Hubungan Kinerja Terhadap Karakteristik Organisasi

2.4.2. Hubungan Kinerja Terhadap Karakteristik Organisasi

Menurut Timple dalam Mangkunegara 2006 faktor‐faktor kinerja terdiri dari faktor individu dengan faktor lingkungan kerja organisasi. Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja yang efektif, hubungan kerja yang harmonis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang memadai merupakan pemicu pemotivator bagi dirinya dalam berprestasi di organisasinya. Menurut Gibson 1989 variabel organisasi berefek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu. Variabel organisasi digolongkan dalam sub variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan. Sedangkan menurut Kopelman dalam Ilyas 2001 mengemukakan bahwa sub variabel imbalan akan berpengaruh untuk meningkatkan motivasi kerja yang pada akhirnya secara langsung akan meningkatkan kinerja individu. a. Sumber Daya Menurut Rosidah, dkk 2003 organisasi dipengaruhi oleh sumber daya yang terdiri dari sumber daya manusia dan sumber daya non manusia atau disebut jasa dengan sumber daya alam natural resource seperti modal, mesin, teknologi, material dan lain-lain. Kedua kategori sumber daya tersebut sama-sama penting, akan tetapi sumber daya manusia SDM merupakan faktor dominan karena memilki akal, pengetahuan, keterampilan, motivasi, karya dan prestasi. Pada prinsipnya SDM Universitas Sumatera Utara adalah satu-satunya sumber daya yang sangat menentukan organisasi dalam melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan. Sedangkan kinerja Sumber Daya Manusia SDM adalah prestasi kerja atau hasil kerja out put baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengna tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Ilyas 2001 untuk menilai kualitas kerja SDM maka perlu dilakukan penilaian kerja dengan cara membandingkan hasil karya yang dilakukan personel dengan standar prestasi kerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Bila dari hasil penilaian ini ternyata personel yang bersangkutan masih jauh atau belum dapat mencapai tolak ukur yang ditetapkan, maka salah satu penyebabnya adalah belum sepenuhnya personel tersebut melaksanakan disiplin kerja, menunda-nunda pekerjaan sehingga target penyelesaian pekerjaan tidak pernah tercapai. b. Kepemimpinan dalam Organisasi Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif akan memberikan manfaat dalam pencapaian tujuan organisasi. Menurut Rivai 2003 kepemimpinan seseorang sangat besar peranannya dalam setiap pengambilan keputusan sehingga membuat keputusan dan mengambil Universitas Sumatera Utara tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas seorang pimpinan. Pengambilan keputuasan dalam tinjauan perilaku dapat mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menganalisis situasi dengan memperoleh informasi seakurat mungkin, sehingga permasalahan dapat dituntaskan. c. Imbalan. Pemberian imbalan atau kompensasi merupakan masalah yang sangat penting karena mengingat setiap pekerja dalam organisasi mempunyai pengharapan atas sesuatu dari organisasi sebagai penghargaan atas jerih payahnya selama bekerja. Menurut Basyah,dkk 2006 kompensasi selain berbentuk upah gaji dapat juga berupa fasilitas perumahan, fasilitas kendaraan atau bentuk lain yang dapat di nilai dengan uang. Masalah pengelolaan kompensasi bukan hanya penting karena merupakan dorongan utama seseorang untuk menjadi karyawan, tetapi juga karena kompensasi yang diberikan ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap semangat dan kegairahan kerja para personil organisasi. Menurut Ilyas 2001 pemberian kompensasi dapat diperoleh dari penilaian kinerja sehingga dapat menentukan peringkat pemberian kompensasi untuk personel yang bersangkutan apakah tinggi, rendah atau rata-rata saja. Tingkat kompensasi yang dibayarkan dapat didasarkan pada status kemampuan dan tanggung jawab personel yang bersangkutan.

2.5. Metode Penilaian Kinerja

Dokumen yang terkait

Analisis Determinan Kinerja Petugas Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kota Pematang Siantar Tahun 2013

2 58 153

Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Petugas Promosi Kesehatan Puskesmas Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar Tahun 2009

23 230 131

Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Petugas TB Paru Puskesmas Dalam Penemuan Penderita TB Paru Pada Program Pemberantasan Penyakit (P2P) TB Paru Di Kota Medan Tahun 2009

1 34 76

Pengaruh Karakteristik Individu Dan Sumber Daya Organisasi Terhadap Kinerja Pengelola Obat Di Puskesmas Dan Puskesmas Pembantu Kota Sibolga Tahun 2009

1 28 164

Pengaruh Karakteristik Individu Dan Organisasi Terhadap Kinerja Dokter PTT Di Puskesmas Dalam Kota Banda Aceh

0 22 126

Pengaruh Karakteristik Individu Psikologi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Melaksanakan Program di Puskesmas se Kota Pematangsiantar

0 0 18

Pengaruh Karakteristik Individu Psikologi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Melaksanakan Program di Puskesmas se Kota Pematangsiantar

0 0 2

Pengaruh Karakteristik Individu Psikologi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Melaksanakan Program di Puskesmas se Kota Pematangsiantar

0 0 12

Pengaruh Karakteristik Individu Psikologi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Melaksanakan Program di Puskesmas se Kota Pematangsiantar

0 0 36

Pengaruh Karakteristik Individu Psikologi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Melaksanakan Program di Puskesmas se Kota Pematangsiantar

0 0 4