Hasil uji hipotesis minor
kematangan karir dan self-efficacy yang rendah. Hal ini sesuai dengan teori Super dalam Seligman, 1994 yang menyatakan bahwa self-efficacy
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan karir. Bahkan, pada penelitian-penelitian sebelumnya, self-efficacy telah banyak terbukti
berpengaruh terhadap kematangan karir. Seperti Hackett dan Lent dalam Hacket, 1996 membuktikan pilihan karir pelajar sekolah menengah dan
perguruan tinggi terkait dengan kematangan karir, kemudian Patton dan Creed 2003 pada pelajar di Australia berhasil mengungkap bahwa salah satu faktor
yang berhubungan dengan kematangan karir adalah self-efficacy. Demikian juga dengan penelitian Zulkaida dan kawan-kawan 2007 yang menemukan
bahwa sumbangan self-efficacy terhadap kematangan karir menyebabkan adanya keyakinan akan kemampuan diri individu. Hal ini sesuai dengan
pendapat Bandura dalam Zulkaida, 2007, bahwa orang yang memiliki self- efficacy yang tinggi, akan mengeluarkan usaha yang besar untuk mengatasi
hambatan dalam mencapai tujuannya. Itulah sebabnya mengapa individu yang mempunyai self-efficacy yang lebih tinggi akan lebih siap menentukan karir
mana yang tepat untuk dirinya. Self-efficacy merujuk pada tingkat kepercayaan diri individu dan keyakinannya akan kemampuannya terhadap
kesuksesan sehingga memunculkan suatu perbuatan, menunjukkan perilaku yang diinginkan, menyelesaikan pekerjaan yang diberikan, dan mencapai
prestasi yang diinginkan Bandura; Buchmann; Betz Hackett; Betz Taylor; Lent, et al.; Nesdale Pinter; Nasta, 2007.
Namun, perlu diketahui bahwa self-efficacy seseorang berbeda-beda pada setiap aspek atau bidang pekerjaan, sehingga bisa saja seseorang memiliki
self-efficacy tinggi pada bidang pekerjaan yang disukainya, dan memiliki self- efficacy rendah pada bidang lain yang tidak disukai. Oleh karena itu, self-
efficacy bukanlah satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi kematangan karir.
Sementara, dalam penelitian ini variabel locus of control internal terbukti signifikan berpengaruh secara negatif, yang berarti bahwa ketika locus of
control internal meningkat maka kematangan karir akan menurun. Hal ini bertentangan dengan penelitian Akbulut 2010 yang menemukan locus of
control berpengaruh positif terhadap kematangan karir. Orang yang matang dalam karir cenderung memiliki keyakinan bahwa untuk mencapai karir yang
diinginkan, hanya bisa dilakukan oleh usahanya sendiri locus of control internal, bukan karena keberuntungan, nasib atau bantuan orang lain.
Sedangkan, pada penelitian ini berdasarkan hasil kategorisasi locus of control responden, diketahui bahwa resonden penelitian 51,5 memiliki locus of
control eksternal. Hal ini mungkin yang menjadi penyebab mengapa locus of control internal berpengaruh secara negatif terhadap kematangan karir.
Variabel lainnya yaitu jenis kelamin dan status sosial-ekonomi, keduanya tidak berpengaruh signifikan terhadap kematangan karir. Namun berdasarkan
skor mean, penelitian ini berhasil membuktikan bahwa laki-laki memiliki skor kematangan karir lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, hal ini
bertentangan dengan penelitian Luzzo 1995 dalam teori Super yang
menemukan, skor kematangan karir pada remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki. Perempuan lebih mampu menyeimbangi
pilihan karir mereka dengan pekerjaan apa yang memungkin baginya. Sedangkan status sosial-ekonomi meski tidak berpengaruh signifikan
terhadap kematangan karir, namun penelitian ini berhasil membuktikan berdasarkan skor mean, ditemukan bahwa individu yang berada pada status
sosial-ekonomi rendah berada pada kematangan karir yang rendah seperti penelitian Rojewski dalam Kerka 1998, individu yang berada pada status
sosial-ekonomi rendah cenderung tidak matang dalam karirnya di tahap depan, dikarenakan mereka tidak memiliki akses untuk mengetahui informasi tentang
perkuliahan atau pekerjaan. Namun hal ini juga dapat dipengaruhi oleh jumlah responden penelitian, dimana individu dengan status sosial-ekonomi rendah
berjumlah lebih sedikit.