2 Jumlah tersangka DBD yang ditangani sesuai kriteria
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ X 100 Jumlah tersangka DBD dalam kurun waktu yang sama
2.3. Organisasi
Menurut Malayu 2005 organisasi adalah suatu system perserikatan formal,
berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerjasama dalam
mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.
Menurut March Siman dalam Malayu 2005 organisasi adalah system yang
kompleks yang terdiri dari unsur psikologis, sosiologis, teknologis dan ekonomi yang
dalam dirinya sendiri membutuhkan penyelidikan yang insentif. Organisasi terdiri dari :
a. Pengaturan yang berorientasi sasaran, orang-orang dengan tujuannya.
b. Orang-orang berinteraksi dalam kelompok.
c. Orang dengan menggunakan pengetahuan dan teknik.
d. Interaksi kegiatan yang terstruktur serta orang-orang bekerja sama dalam
hubungan-hubungan yang berpola struktur system
2.4. Kinerja
Menurut Payaman 2005 kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas
pelaksanaan tugas tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat Sedarmayanti 2004 kinerja adalah hasil kerja
seseorang yang dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur,
tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena upaya pelaku yang terdapat
pada organisasi tersebut.
Menurut Ilyas 2001 kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik
kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi. Dalam organisasi pelayanan
kesehatan, sangatlah penting untuk memiliki instrumen penilaian kinerja yang efektif
bagi tenaga kerja profesional. Proses evaluasi kinerja bagi profesional menjadi bagian
terpenting dalam upaya manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi yang efektif.
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi determinan kinerja personel maka
perlu dilakukan pengkajian terhadap beberapa teori kinerja. Secara teoritis ada 3 tiga
kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu variabel
individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut
mempengaruhi perilaku kinerja yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja personel.
Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas‐tugas
pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas.
2.4.1. Hubungan Kinerja Terhadap Karakteristik Individu
Menurut Rivai 2003 perilaku individu adalah sebagai suatu fungsi dari
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Individu membawa tatanan dalam
organisasi berupa kemampuan, kepercayaan, pribadi, penghargaan, kebutuhan dan
pengalaman masa kerja.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, karakteristik individu akan di bawa memasuki suatu lingkungan
baru yaitu organisasi atau lainnya. Organisasi juga mempunyai karakteristik dan
merupakan suatu lingkungan bagi individu. Selanjutnya karakteristik individu
berinteraksi dengan karakteristik organisasi yang akan mewujudkan perilaku individu
dalam organisasi.
Menurut Payaman 2005 kompensasi individu adalah kemampuan dan
keterampilan melakukan kerja yang dipengaruhi oleh pendidikan, akumulasi pelatihan
dan pengalaman kerja.
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan bagian dari investasi sumber daya manusia Human Investment. Semakin lama waktu yang digunakan seseorang untuk pendidikan
semakin tinggi kemampuan atau kompetensinya melakukan pekerjaan dan dengan demikian semakin tinggi kinerjanya.
Sedangkan menurut Sedarmayanti 2004 pendidikan merupakan upaya untuk menambah pengetahuan dan keterampilan bekerja sehingga dengan demikian
dapat meningkatkan produktivitas kerja dan tercermin dalam imbalan yang diterima.
b. Pelatihan
Pelatihan adalah salah satu bentuk peningkaan produktivitas kerja yang dapat dilakukan di dalam maupun di luar instansi. Pelatihan yang dilakukan di luar
instansi umumnya bersifat khusus, lokakarya atau pendidikan formal dengan maksud untuk meningkatkan keterampilan pengawai baik secara horizontal maupun vertikal.
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan secara horizontal berarti memperluas aspek atau jenis pekerjaan yang diketahui. Sedangkan peningkatan secara vertikal berarti memperdalam
pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu. Menurut Umar 2002 program pelatihan ditujukan untuk memperbaiki
penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan bertujuan untuk menyiapkan
pegawainya untuk memangku jabatan tertentu dimasa yang akan datang. Pengembangan bersifat lebih luas karena menyangkut banyak aspek seperti
peningkatan dalam keilmuan, pengetahuan, kemampuan, sikap dan kepribadian. Program pelatihan dan pengembangan bertujuan antara lain untuk menutupi gap
antara kecakapan pegawai dan peminatan jabatan. Selain untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja pegawai dalam mencapai sasaran kerja.
c. Masa Kerja
Menurut Rivai 2003 masa kerja yang lebih lama menunjukkan pengalaman yang lebih dari seseorang dibandingkan dengan rekan kerjanya yang lain
Pengalaman kerja pada awal melaksanakan tugas tidak banyak memerlukan bimbingan tetapi bila sifat kepribadiannya buruk atau intelegensinya rendah maka
semakin lama akan semakin kurang berhasil guna dan berdaya guna dalam bekerja Sedarmayanti, 2004.
Menurut Payaman 2005 pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang
sama, semakin terampil dan semakin cepat menyelesaikan pekerjaan tersebut sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan kinerja.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Hubungan Kinerja Terhadap Karakteristik Organisasi
Menurut Timple dalam Mangkunegara 2006 faktor‐faktor kinerja terdiri dari
faktor individu dengan faktor lingkungan kerja organisasi. Faktor lingkungan kerja
organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor
organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai,
target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja yang efektif, hubungan kerja yang
harmonis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang memadai merupakan pemicu
pemotivator bagi dirinya dalam berprestasi di organisasinya.
Menurut Gibson 1989 variabel organisasi berefek tidak langsung terhadap
perilaku dan kinerja individu. Variabel organisasi digolongkan dalam sub variabel
sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.
Sedangkan menurut Kopelman dalam Ilyas 2001 mengemukakan bahwa sub
variabel imbalan akan berpengaruh untuk meningkatkan motivasi kerja yang pada
akhirnya secara langsung akan meningkatkan kinerja individu.
a. Sumber Daya
Menurut Rosidah, dkk 2003 organisasi dipengaruhi oleh sumber daya yang terdiri dari sumber daya manusia dan sumber daya non manusia atau disebut jasa
dengan sumber daya alam natural resource seperti modal, mesin, teknologi, material dan lain-lain. Kedua kategori sumber daya tersebut sama-sama penting, akan
tetapi sumber daya manusia SDM merupakan faktor dominan karena memilki akal, pengetahuan, keterampilan, motivasi, karya dan prestasi. Pada prinsipnya SDM
Universitas Sumatera Utara
adalah satu-satunya sumber daya yang sangat menentukan organisasi dalam melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan.
Sedangkan kinerja Sumber Daya Manusia SDM adalah prestasi kerja atau hasil kerja out put baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan
periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengna tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Menurut Ilyas 2001 untuk menilai kualitas kerja SDM maka perlu dilakukan penilaian kerja dengan cara membandingkan hasil karya yang dilakukan
personel dengan standar prestasi kerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Bila dari hasil penilaian ini ternyata personel yang bersangkutan masih jauh atau belum dapat
mencapai tolak ukur yang ditetapkan, maka salah satu penyebabnya adalah belum sepenuhnya personel tersebut melaksanakan disiplin kerja, menunda-nunda pekerjaan
sehingga target penyelesaian pekerjaan tidak pernah tercapai.
b. Kepemimpinan dalam Organisasi
Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi perilaku
orang lain, terutama bawahannya untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif akan memberikan manfaat dalam pencapaian
tujuan organisasi. Menurut Rivai 2003 kepemimpinan seseorang sangat besar peranannya
dalam setiap pengambilan keputusan sehingga membuat keputusan dan mengambil
Universitas Sumatera Utara
tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas seorang pimpinan. Pengambilan keputuasan dalam tinjauan perilaku dapat mencerminkan karakter bagi
seorang pemimpin. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menganalisis situasi dengan memperoleh informasi seakurat mungkin, sehingga permasalahan dapat
dituntaskan. c.
Imbalan. Pemberian imbalan atau kompensasi merupakan masalah yang sangat
penting karena mengingat setiap pekerja dalam organisasi mempunyai pengharapan atas sesuatu dari organisasi sebagai penghargaan atas jerih payahnya selama bekerja.
Menurut Basyah,dkk 2006 kompensasi selain berbentuk upah gaji dapat juga berupa fasilitas perumahan, fasilitas kendaraan atau bentuk lain yang dapat di
nilai dengan uang. Masalah pengelolaan kompensasi bukan hanya penting karena merupakan
dorongan utama seseorang untuk menjadi karyawan, tetapi juga karena kompensasi yang diberikan ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap semangat dan
kegairahan kerja para personil organisasi. Menurut Ilyas 2001 pemberian kompensasi dapat diperoleh dari penilaian
kinerja sehingga dapat menentukan peringkat pemberian kompensasi untuk personel yang bersangkutan apakah tinggi, rendah atau rata-rata saja. Tingkat kompensasi
yang dibayarkan dapat didasarkan pada status kemampuan dan tanggung jawab personel yang bersangkutan.
2.5. Metode Penilaian Kinerja
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ilyas 2001 penilaian kinerja dapat dibedakan atas beberapa metode meliputi
:
a. Penilaian Teknik Essai Menyeluruh
Pada metode ini penilai menuliskan deskripsi tentang kelebihan dan kekurangan seseorang personel yang meliputi prestasi, kerjasama dan pengetahuan
personel tentang pekerjaannya. Dalam penilaian secara menyeluruh atas hasil kerja bawahan keuntungan
cara ini adalah dapat dilakukannya analisis secara mendalam, tetapi teknik ini memakan waktu banyak dan sangat tergantung kepada penilai.
b. Metode Penggunaan Daftar Periksa
Dalam melakukan penilaian kerja seorang personel, kita dapat menggunakan daftar periksa checklist yang telah disediakan sebelumnya. Daftar ini berisi
komponen yang dikerjakan seorang personel yang dapat diberi bobot ya atau tidak, selesai atau belum atau dengan bobot persentase penyelesaian pekerjaan yang
bersangkutan. Biasanya komponen tingkah laku dalam pekerjaan yang dinilai disusun dalam pertanyaan singkat.
c. Metode Penilaian Komparasi
Penialaian yang didasarkan perbandingan ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil pelaksanaan pekerjaan seorang personel dengan personel lain
yang melakukan pekerjaan sejenis. Penggunaan metode ini dianggap cukup sederhana dan tidak memerlukan analisis yang sulit. Dengan membandingkan hasil pelaksanaan
pekerjaan seperti ini akan mudah menentukan personel mana yang terbaik prestasinya sehingga mendapat bobot tinggi yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan
Universitas Sumatera Utara
kriteria pemberian tingkat kompensasi, pemberian tanggung jawab yang lebih tinggi dan sebagainya.
d. Metode Penilaian Langsung
Melakukan penilaian kinerja tidak hanya dapat dilakukan di atas kertas berdasarkan catatan atau laporan yang ada. Tetapi dapat pula melihat langsung
pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Petugas yang melakukan penilaian ke lapangan ini adalah orang yang
mengetahui apa yang harus dilihat dan dinilai. Kemudian hasil penilaian disampaikan kepada pejabat yang berwenang. Sewaktu melakukan penilaian di lapangan si penilai
dapat saja langsung memberitahukan kepada personel yang dinilai kekurangan atau kelemahan yang dilakukan yang bersangkutan dalam melakukan pekerjaan.
Menurut Rivai 2005 metode penilaian kinerja adalah sebagai berikut:
A. Metode
Penilaian Subjektif
Penilaian kinerja subjektif dapat dilakukan dengan bermacam‐macam metode atau
teknik. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam sistem penilaian kinerja subjektif
antara lain adalah sebagai berikut:
1. AlphabeticalNumerial
rating Dalam
metode ini, penilai diminta untuk meratingmemberi peringkat karyawan
‐karyawan dengan menggunakan angka yang mempunyai bobot yang berbeda. Faktor
yang dinilai antara lain: a.
Kualitas dan kuantitas pekerjaan
b. Pengetahuan
tentang pekerjaan c.
Kemampuan dalam memecahkan masalah.
Universitas Sumatera Utara
Skala peringkat misalnya dengan menggunakan angka 1 sampai 5, atau A sampai E
yang menunjukan perbedaan antara kinerja yang lebih baik dan yang lebih buruk.
Kelebihan dari metode ini adalah mudah dimengerti dan digunakan. Sementara itu,
kekurangannya adalah terkena bias dan terjadinya central tendency.
2. Forced
Choice Rating Index Pada
metode ini penilai diminta untuk membuat kata sifat atau ungkapan‐ ungkapan
yang dapat memberikan gambaran tentang kinerja karyawan yang dinilai. Dalam
hal ini, penilai hanya memilih salah satu dari dua pernyataan yang dianggap sesuai
atau mendekati kinerja karyawan yang dinilai. Kelebihan
dari metode ini adalah di samping cukup mudah untuk dipahami dan digunakan,
juga dapat mengurangi masalah central tendency yang terlalu lemah atau terlalu
tegas. Kelemahan dari metode ini adalah sulit untuk membuat indikator dari standar
kinerja. 3.
Personality Trait Rating
Metode ini terdiri dari lima atau enam poin kualitas personal dan karakteristik
kepribadian seperti: keyakinan diri confidence, antusiasisme enthusiasm,
kedewasaan maturity, steadiness under preasure, intiative dan lain‐lain. Penilain
diminta untuk memilih salah satu angka yang menggambarkan kepribadian seseorang
tersebut. 4.
Ghrapic Rating Scale
Metode ini menggunakan skala grafik yang memberikan gambaran mulai dari
kinerja tertinggi sampai terendah. Penilaian diminta memberikan tanda pada grafik
skala tersebut sesuai dengan karyawan yang dinilai.
Universitas Sumatera Utara
Metode ini disamping mudah dipahami dan digunakan juga dapat menghindari
penempatan karyawan pada katagori yang spesifikbaik atau bagus. Namun rater bias,
dan central tendency masih mungkin terjadi. Disamping itu, sulit untuk
menginterpretasikan skala tersebut.
5. Force
Distribution Metode
ini dapat menghindari masalah‐masalah seperti central tendency yang terlalu
longgar atau terlalu ketat, namun kinerja kelompok mungkin tidak sesuai dengan pola
normal. Selain itu metode ini sulit diterapkan jika jumlah karyawan yang akan dinilai
terlalu sedikit.
6. Rangking
Metode ini adalah metode yang paling sederhana. Penilaian hanya
mengurutkan karyawan berdasarkan peringkat atau rangking mulai dari yang
mempunyai kinerja yang baik sampai pada kinerja yang paling jelek.
Metode ini selain mudah digunakan juga memaksa penilai untuk membedakan
antara tingkat‐tingkat kinerja karyawan yang berbeda. Akan tetapi kelompok yang ada
mungkin tidak dapat memenuhi distribusi yang diatur, misalnya karyawan yang berada
dibawah atau diatas rata‐ rata.
7. Paired
Comparisons Metode
ini, penilai diminta untuk membandingkan seorang karyawan dengan karyawan
lainnya, kemudian dinilai apakah kinerjanya lebih tinggi atau lebih rendah dari karyawan
lain. Dengan menggunakan metode ini, penilai dituntut untuk membandingkan
kekuatan dan kelemahan dari para karyawan.
Universitas Sumatera Utara
Namun demikian metode ini tidak memungkinkan perbandingan yang mudah
antara kelompok‐kelompok pekerja yng berbeda. Disamping itu, metode ini tidak dapat
memberikan umpan balik yang jelas kepada karyawan untuk meningkatkan kinerja
dimasa yang akan datang. Dan kelemahan lain adalah penilai merasa enggan membuat
perbandingan diantara para karyawan.
B. Metode
Penilaian Objektif
Penilaian kinerja objektif dapat dilakukan dengan bermacam‐macam metode atau
teknik. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam sistem penilaian kinerja objektif
adalah sebagai berikut:
1. Free
Written Report Free
written report disebut juga sebagai metode esai atau metode karangan. Penilai
memberikan pendapat tentang kinerja masing‐masing karyawan dalam bentuk tulisan
atau karangan yang menunjukan kriteria yang dianggap sesuai atau cocok dengan
karyawan yang dinilai. Penilai harus memberikan komentar tentang kinerja masa
lalu karyawan dan peningkatan atau target baru untuk masa yang akan datang. Keuntungan
dari metode ini adalah dapat menghasilkan pendapat yang berguna bagi
kinerja saat ini dan potensi dimasa yang akan datang. Namun dengan metode ini perbandingan
antara individu mungkin sulit dihasilkan. 2.
Controlled Written Report
Metode ini mirip dengan metode free written report, namun lebih terarah
karena adanya heading dalam dokumen penilaian yang mengarahkan komentar penilai.
Metode ini menuntut penilai untuk memikirkan dengan seksama kinerja seorang
karyawan yang dapat berguna bagi kinerja masa kini dan masa akan datang.
Universitas Sumatera Utara
3. Critical
Incident Technique Dalam
hal ini penilai diminta untuk mencatat kedua sisi kinerja , baik yang positif
maupun yang negatif dari karyawan. Melalui metode ini, penilai dituntut untuk berpikir
secara seksama mengenai kinerja tiap karyawan. Metode
ini membutuhkan pengawasan secara dekat yang kadang berlebihan dan
dapat menimbulkan kebencian karyawan serta pengunduran semangat kerja.
4. Result
Oriented Scheme Metode
ini berorientasi pada hasil yang ingin dicapai yang lebih menekankan kinerja
dari pada kepribadian. Dalam melakukan penilaian, terdapat kemungkinan kecil untuk
dipengaruhi oleh sudut pandang subjek dari penilai. Disamping dapat mendorong diskusiterbuka
dalam memformulasikan saran‐saran, juga memberikan umpan balik terhadap
peningkatan kinerja dimasa yang akan datang. 5.
Self Appraisal
Metode ini melibatkan karyawan dalam proses penilaian tentang kinerja
masing ‐ masing. Metode ini dapat mendorong karyawan untuk memikirkan masalah
pekerjaan dan kinerja sehingga dapat memberikan umpan balik yang positif terhadap
peningkatan dimasa yang akan datang.
6. Behaviorally
Anchored Rating Scales BARS Walaupun
belum digunakan secara luas, metode ini memiliki kelebihan yang dapat
diperhitungkan dalam mengatasi masalah yang biasanya muncul apabila kita ingin
Universitas Sumatera Utara
mengakarakterisasi skala penilaian konvensional alfabetisnumerik. BARS membutuhkan
formulir penilaian yang secara khusus dirancang bagi tiap kelompok pekerjaan.
C. Metode
Penilaian Kinerja Yang Berorientasi Masa Lalu
Metode penilaian kinerja berorientasi masa lalu past oriented evaluation
methods dilakukan berdasarkan kinerja masa lalu.
Keuntungan dari metode ini adalah dapat dijadikan umpan balik feed back
yang dapat mengarahkan usaha untuk peningkatan kinerja.
Dalam praktiknya, sebagaimana diuraikan diatas ada beberapa metode untuk
mengevaluasi kinerja diwaktu yang lalu, dan hampir semua teknik tersebut merupakan
suatu upaya untuk meminimalkan berbagai masalah tertentu yang dijumpai dalam
pendekatan ‐pendekatan ini. Dengan mengevaluasi prestasi kerja kinerja di masa lalu,
karyawan dapat memperoleh umpan balik dari upaya –upaya mereka. Umpan balik ini
selanjutnya bisa mengarahkan kepada perbaikan‐perbaikan prestasi. Teknik‐teknik
penilaian ini adalah sebagai berikut:
1. Skala
Peringkat Rating Scale Meskipun
metode ini sering dianggap sebagai metode yang subjektif, namun metode
ini paling banyak digunakan dalam menilaimengevaluasi kinerja karyawan. Metode
ini merupakan metode yang paling tua yang digunakan dalam penilaian pr
estasi, dimana para penilai diharuskan melakukan suatu penilaian yang berhubungan dengan
hasil kerja karyawan dalam skala‐skala tertentu, mulai dari yang paling rendah sampai
yang paling tinggi. 2.
Daftar Pertanyaan Checklist
Universitas Sumatera Utara
Penilaian berdasarkan metode ini biasanya menggunakan sejumlah pertanyaan
dengan menggunakan kalimat : Berilah jawaban pertanyaan berikut dengan cara
memberi tanda √ pada kolom yang tersedia.
Metode ini menggunakan formulir isian yang menjelaskan beraneka ragam
tingkat perilaku bagi suatu pekerjaan tertentu. Penilai hanya perlu memilih kata atau
pertanyaan yang menggambarkan karakteristik dan hasil kerja karyawan.
Keuntungan dari checklist adalah biaya yang murah, pengurusannya mudah, penilai
hanya membutuhkan pelatihan yang sederhana dan standarisasi. Kelemahannya
meliputi kepekaan pada penyimpangan penilai terutama hello effect yang lebih
mengedepankan kriteria‐kriteria pribadi karyawan dalam menentukan kriteria‐kriteria
hasil kerja, kesalahan menafsirkan meteri‐meteri checklist, Kerugian metode ini tidak
memungkinkan penilai untuk memberikan nilai yang berbeda. Sebagai contoh,
karyawan yang dengan senang hati bekerja lembur mendapatkan nilai yang sama
seperti karyaan yang bekerja lembur dengan setengah hati.
3. Metode
Dengan Pilihan Terarah Forced Choice Methode Metode
ini dirancang untuk meningkatkan objektivitas dan mengurangi subjektivitas
dalam penilaian. Salah
satu sasaran dasar pendekatan pilihan ini adalah untuk mengurangi dan menyingkirkan
kemungkinan berat sebelah penilaian dengan memaksakan suatu pilihan antara
pernyataan‐pernyataan deskriptif yang kelihatannya mempunyai nilai yang sama. Metode
in imengharuskan penilai untuk memilih pernyataan yang paling sesuai dengan pasangan
pernyataan tentang karyawan yang dinilai. 4.
Metode Peristiwa Kritis Critical Incident Methode
Universitas Sumatera Utara
Metode ini merupakan pemilihan yang mendasarkan pada catatan yang dibuat
penilai atas perilaku karyawan yang sangat kritis, seperti sangat baik atau sangat jelek
dalam melaksanakan pekerjaan.
Pernyataan ‐pernyataan diatas disebut sebagai insiden kritis dan biasanya
dicatat oleh atasan selama masa penilaian untuk setiap karyaan yang amat berguna
dalam memberikan umpan balik karyawan yang bersangkutan. Kejadian yang dicatat
meliputi penjelasan ringkas dari apa yang terjadi.
5. Metode
Catatan Prestasi Metode
ini berkaitan erat dengan metode peristiwa kritis, yaitu catatan penyempurnaan,
yang banyak digunakan terutama oleh para profesional, misalnya penampilan,
kemampuan berbicara, peran kepemimpinan dan aktivitas lain yang berhubungan
dengan pekerjaan. Informasi ini secara khusus digunakan untuk menghasilkan
detail laporan tahunan tentang kontribusi seorang profesional selama satu
tahun. Selanjutnya, laporan akan digunakan oleh atasan untuk menetukan kenaikan
dan promosi untuk memberikan saran‐saran tentang hasil kerjanya dimasa yang
akan datang. Penafsiran atas materi‐materi mungkin subjektif dan biasanya terjadi penyimpangan,
karena hanya memberikan sesuatu yang baik saja terhadap apapun yang
dilakukan karyawan. 6.
Skala Peringkat Dikaitkan Dengan Tingkah Laku Behaviorally Anchored Rating
Scale= BARS
Metode ini merupaka suatu cara penilaian prestasi kerja karyawan untuk satu
kurun waktu tertentu dimasa lalu dengan mengaitkan skala peringkat prestasi kerja
dengan perilaku tertentu. Salah satu kelebihan metode ini adalah pengurangan
Universitas Sumatera Utara
subjektifitas dalam penilaian. Deskripsi prestasi kerja, yang baik maupun yang kurang
memuaskan, dibuat oleh pekerja sendiri, rekan sekerja dan atasan langsung masing‐
masing.
7. Metode
Peninjauan Lapangan Field Review Methode Disini
penilai turun kelapangan bersama‐sama dengan ahli dari SDM. Spesialis SDM
mendapat informasi dari atasan langsung perihal prestasi karyawannya, lalu mengevaluasi
berdasarkan informasi tersebut. Hasil
penilaian dikirim ke penyelia dan dibawa kelapangan untuk keperluan review,
perubahan, persetujuan dan pembahasan dengan pihak karyawan yang dinilai. Telah
dimaklumi bahwa penilaian yang seobjektif mungkin dalam mengukur prestasi kerja
karyawan perlu diusahakan. Berarti subjektifitas penilai harus dihilangkan paling sedikit
dikurangi hingga seminimal mungkin. 8.
Test Dan Observasi Prestasi Kerja Performance Test and Observation
Karena berbagai pertimbangan dan keterbatasan, penilaian prestasi dapat
didasarkan pada test pengetahuan dan keterampilan, berupa test tertulis dan peragaan,
syaratnya test itu harus valid sahih dan reliabel dapat dipercaya.
Untuk jenis‐jenis pekerjaan tertentu penilaian dapat berupa test dan observasi. Artinya
karyawan dinilai, diuji kemampuannya baik melalui ujian tertulis yang menyangkut
berbagai hal seperti, tingkat pengetahuan tentang prosedur dan mekanisme
kerja yang telah ditetapkan dan harus ditaati atau melalui ujian taktik yang langsung
diamati oleh penilai. 9.
Pendekatan Evaluasi Komparative Comparative Evaliation Approach
Universitas Sumatera Utara
Metode in mengutamakan perbandingan prestasi kerja seseorang dengan
karyawan lain yang menyelenggarakan kegiatan sejenis. Perbandingan demikian
dipandang bermanfaat untuk manajemen sumber daya manusia dengan lebih rasional
dan efektif, khususnya dalam kenaikan gaji, promosi dan pemberian berbagai bentuk
imbalan kepada karyawan.
2.6. Manfaat Penilaian Kinerja