87
hukum atau memberikan rasa keadilan. Pasal 1 ayat 1 UUK dianggap tidak memenuhi rasa keadilan apabila dijalankan untuk memberikan kepastian hukum,
seharusnya persyaratan tersebut diperjelas oleh pembuat Undang-undang sehingga memberikan kepastian hukum dan keadilan.
128
2. Putusan Pengadilan Niaga N0. 13Pailit20004PN. Niaga
Antara Mr. Lee Bon SiongVs. Prudential Life Assurance.
a. Duduk Perkara :
Mr. Lee Bong Siong, WNA-Malaysia mempunyai kegiatan bisnis di Indonesia sebagai konsultan jasa asuransi dan keagenan. Pada 1 Juli 2000, Mr. Lee Bong Siong
menandatangani kontrak bisnis dengan PT. Prudential Life Assurance PT. PLA di Jakarta yang dituangkan dalam “Perjanjian Keagenan” yang disebut “Pionering
Agency Bonus Agreement”, tanggal 1 Juli 2000. dalam perjanjian keagenan tersebut, telah disepakati bersama antara lain :
“Dalam klausula 1 ditentukan bahwa PT. PLA setuju membayar PAB bonus agen perintis kepada konsultan berdasarkan syarat-syarat dan kondisi yang diatur dalam
Pasal 3 dan 4 perjanjian ini”. Inti perjanjian keagenan tersebut, Konsultan Mr. Lee Bong Siong berkewajiban
memasarkan produk asuransi dari PT. PLA dan ia berhak memperoleh bonus dari PT. PLA setelah mencapai suatu target.
128
Ibid.
HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008.
88
Mr. Lee Bong Siong, konsultan berpendirian bahwa ia telah bekerja dan mencapai target yag ditentukan dalam “perjanjian keagenan”, berupa perekrutan
agency leader lebih dari 100 agen. Sehingga menurut Mr. Lee Bong Siong, ia berhak atas bonus rekrutment sebesar 3 dari premi dan bonus konsistensi sebesar 1 dari
premi pada tahun pertama pada priode Juli 2002 sampai dengan Juli 2003 sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 “perjanjian keagenan”, yaitu sebesar :
Bonus pencapaian target = Rp. 4.295.777.163,-
Bonus Rekrutment = Rp. 4.295.777.163,-
Bonus Konsistensi = Rp. 1.431.925.721,-
Jumlah seluruhnya = Rp. 10.023.480.047,-
Ternyata PT. PLA masih belum membayar kewajiban tersebut di atas kepada Mr. Lee Bong Siong, bahkan biaya perjalanan travel allowance sebesar Rp.
130.228.800,- juga belum dibayar. Semua utang PT.PLA telah jatuh tempo dan dapat ditagih, PT. PLA yang belum membayar kewajibannya tersebut, bahkan pada tanggal
20 Januari 2004, telah memutuskan secara sepihak “perjanjian keagenan” tersebut. Mr. Lee Bong Siong telah memberi peringatan pada tanggal 17 Maret 2004 No.
037LPIII2004 agar kewajiban pembayaran tersebut dipenuhi oleh PT.PLA namun tidak diperhatikannya.
Selain utang kepada Mr. Lee Bong Siong, pihak PT.PLA juga mempunyai utang kepada kreditor lainnya yaitu : Hartono Hojana, Liem Lie Sia, dan Budiman.
HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008.
89
Oleh karena telah memenuhi syarat Pasal 1 ayat 1 UUK, maka Mr. Lee Bong Siong melalui kuasanya mengajukan permohonan pailit ke Pengadilan Niaga
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
b. Pertimbangan Hakim PN. Niaga dalam Putusan