal. 135
Universitas Sumatera Utara
dengan adanya Pasal “Catch All” yaitu Pasal 111 UUPM yang berbunyi “setiap pihak yang menderita kerugian sebagai akibat dari pelanggaran atas
undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya dapat menuntut ganti rugi baik yang sendiri-sendiri maupun bersama-sama pihak lain yang memiliki
tuntutan yang serupa, terhadap pihak atau pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut”.
Dengan dibukanya kesempatan menurut ganti rugi secara perdata oleh UUPM, maka sebenarnya banyak dari segi pelanggaran hukum pasar modal dapat
dimintakan pertanggung jawaban perdata, akan tetapi dalam hal ini pertanggung jawaban yang dimintakan adalah khusus mengenai informasi menyesatkan yang
terdapat dalam prospektus. Terhadap pelanggaran pembuatan informasi yang menyesatkan para pihak
dapat dimintakan pertanggung jawaban perdatanya, yaitu : a.
Lewat perbuatan melawan hukum vide Pasal 1365 KUH Perdata. Dalam hal ini bukan hanya si pelanggar hukum yang dapat dimintakan tanggung jawab
hukumnya secara perdata, melainkan juga terhadap pihak yang dalam kurang hati-hati atau bahkan melanggar kebiasaan yang baik sehingga menimbulkan
kerugian bagi pihak lain, baik karena kesengajaan, maupun karena kelalaian. Dalam hal ini para pihak tersebut akan membayar ganti rugi kepada orang atau
investor yang mengalami kerugian tersebut. b.
Di samping itu juga, dapat dijaring lewat one prestasi, vide Pasal 1243 KUH Perdata. Gugatan ini disyaratkan berdasarkan adanya pelanggaran terhadap
pasal-pasal atau bagian-bagian dari perjanjian yang pernah dibuat di antara para pihak, baik perjanjian tersebut berbentuk tertulis maupun secara lisan
Universitas Sumatera Utara
saja, kecuali terhadap beberapa jenis perjanjian yang oleh hukum diisyaratkan untuk dibuat dalam bentuk tertulis.
Selain dari sanksi pidana dan perdata, hukum pasar modal juga memberikan sanksi yang disebut dengan sanksi administratif. Secara administratif
dapat dikenakan Pasal 102 ayat 2 UUPM, dapat berupa : 1.
Peringatan tertulis;
2. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
3. Pembatasan kegiatan usaha;
4. Pembekuan kegiatan usaha;
5. Pencabutan izin usaha;
6. Pembatalan persetujuan;
7. Pembatalan pendaftaran;
Tentang masing-masing sanksi pidana, sanksi perdata, dan sanksi administratif tentunya berlaku prinsip hukum yang umum dipraktekkan, yakni
ketiga jenis sanksi tersebut dapat tetapi bukan harus berlaku secara kumulatif sekaligus.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN