Duduk Perkaranya : 1 Putusan Pengadilan Niaga No. 10PailitPN.Jakpus2000 Tanggal 13 Juni

74

a. Duduk Perkaranya : 1

Seputar dari Pemohon Pailit a Termohon Pailit PT. AJMI mempunyai utang kepada pemohon pailit yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Pemohon pailit adalah Paul Sukran, SH, selaku kurator PT. DSS yang telah dinyatakan pailit sebelumnya berdasarkan putusan pailit Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No. 10PailitPN.Jakpus2000 tanggal 6 Juni 2000. Selaku kurator tentunya Paul Sukran bertugas untuk melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit serta berusaha untuk mengumpulkan semua harta kekayaan yang dimiliki oleh PT. DSS, termasuk juga dalam upaya memaksimalkan budel pailit tersebut, tak lain untuk kepentingan para kreditornya, sehingga para kreditornya ddapat memperoleh bagian yang maksimal dari pembagian budel pailit. Salah satu upaya dalam mengumpulkan dan memaksimalkan budel pailit tersebut, maka pemohon melakukan penagihan kepada termohon, yaitu PT. AJMI sehubungan dengan adanya kewajiban PT. AJMI untuk membayar deviden tahun buku 1999 berikut bunganya kepada PT. DSS selaku pemegang saham 40 PT. AJMI tahun buku 1999, sejauh PT. AJMI memperoleh surplus untuk dibagikan kepada pemegang saham untuk tahun buku 1999, karena memenuhi atau didasarkan pada hal-hal berikut : a Dalam pasal X, Akta Perjanjian Usaha Patungan tertanggal 10 Juni 1998, telah disepakati bahwa : HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008. 75 “sejauh perusahaan memperoleh laba dan telah mendapatkan suatu surplus untuk dibagikan kepada para pemegang saham untuk tahun pembukuan perusahaan yang manapun sebagaimana yang dapat dilihat dari laporan keuangan yang telah di audit sehubungan dengan tahun pembukuan yang bersangkutan, semua pihak akan mengatur agar perusahaan PT. AJMI membayar deviden sedikitnya sama dengan 30 dari jumlah surplus yang melebihi Rp. 100.000.000,- seratus juta secepat mungkin dianggap praktis setelah laporan demikian dibuat”. b Kemudian dalam Pasal VI Akta Perjanjian Usaha Patungan tersebut mengenai kepemilikan saham PT. AJMI menyatakan : …Setelah tanggal perolehan, maka pemilikan saham PT. AJMI akan menjadi sebagai berikut : 1. PT. AJMI : 51 atau 2.295 lembar saham 2. PT. DSS : 40 atau 1.800 lembar saham 3 . IFC : 9 atau 405 lembar saham c Berdasarkan laporan keuangan PT. AJMI untuk tahun buku 1999, telah memperoleh surplus keuntungan sebesar Rp. 186.306.000.000,- Berdasarkan jumlah surplus keuntungan, keuntungan Pasal X dan Pasal VI Akta Perjanjian Usaha Patungan tersebut, maka pembayaran deviden beserta bunga- bunganya adalah sebagai berikut : a. Deviden yang harus dibagikan kepada para pemegang saham PT. AJMI sebesar 30 X Rp. 186.306.000.000,- yaitu Rp. 55.891.800.000,- b. Deviden untuk PT. DSS menjadi sebesar 40 X Rp. 55.891.800.000,- yaitu Rp. 22. 356.720.000,- HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008. 76 c. Bunga yang belum dibayarkan, terhitung sejak tanggal I Januari 2000 sampai dengan 30 April 2002 2 tahun 4 bulan dengan perhitungan bunga sebesar 20 pertahun Rp. 10.433.136.000,- Sehingga total kewajiban PT. AJMI kepada pemohon pailit sebesar 32.789.856.000,-. Pembayaran deviden tersebut belum dilaksanakan oleh PT. AJMI sampai saait ini walaupun telah ditegur oleh pemohon, dan oleh karenanya PT. AJMI mempunyai utang kepada PT. DSS yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. b Termohon Pailit PT. AJMI mempunyai utang kepada kreditor lain selain pemohon, PT. AJMI mempunyai utang kepada Eddy Salomon, Alaydrus, Kantor Pelayanan Pajak KPP Menteng dan utang klien.

2. Bantahan dari termohon pailit