Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir

3. Faktor sosial-ekonomi Faktor sosial-ekonomi merupakan faktor kedua yang berpengaruh terhadap kematangan karir, mencakup 3 faktor lainnya, yakni: a. Lingkungan Lingkungan dapat mempengaruhi kematangan karir, setidaknya melalui tiga cara yaitu; kesempatan individu mendapatkan pekerjaan, hal-hal dimana ia merasa nyaman, dan informasi yang diterima mengenai jalur karir yang cocok. Selama tahun 1960, beberapa peneliti Anderson Apostal, 1971; Sewell Orenstein, 1965; Seligman, 1994 mencatat bahwa masyarakat di kota-kota kecil dan pedesaan cenderung mendapat informasi pekerjaan yang terbatas, hal ini membuktikan betapa sempitnya pilihan karir di daerah tersebut. Di sisi lain, cita-cita karir cenderung meningkat sejalan dengan kepadatan penduduk. Masyarakat dari latar belakang perkotaan biasanya memilih jalur karir yang melibatkan persaingan dan tekanan yang cukup untuk mencapai sukses. Lingkungan juga memberikan pengaruh besar terhadap ketersediaan peluang dan tingkat kerja. Secara umum, daerah perkotaan lebih padat sementara, daerah pedesaan sangat sedikit menawarkan peluang, namun hal ini bervariasi, tergantung pada pekerjaan yang dipilih. b. Status sosial-ekonomi Secara umum, masyarakat dari latar belakang status sosial- ekonomi tinggi, memiliki cita-cita karir yang tinggi pula Dillard Perrin, 1980. Beberapa hal yang sering dikaitkan dengan latar belakang ekonomi rendah seperti harga diri yang rendah, kurangnya role-model model peran yang kuat dari laki-laki, informasi karir yang terbatas, keuangan yang tidak memadai, kurangnya dorongan untuk sukses, dan stereotip yang negatif, bisa saja benar di beberapa kasus, tetapi tidak ada satu penjelasan yang menerangkan bahwa hal-hal tersebut dapat menjadi alasan bahwa individu dari lingkungan sosial-ekonomi rendah menjadi terbatas dalam pencapaian karir. Seperti pada penelitian Rojewski dalam Kerka 1998, yang menemukan individu yang berada pada status sosial-ekonomi rendah cenderung tidak matang dalam karirnya di tahap depan, dikarenakan mereka tidak memiliki akses untuk mengetahui informasi tentang perkulihan atau pekerjaan. Akhirnya, Vondracek, Lerner, dan Schulenberg dalam Akbulut, 2010 mengindikasikan bahwa status sosial-ekonomi adalah salah satu faktor yang paling relevan terkait dengan kematangan karir individu. c. Jenis kelamin Adanya stereotip mengenai jenis pekerjaan laki-laki dan perempuan telah menimbulkan perbedaan dalam kematangan karir laki-laki dan perempuan. Betz dan Hackett 1981 membedakan pekerjaan menjadi 2 yaitu, pekerjaan tradisional dan non tradisional. Perempuan biasanya lebih berkembang di pekerjaan tradisional, yang bersifat pekerjaan praktik, namun tetap sesuai dengan minat dan bakatnya Fitzgerald Crites, 1980; Seligman, 1994 seperti mengajar, perawat, dan sekretaris, di mana perempuan lebih dominan Rotberg, Brown, Ware, 1987; Seligman, 1994. Sementara laki-laki cenderung memiliki self- efficacy yang cukup tinggi untuk dapat memilih dan berkembang di kedua jalur karir tersebut. Laki-laki cenderung lebih tertarik pada pekerjaan yang menuntut kompetensi, penguasaan, dan otonomi untuk mendapatkan kekuasaan power dan pencapaian yang tinggi di tempat ia bekerja. Luzzo 1995 dalam Akbulut, 2010 menemukan tingkat kematangan karir yang lebih tinggi pada perempuan, dibandingkan dengan laki-laki. Sementara studi kualitatif Akbalik 1996 dalam Akbulut, 2010 menjelaskan bahwa perempuan lebih mampu menghadapi hambatan dalam karir, itulah sebab perempuan memiliki kematangan karir yang lebih tinggi. Anak perempuan 2 tahun lebih cepat memasuki masa remaja dibandingkan dengan laki-laki, sehingga pertumbuhan ke masa dewasa pun menjadi lebih cepat Soetjiningsih, 2010. Perempuan juga lebih berorientasi fungsi afiliasi dan sosialisasi dari suatu pekerjaan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya Hasan 2006 justru menemukan dalam perkembangan masa kanak-kanak, laki-laki berkeinginan untuk memilih karir yang sesuai di masa depan, sementara bagi perempuan lebih menginginkan pernikahan, sehingga ini menjadi fokusnya. Oleh karena itu perempuan tidak lebih matang dalam karir dibandingkan dengan laki-laki. Dari beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin adalah faktor yang cukup relevan berpengaruh terhadap kematangan karir. 2.2 Self-efficacy 2.2.1 Pengertian Jika individu tidak yakin dapat berhasil dengan apa yang dilakukannya, maka ia akan memiliki sedikit motivasi untuk bertindak, apalagi berhasil. Bagaimana bisa berhasil, jika sudah tidak ada keyakinan di awal Friedman Schustack, 2009. Keyakinan inilah yang diyakini oleh Albert Bandura sebagai self-efficacy. Pengertian self-efficacy menurut Bandura 1997 adalah sebagai berikut: “Self-efficacy refers to beliefs in one’s capabilities to organize and excute the courses of action required to produce given attainments. “Self-efficacy merupakan keyakinan individu atas kemampuan mengatur dan melakukan serangkaian kegiatan yang menuntut suatu pencapaian atau prestasi”. Menurut Greenhaus 2006, self-efficacy dapat diartikan sebagai: “Person’s beliefs concerning his or her ability to successfully perform a given task or behavior”. “Keyakinan individu akan kemampuannya untuk berhasil dalam unjuk kerja atas tugas-tugas yang telah diberikan”. Sementara Friedman dan Schustack 2008 mendefinisikan: “Self-efficacy adalah ekpektansi –keyakinan harapan tentang seberapa jauh individu mampu melakukan satu perilaku dalam suatu situasi tertentu”. Sejalan pendapat di atas, Woolfolk 2009 memandang: “self-effcacy mengacu pada pengetahuan individu tentang kemampuannya sendiri untuk menyelesaikan tugas tertentu tanpa perlu membandingkan dengan kemampuan orang lain”. Dari beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa self- efficacy adalah keyakinan individu akan kemampuannya untuk berhasil dalam bertindak, menunjukkan perilaku yang harus dilakukan, menyelesaikan tugas sehingga mencapai hasil yang diinginkan.

2.2.2 Dimensi-dimensi self-efficacy

Menurut Bandura 1997, keyakinan akan kemampuan diri individu dapat bervariasi pada masing-masing dimensi. Beberapa dimensi berikut ini memiliki implikasi penting terhadap performa individu. Dimensi- dimensi tersebut yaitu: 1. Levelmagnitude Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas dimana individu merasa mampu atau tidak untuk melakukannya, sebab kemampuan diri individu dapat berbeda-beda. Konsep dalam dimensi ini terletak pada keyakinan individu atas kemampuannya terhadap tingkat kesulitan tugas. Jika individu dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka keyakinannya individu akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah, kemudian sedang hingga tugas-tugas yang paling sulit, sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat. Makin tinggi taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya. Keyakinan individu berimplikasi pada pemilihan tingkah laku berdasarkan hambatan atau tingkat kesulitan suatu tugas atau aktivitas. Individu terlebih dahulu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang berada di luar batas kemampuannya. Rentang kemampuan individu dapat dilihat dari tingkat hambatan atau kesulitan yang bervariasi dari suatu tugas atau aktivitas tertentu. 2. Strength Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang mantap mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya. Meskipun mungkin ditemukan pengalaman yang kurang mendukung. Dimensi ini biasanya berkaitan langsung dengan dimensi level, dimana makin tinggi taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya. 3. Generality Dimensi ini berkaitan dengan keyakinan individu akan kemampuannya melaksanakan tugas di berbagai aktivitas. Aktivitas yang bervariasi menuntut individu yakin atas kemampuannya dalam melaksanakan tugas atau aktivitas tersebut, apakah individu merasa yakin atau tidak. Individu mungkin yakin akan kemampuannya pada banyak bidang atau hanya pada beberapa bidang tertentu, misalnya