Pengaruh Imbalan Terhadap Kinerja Petugas P2P DBD

1. Pengalaman pekerjaan dilakukan bimbingan oleh pimpinan, rotasi kerja, rapat evaluasi, serta upaya pemecahan masalah, seperti gugus kendali mutu GKM dan problem solving cycle. 2. Pendidikan tambahan melalui On the job training, ceramahceramah, kursus dan seminar-seminar, serta mengikuti di kampus formal pendidikan Menurut Rivai 2003 kepemimpinan seseorang sangat besar peranannya dalam setiap pengambilan keputusan sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas seorang pimpinan. Pengambilan keputuasan dalam tinjauan perilaku dapat mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menganalisis situasi dengan memperoleh informasi seakurat mungkin, sehingga permasalahan dapat dituntaskan.

5.3.3. Pengaruh Imbalan Terhadap Kinerja Petugas P2P DBD

Hasil penelitian berdasarkan uji chi square menunjukkan variabel imbalan mempunyai hubungan signifikan dengan kinerja petugas P2 DBD. Imbalan tersebut dapat diberikan secara langsung maupun tidak langsung. Bentuk imbalan secara langsung adalah memberikan insentif secara berkala atau bonus dari hasil pekerjaannya, sedangkan imbalan tidak langsung dapat berupa promosi jabatan maupun penghargaan lainnya. Secara proporsi menunjukkan bahwa mayoritas responden 83,3 dengan kinerja tidak baik terdapat pada responden dengan penilaian imbalan kategori Universitas Sumatera Utara tidak baik, kinerja petugas kategori sedang mayoritas 81,2 juga terdapat pada responden dengan penilaian imbalan kategori sedang, dan responden dengan kinerja baik adalah sama antara penilaian imbalan kategori sedang dan baik masing-masing 37,5. Keadaan ini memberikan gambaran bahwa petugas P2P DBD yang mempunyai kinerja baik mempunyai penilaian terhadap imbalan yang baik atau sangat baik dan sesuai dengan hasil kerjanya. Pemberian imbalan langsung tersebut berkaitan erat dengan motivasi kerja petugas puskesmas untuk meningkatkan hasil kerjanya. Menurut Siagian 1995 berpendapat bahwa imbalan erat kaitannya dengan prestasi kerja seorang karyawan. Imbalan merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi seseorang, disamping faktor lainnya, seperti jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja dimana seseorang bergabung dalam organisasi tempat bekerja dan situasi lingkungan pada umumnya. Menurut Hasibuan 2001, imbalan langsung merupakan imbalan bersifat ekstrinsik utama yang mempengaruhi motivasi seseorang untuk bekerja. Hasil penelitian Wahyudin 2005 menunjukkan bahwa variabel kompensasi termasuk gaji dan insentif secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja dan produktivitas kerja pegawai di lingkungan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta. Hasil penelitian Sumantie, dkk 2005 di rumah sakit wilayah Klaten dan Yogyakarta menunjukkan bahwa pemberian insentif bagi perawat berpengaruh terhadap hasil kerja. Pemberian imbalan langsung ini merupakan upaya yang Universitas Sumatera Utara dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petugas puskesmas selain dari gaji yang diperolehnya berdasarkan pangkatgolongan dalam sistem kepegawaian, karena mereka merupakan PNS, sedangkan tunjangan fungsional juga tergantung pada jenis kepangkatan dalam jabatan fungsional. Secara umum gaji sudah memenuhi standar peraturan kepegawaian, namun jumlah-nya masih kecil sehingga perlu didukung dengan tambahan dalam bentuk insentif atau bentuk lainnya. Hasil penelitian Kristiani dan Salmon 2006 di Propinsi papua pada petugas dinas kesehatan, 66,7 menyatakan gaji mereka masih kurang dan berpengaruh terhadap kepuasan kerja mereka, sehingga berimpliakasi terhadap hasil kerjanya. Hal tersebut juga terjadi pada petugas puskesmas, meskipun dalam penelitian ini peneliti tidak meneliti tentang kepuasan terhadap imbalan langsung, namun secara umum mereka merasa kurang atau tidak puas terhadap gaji atau tunjangan yang diberikan. Petugas puskesmas merasa bahwa insentif dalam bentuk uang saat ini masih tergolong kecil dan belum mengimbangi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga mereka mengharapkan kenaikan insentif dalam bentuk uang. Kejelasan insentif yang dapat diterima oleh petugas kesehatan dalam pelayanan yang bermutu akan memberikan motivasi dalam pelaksanaan pelayan bermutu. Individu akan bertindak dengan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu Sarwono, 2004. Insentif dapat diartikan sebagai stimulan bagi para petugas kesehatan, sehingga memberikan persepsi, pemahaman, penafsiran dan pengalaman untuk Universitas Sumatera Utara melakukan tindakan pelayanan yang bermutu. Hasil penelitian Glorikus 2005, menunjukkan bahwa mengungkapkan ada hubungan antara besarnya insentif dan motivasi petugas dalam memberikan pelayanan bermutu. Informasi lain yang terungkap dari informan tersebut bahwa dengan adanya insentif akan menimbulkan minat dalam memberikan pelayanan bermutu. Dengan adanya insentif menurut informan memungkinkan akan terjadinya pemberian pelayanan yang bermutu disuatu tempat kerja. Sedangkan Imbalan tidak langsung dalam penelitian ini adalah imbalan yang diberikan kepada petugas puskesmas dalam bentuk pelatihan, promosi atau pengembangan karir. Menurut Hasibuan 2001, imbalan tidak langsung merupakan imbalan ekstrinsik yang diberikan dalam bentuk penghargaan, dan promosi serta pengembangan karir karyawan. Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Webster’s yang dikutip Monroe bahwa insentif adalah segala sesuatu yang memberi harapan atau penghargaan sehingga memberikan dorongan untuk bekerja Manroe, 1994. Kerlinger menyatakan bahwa insentif merupakan suatu perangsang atau daya tarik yang sengaja diberikan kepada pegawai dengan tujuan untuk membangun, memelihara dan memperkuat harapan-harapan pegawai agar dalam diri mereka tumbuh semangat Gustri, 2002. dengan hasil penelitian Demen 2002 yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara insentif persepsi dan jumlah yang diterima dengan kinerja perawat di lima puskesmas kota Palangkaraya. Universitas Sumatera Utara Pemberian imbalan tidak langsung ini umumnya diberikan oleh pemerintah daerah seperti penghargaan bagi petugas puskesmas yang berprestasi, dan oleh kepala puskesmas seperti usulan untuk ikut melanjutkan pendidikan.

5.4 Kinerja Petugas P2P DBD

Dokumen yang terkait

Analisis Determinan Kinerja Petugas Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kota Pematang Siantar Tahun 2013

2 58 153

Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Petugas Promosi Kesehatan Puskesmas Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar Tahun 2009

23 230 131

Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Petugas TB Paru Puskesmas Dalam Penemuan Penderita TB Paru Pada Program Pemberantasan Penyakit (P2P) TB Paru Di Kota Medan Tahun 2009

1 34 76

Pengaruh Karakteristik Individu Dan Sumber Daya Organisasi Terhadap Kinerja Pengelola Obat Di Puskesmas Dan Puskesmas Pembantu Kota Sibolga Tahun 2009

1 28 164

Pengaruh Karakteristik Individu Dan Organisasi Terhadap Kinerja Dokter PTT Di Puskesmas Dalam Kota Banda Aceh

0 22 126

Pengaruh Karakteristik Individu Psikologi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Melaksanakan Program di Puskesmas se Kota Pematangsiantar

0 0 18

Pengaruh Karakteristik Individu Psikologi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Melaksanakan Program di Puskesmas se Kota Pematangsiantar

0 0 2

Pengaruh Karakteristik Individu Psikologi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Melaksanakan Program di Puskesmas se Kota Pematangsiantar

0 0 12

Pengaruh Karakteristik Individu Psikologi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Melaksanakan Program di Puskesmas se Kota Pematangsiantar

0 0 36

Pengaruh Karakteristik Individu Psikologi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Melaksanakan Program di Puskesmas se Kota Pematangsiantar

0 0 4