Analisis Hukum Putusan Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2Pailit2007PN.NiagaMdn,

105

c. Analisis Hukum

Pemohon debitor mengajukan permohonan pailit ke PN. Niaga karena mengalami kesulitan akibat lesunya perekonomian serta tipisnya keuntungan yang diperoleh debitor. Sistem bunga pinjaman berkisar sebesar 2,5 sd 5 lima persen per-bulan. Dan debitor pernah melakukan pembayaran terhadap utangnya, dalam hal ini debitor mempunyai itikad baik. Bukti-Bukti sebagaimana dimaksud pada Pasal 164 HIR RBG yang diajukan debitor semakin memperkuat adanya fakta hukum memperlihatkan bahwa benar pemohon memang mempunyai hutang pada kreditor yaitu The Pik Suan, Wen Fong, Jimmy Suwandi dan Tsjim Kui Phin. kreditur lain yaitu pada P.T Mandiri Cabang Imam Bonjol, Ali Ahau dan Plasma Monika Silalahi. Berdasarkan bukti-bukti tentang Daftar Perincian Bilyet Giro Hutang kepada kreditor-kreditor, membuktikan Debitur telah membayar dengan pembayaran Rekening yang tidak Cukup atau Rekening yang sudah Ditutup dalam hal ini debitur dalam keadaan tidak mampu membayar. kreditor telah memberikan teguranperingatan terhadap utang –utang tersebut yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Bukti-bukti yang diajukan untuk permohonan pailit tidaklah sulit dilakukan oleh karena permohonan pailit diajukan oleh debitor itu sendiri. Sehingga tidaklah sulit untuk memenuhi ketentuan Pasal 2 ayat 1 jo. Pasal 8 ayat 4 UUK dan PKPU.dan tidak ada alasan hakim untuk menolak permohonan tersebut. HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008. 106 Namun, tidak jarang hukuk kepailitan dipergunakan sebagai alasan untuk menghindarkan pembayaran utang. Debitor tidak ingin repot menghadapi tuntutan dari para kreditornya. Untuk itu debitor mengajukan permohonan pailit karena dengan putusan pailit mengakibatkan segala tuntutan terhadap debitor beralih kepada kurator. Selanjutnya akan melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit da membagi-bagikan hasilnya secara seimbang kepada para kreditor. HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008. 107

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari uraian pembahasan dari bab-bab sebelumya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Insolvensi diartikan sebagai keadaan berhenti membayar. Dalam hal ini tidak dijelaskan secara terperinci apakah keadaan tersebut dikarenakan debitor benar- benar tidak mampu membayar atau karena alasan tertentu. Pengertian insolvensi dalam Undang-undang kepailitan bervariasi yaitu : a. Menurut Pasal 1 angka 1 Faillissmentsverodening adalah “berhenti membayar”. b. Menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 4 Tahun 1998, insolvensi diartikan sebagai “keadaaan tidak membayar” c. Menurut Pasal 2 angka 1 UU No. 37 Tahun 2004, insolvensi diartikan sebagai “keadaaan tidak membayar lunas” 2. Peraturan Perundang-undangan tidak memberikan pengertian insolvensi, maka dalam beberapa putusan pengadilan terdapat perbedaan penafsiran tentang standar insolvensi, tergantung pada hakim untuk menilai apakah permohonan pailit yang diajukan oleh debitor dan kreditor tersebut telah memenuhi syarat sebagaimana HABIBA HANUM : ANALISIS TERHADAP KETENTUAN INSOLVENSI DALAM HUKUM KEPAILITAN, 2008.