Kerangka Teori Kerangka Teori dan Konsep

19 pelaku bisnis yang mengalami permasalahan dalam hukum kepailitan khususnya terkait dengan keadaan insolvensi atau tidaknya pihak debitor.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan di Perpustakaan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan untuk menghindari persamaan penelitian terhadap masalah yang sama, dan pada waktu melakukan pengumpulan data serta pemeriksaan terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu, ternyata belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama. Oleh karena itu, penelitian tesis ini dapat disebut “asli”, jauh dari unsur plagiat yang bertentangan dengan asas-asas keilmuan yaitu kejujuran, rasional, objektif dan terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah, 22 sehingga kebenaran penelitian juga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsep

1. Kerangka Teori

Untuk kepentingan dunia usaha dalam menyelesaikan masalah utang-piutang secara adil, cepat, terbuka dan efektif sangat diperlukan perangkat hukum yang mendukungnya, sehingga lahirlah Undang-undang kepailitan. Namun seiring 22 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1999, hal 244. HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008. 20 berjalannya waktu peraturan tersebut tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat sehingga beberapa kali dilakukan perbaikan, penambahan dan meniadakan beberapa ketentuan yang dianggap tidak sesuai lagi. UUK dan PKPU didasarkan atas beberapa asas yaitu : 23 1. Asas Keseimbangan Perwujudan dari asas keseimbangan adalah, di satu pihak terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh debitor yang tidak jujur, di lain pihak terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh kreditor yang tidak beritikad baik. 2. Asas Kelangsungan Usaha dalam Undang-undang ini, memungkinkan perusahaan debitor yang prospektif tetap dilangsungkan. 3. Asas Keadilan Ketentuan mengenai kepailitan dapat memenuhi rasa keadilan bagi para pihak yang berkepentingan. Asas keadilan ini untuk mencegah terjadinya kesewenang- wenangan pihak penagih yang mengusahakan pembayaran atas tagihan masing- masing terhadap debitor, dengan tidak memperdulikan kreditor lainnya. 23 Lihat Penjelasan Umum UU No. 37 Tahun 2004 tentang UUK dan PKPU. HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008. 21 4. Asas Integrasi Asas ini mengandung pengertian bahwa sistem hukum formil dan hukum materiilnya merupakan suatu kesatuan yang utuh dari sistem hukum perdata dan hukum acara perdata nasional. Lahirnya peraturan mengenai kepailitan diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam perekonomian nasional dan memberikan rasa keadilan, baik terhadap kreditor maupun terhadap debitor. Menurut W. Friedman, suatu Undang- undang atau peraturan haruslah memberikan keadilan yang sama kepada semua walaupun terdapat perbedaan-perbedaan di antara pribadi-pribadi itu; kalau tidak ada kedudukan sosial, kemajuan dalam hidup dicapai bukan atas dasar reputasi melainkan karena kapasitas, kelas-kelas dalam masyarakat bukan faktor yang menentukan sosial saja. 24 Salah satu paradigma hukum kepailitan adalah adanya nilai keadilan sehingga hukum dapat memberikan tujuan yang sebenarnya yaitu memberikan manfaat, kegunaan dan kepastian hukum. Satjipto Rahardjo menyatakan “hukum sebagai perwujudan nilai-nilai mengandung arti; bahwa kehadirannya adalah untuk melindungi dan memajukan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. 25 Aristoteles menyatakan bahwa ukuran keadilan adalah bahwa 26 : 24 W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum dalam Buku Telaah Kritis atas Teori-teori Hukum diterjemahkan dari Buku aslinya Legal Theori oleh Muhammad Arifin Jakarta :Raja Grafindo Persada, 1993, hal 7. 25 Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum : Perkembangan Metode dan Pilihan Hukum, Surakarta :Universitas Muhammadiyah, 2002, hal 60. 26 Aristoteles, Ethics. Terjemahan ke dalam Bahasa Inggris oleh JAK Thomson, Harmondsworth, Middlesex, England :Penguin Books Ltd, 1970, hal 140. HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008. 22 a. Seorang tidak melanggar hukum yang berlaku, sehingga keadilan berarti “lawfull” yaitu hukum tidak boleh dilanggar dan aturan hukum harus diikuti, dan b. Seseorang tidak boleh mengambil lebih dari haknya, sehingga keadilan berarti persamaan hak equal. Salah satu cara pembagian keadilan menurut Aristoteles adalah seperti yang tertuang dalam bukunya Etika, Aristoteles membagi keadilan kedalam dua golongan sebagai berikut 27 : a. keadilan distributif, yakni keadilan dalam hal pendistribusian kehormatan atau kekayaan ataupun kepemilikan lainnya kepada masing-masing anggota masyarakat, dan b. Keadilan Korektif, yaitu keadilan yang bertujuan untuk mengoreksi terhadap kejadian yang tidak adil. Pemberlakuan prinsip keadilan dalam hukum kepailitan adalah, apabila debitor mempunyai paling sedikit dua kreditor dan tidak membayar lunas salah satu utangnya yang sudah jatuh waktu tidak melakukan pembayaran diharapkan tidak lari dari tanggung jawab untuk melaksakan pembayaran terhadap kreditor dengan cara penjualan seluruh aset debitor dan hasilnya akan dibagi-bagi kepada kreditor secara adil dan merata serta berimbang. Di sisi lain, kreditor juga tidak bisa hanya memikirkan kepentingan sepihak saja tanpa memikirkan kreditor lainnya dan juga itikad baik dari debitor yang meminta penundaan kewajiban pembayaran utang PKPU dalam hal perdamaian. 27 Ibid, hal 144. HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008. 23 Apabila terjadi tindakan yang tidak adil unfair prejudice bagi debitor ataupun kreditor, maka sektor hukum yang berperan untuk mengembalikan keadaaan sehingga keadilan yang telah hilang the lost justice kembali dapat ditemukan oleh pihak yang telah dirugikan, atau terjadi keadilan korektif menurut klasifikasi Aristoteles. Lembaga kepailitan merupakan perwujudan dari pelaksanaan ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata jo. 1132 KUHPerdata. 28 Namun, bukan berarti ketentuan hukum kepailitan memiliki sifat sebagai hukum privat. Sebab ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata merupakan ketentuan yang bersifat memaksa publik dan tidak dapat disimpangi, sekalipun atas kesepakatan para pihak. 29 Pengertian kepailitan insolvency harus dibedakan dengan insolven. Menurut Setiawan 30 , istilah kepailitan berasal dari kepustakaan Belanda dengan menggunakan kata Faillissmentsverordening yang pengucapannya berubah menjadi kepailitan, sementara itu, pengaruh kepustakaan common law menggunakan istilah bankruptcy yang juga bermakna kepailitan. Kemudian dalam Ordonantie tahun 1905 istilah insolvency ditemukan dalam istilah Belanda yaitu insolventie, yang secara tehnis berbeda dengan istilah kepailitan sesuai dengan Pasal 168 Ordonantie 1905 diamana 28 Pasal 1131 KUHPerdata adalah : Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun baru yang akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan. Pasal 1132 KUHPerdata adalah : Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan. 29 Setiawan, Kumpulan Makalah Calon Hakim Pengadilan Niaga, Jakarta :Mahkamah Agung RI, 1998, dikutip dari Varia Peradilan, IKAHI-Mari Jakarta, No. 156 September 1998, hal 59. 30 Ibid. HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008. 24 insolventie terjadi jika dalam rapat verifikasi tidak ditawarkan perdamaian atau bila perdamaian yang ditawarkan telah ditolak, atau pengesahan perdamaian itu dengan pasti telah ditolak, rumusan ini juga dimasukkan kedalam Pasal 178 UUK dan PKPU. Kepailitan menurut UUK dan PKPU menyatakan : “Kepailitan adalah sitaan umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusannya dan pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini”. 31 Penjelasan Pasal 57 ayat 1 UUK dan PKPU menyatakan bahwa insolvensi adalah keadaan tidak mampu membayar, namun sampai saat ini tidak ada kriteria ataupun batasan yang menyatakan bagaimana seorang debitor dikatakan tidak mampu membayar atau insolvensi. Dengan tidak ada syarat tersebut, penerapan Undang- undang kepailitan diharapkan akan lebih mudah. Dengan demikian Indonesia diharapkan akan lebih mudah keluar dari krisis ekonomi. Adanya dampak putusan- putusan pengadilan terhadap perkembangan ekonomi dinyatakan oleh Rudolpho Sandoval bahwa : 32 “ …..it is longer disputed that many of the public issues facing the nation have serious implications. Because of this, it hase become increasingly important for lawyers to have at least a basic understanding of economic theory. By examining the 31 Pasal 1 ayat 1 UUK dan PKPU. 32 Erman Rajagukguk ed, Peranan hukum dalam Pembangunan ekonomi,Jakarta :Pascasarjana UI,2000 hal 16, Rudolpho Sandoval, Judicial decisions within the framework of an economic structur, St. Marys Law Jurnal Vol.11 tahun 1980, hal 4. HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008. 25 interrelationship of law and economics, it may be possible to deduce the basic formal charecteristic of the law from economic theory”. Pendapat diatas didasari oleh teori The Legal Economic Analisis dari Richard Posner 33 dan sejalan dengan pendapat itu, Charles Himawan menyatakan bahwa putusan-putusan pengadilan dapat mempengaruhi perkembangan dan perbaikan ekonomi. Hukum merupakan benang merah yang terlupakan dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. 34 Menurut Oxford Dictionary of Law 35 , Bankrupty kepailitan adalah : “the state of person who has been adjudgedby a court to be insolvent”. Jadi, kepailitan ada apabila menurut pengadilan adanya ketidakmampuan untuk membayar utang insolvent dan ditinjau dari asal kata, istilah bankruptcy berasal dari bahasa romawi, yaitu kata “Bancarupta”, yang berarti : “the process by which the state takes possesion of the property of a bangkrupty throught the officialtrustee” 36 Menurut Douglas 37 pengertian insolvensi adalah : “A debtor is solvent if sum of the debtor`s debts is greater than all of the debtor`s assets at fair valuation”. Menurut Cambriedge International Dictionary, insolvensi adalah : “insolvensi adalah khusus buat perusahaan, not having enough money to pay debts, buy goods, etc” , 33 Richard Posner, Economic Analiysis of Law, Boston :Little, Brown and Company ,Fourth Edition, 1992, hal 393 34 Jakarta Post, 1998, hal 9. 35 A Dictionary of law, New York : Oxford University Press, 1994, hal 58. 36 Asra, Op. Cit, hal 10. 37 Ibid. HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008. 26 dan menurut Concise Australian Legal Dictionary, insolvensi adalah : “debtor who is unable to pay debts as and when they fall due for payment”. 38 Pada prinsipnya hukum kepailitan adalah merupakan suatu lembaga penagih utang yang disebut dengan debt Collection Law 39 atau collective debt collection device 40 , dan yang membedakannya dengan prosedur gugatan perdata biasa karena adanya unsur insolvensi 41 dimana harta kekayaan debitor yang ada tidak dapat untuk membayar seluruh tagihan yang diajukan oleh debitor, sebagaimana yang dinyatakan oleh Thomas H. Jakson. 42 Menurut Jordan et. al, yang dikutip oleh Remy Syahdeni ada tiga tujuan hukum kepailitan yaitu 43 : a. Untuk menjamin pembahagian yang sama terhadap harta kekayaan debitor diantara para kreditor. b. Mencegah agar debitor tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan kepentingan para kreditor. c. Memberikan perlindungan kepada debitor yang beritikad baik dari para kreditornya, dengan cara memperoleh pembebasan utang. Seorang debitor baru dapat dinyatakan pailit atau dalam keadaan pailit, apabila telah dinyatakan oleh hakim atau pengadilan 44 dengan suatu keputusan 38 Roman Tomasic, Australian Corporate Insolvency, Sydney : Butterworth, 1993, hal 164. 39 Bismar nasution dan Sunarmi, Hukum Kepailitan di Indonesia, Medan : Program MKn Pasca USU, 2007, hal 14. 40 Asra, Op. Cit, hal 11. 41 Ibid. 42 Ibid. 43 Sutan Remi Sjahdeini I, Op. Cit, hal 37-38. HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008. 27 hakim. Kewenangan pengadilan untuk menjatuhkan putusan pailit itu telah ditentukan secara tegas di dalam Undang-undang Kepailitan. 45 Ada beberapa persyaratan untuk dapat dinyatakan pailit sesuai dengan Pasal 2 ayat 1 UUK dan PKPU yang menyatakan : “Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang 46 yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan. Pengadilan, baik atas permohonanya sendiri maupun atas satu atau lebih kreditornya”. Keharusan memiliki kreditor 2 dua atau lebih dikenal sebagai concorsus creditorum, 47 keharusan ini merupakan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 1132 KUHPerdata. 48 Apabila debitor hanya memiliki seorang kreditor saja, maka kreditor berhak atas semua aset debitor, tidak ada lagi keperluan pembagian aset. Sebaliknya dalam hal debitor mempunyai banyak kreditor dan harta kekayaan debitor tidak cukup untuk membayar lunas semua kreditor, maka para kreditor akan berlomba 44 Hakim dan Pengadilan yang dimaksud adalah Hakim dan Pengadilan Niaga, Lihat Pasal 1 ayat 7 UUK dan PKPU. 45 Lihat Pasal 3 UUK dan PKPU 46 Setelah keluarnya UUK dan PKPU, utang mempunyai defenisi dan batasan yang jelas yaitu : kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitor. 47 Sutan Remy Syahdeini I, Op. Cit, , hal 64. 48 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Pedoman Menangani Perkara Kepailitan, Jakarta : Raja Grafindo Press, 2003, hal 107. HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008. 28 dengan cara, baik yang halal maupun yang tidak untuk mendapatkan pelunasan tagihannya terlebih dahulu. 49 Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sumir sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit telah terbukti, 50 dimana permohonan pernyataan pailit dapat dilakukan oleh Debitor itu sendiri, Seorang kreditor atau lebih, BI Bank Indonesia, Bapepam, dan Menteri Keuangan. 51 Pada dasarnya, sebelum pernyataan pailit, hak-hak debitor untuk melakukan semua tindakan hukum harus dihormati. Tentunya dengan memperhatikan hak-hak kontraktual serta kewajiban debitor menurut perundang-undangan. 52 Setelah pengadilan mengucapkan putusan pailit dalam sidang terbuka untuk umum terhadap debitor, maka hak dan kewajiban si pailit beralih kepada kurator untuk mengurus dan menguasai boedelnya. Akan tetapi si pailit masih berhak melakukan tindakan-tindakan atas harta kekayaannya sepanjang tindakan itu membawamemberikan manfaat terhadap boedelnya. Sebaliknya tindakan yang tidak memberikan manfaat bagi boedel, tidak mengikat boedel tersebut. 53 49 Http : WWW. Solusi Hukum.Comartikel 36.php “Kepailitan di Indonesia, Suatu Pengantar”, diakses 9 Juli 2007. 50 Pasal 8 ayat 4 UUK dan PKPU. Dalam Penjelasannya dinyatakan : Fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana adalah adanya fakta dua atau lebih kreditor dan fakta utang yang telah jatuh waktu dan tidak dibayar. Sedangkan perbedaan besarnya jumlah utang yang didalihkan oleh pemohon pailit dan termohon pailit tidak menghalangi dijatuhkannnya putusan pernyataan pailit. 51 Lihat Pasal 2 UUK dan PKPU. 52 Rudy A. Lontoh, Penyelesaian Utang Piutang Melalui Pailit atau PKPU, Bandung :Alumni, 2001, hal 301. 53 Imran Nating, Peran dan Tanggung jawab Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit, Jakarta :Raja Grafindo Persada, 2004, hal 40. HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008. 29 1. Terhadap Debitor Kepailitan hanya mengenai harta kekayaan 54 dan bukan mengenai perorangan debitor, ia tetap dapat melaksanakan hukum kekayaan lain, seperti hak-hak yang timbul dari kekuasaan orang tua ouderlijke macht. Pengurusan benda-benda anaknya tetap padanya, seperti ia melaksanankan sebagai seorang wali. Debitor tidak kehilangan kemampuannya untuk melakukan perbuatan hukum menyangkut dirinya, kecuali apabila perbuatan hukum tersebut menyangkut pengurusan dan pengalihan harta benda yang telah ada. Apabila menyangkut harta benda yang akan diperolehnya, debitor tetap dapat melakukan perbuatan hukum menerima harta benda yang akan diperolehnya itu, namun harta yang akan diperolehnya itu akan menjadi bagian dari harta pailit. 55 Setelah keluarnya pernyataan pailit, debitor kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang dimasukkan dalam kepailitan, terhitung sejak pukul 00.00 waktu setempat pada tanggal putusan diucapkan. 56 Pengurusan danatau pemberesan harta pailit debitor akan diambil alih oleh kurator yang ditunjuk oleh hakim pengadilan, dalam hal ini kurator harus independen dan tidak mempunyai benturan kepentingan. 57 54 Menurut Fred. B. G. Tumbuan, Kekayaan adalah semua barang dan hak atas benda yang dapat diuangkan ten gelde kunnenworden gemaakt, Rudy A. Lontoh, Op. Cit, hal 128. 55 Sutan Remy Syahdeini I, Op. Cit, hal 257. 56 Lihat Pasal 24 ayat 1 dan 2 UUK dan PKPU. 57 Lihat Pasal 15 UUK dan PKPU, dalam penjelasannya Independen dan tidak mempunyai benturan kepentingan adalah bahwa kelangsungan keberadaan kurator tidak tergantung pada debitor atau kreditor, dan kurator tidak memiliki kepentingan ekonomis yang sama dengan kepentingan ekonomis debitor dan kreditor. HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008. 30 2. Terhadap Kreditor Pada dasarnya kedudukan kreditor adalah sama paritas creditorium. Oleh karena itu mereka mempunyai hak yang sama atas hasil eksekusi boedel pailit sesuai dengan besarnya tagihan mereka masing-masing, asas tersebut mengenal pengecualian yaitu golongan kreditor yang memegang hak agunan atas kebendaan dan golongan kreditor yang haknya didahulukan berdasarkan UUK dan PKPU dan Peraturan Perundang-undangan lainnya. 58 Pengertian kreditor terdiri atas : 59 a. Kreditur Separatis Kreditur separatis adalah kreditur pemegang hak jaminan kebendaan, yang dapat bertindak sendiri. Golongan kreditor ini tidak terkena akibat putusan pernyataan pailit debitor, artinya hak-hak eksekusi mereka tetap dapat dijalankan seperti tidak ada kepailitan debitor. Kreditor ini dapat menjual sendiri barang-barang yang menjadi jaminan, seolah-olah tidak ada kepailitan. Dari hasil penjualan tersebut, mereka mengambil sebesar piutangnya, sedangkan kalau ada sisanya disetorkan ke kas kurator sebagai boedel pailit. Sebaliknya jika hasil penjualan tersebut ternyata tidak mencukupi, kreditur tersebut untuk tagihan yang belum terbayar, dapat memasukkan kekurangannya sebagai kreditor bersaing Concurent. 58 Kreditor yang mempunyai hak tanggungan, hak gadai atau hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Hak inilah yang kemudian ditangguhkan selama 90 hari terhitung sejak tanggal tanggal penetapan pailit. Jangka waktu tersebut bias berakhir karena hukum pada saat pailit diakhiri lebih dini atau pada saat dimulainya keadaan insolvensi. 59 Imran Nating, Op. Cit, hal 48. HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008. 31 b. Kreditur PreferenIstimewa Kreditor preferen adalah kreditor yang karena sifat piutangnya mempunyai kedudukan istimewa dan mendapat hak untuk memperoleh pelunasan lebih dahulu dari penjualan harta pailit. Kreditor istimewa berada di bawah pemegang hak tanggungan dan gadai. Pasal 1133 KUHPerdata mengatakan bahwa hak untuk didahulukan diantara orang-orang berpiutang terbit dari hak istimewa dari gadai dan hipotik. 60 c. Kreditur KongkurenBersaing Kreditor kongkuren memiliki hak yang sama dan berhak memperoleh hasil penjualan harta kekayaan debitor, baik yang telah ada maupun yang akan ada dikemudian hari, setelah sebelumnya dikurangi dengan kewajiban membayar piutang kepada para kreditor pemegang hak jaminan dan para kreditor dengan hak istimewa secara proporsional menurut perbandingan besarnya piutang masing- masing kreditor kongkuren tersebut. 3. Terhadap harta Pailit Harta benda debitor yang pailit diatur berdasarkan hukum kebendaan, bahwa suatu hak kebendaan ialah suatu hak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda, kekuasaan mana dapat dipertahankan terhadap tiap orang. 61 Akan tetapi, 60 Lihat Pasal 1133 KUHPerdata. 61 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta :Intermasa, 1980, hal 52. HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008. 32 mengingat keadaan atau status yang melekat pada dirinya maka hak-hak tersebut diambil alih oleh suatu badan atau lazim saat ini disebut kurator. 62 Setelah adanya pernyataan pailit oleh hakim, maka dengan sendirinya telah terjadi sita umum atas seluruh harta kekayaan debitor, dan debitor akan kehilangan haknya untuk melakukan pengurusan terhadap harta kekayaannya yang kemudian diambil alih oleh kurator dan diawasi oleh hakim pengawas. Apabila setelah adanya putusan pailit, debitor tidak mengajukan perdamaian akor, atau perdamaian tidak mendapat persetujuan pihak kreditor ataupun perdamaian yang telah disetujui oleh kreditor tidak mendapat homologasi oleh hakim, maka kepailitan dengan sendirinya telah memasuki tahap insolvensi. Setelah tahap inilah kurator mulai mengambil tindakan yang menyangkut pemberesan harta pailit yang meliputi penjualan harta pailit di muka umum, namun apabila tidak tercapai dapat dilakukan penjualan di bawah tangan dengan izin Hakim Pengawas dan melakukan pembagian atas hasil penjualan harta pailit dengan memperhatikan kedudukan dari masing-masing debitor yang mempunyai hak istimewa, pemegang hipotik, gadai, fidusia, hak tanggungan serta kreditor bersaing 63 .

2. Kerangka Konsep