Latar Pengaruh Karakteristik Individu Dan Organisasi Terhadap Kinerja Petugas P2P Dalam Program DBD Di Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar

Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat PHBS, mempunyai kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata dalam wilayah kesatuan Negara RI yang kuat. Gambaran masyarakat di masa depan tersebut dapat dicapai dengan landasan visi, “Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat” dalam mencapai INDONESIA SEHAT 2010. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mecegah risiko penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu Depkes, 2004. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut dilakukan upaya- upaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program pemerintah, di antaranya adalah program pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dangue DBD Universitas Sumatera Utara Bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit DBD, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit DBD Depkes RI, 2003. Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti. DBD telah muncul sebagai masalah kesehatan masyarakat internasional pada abad 21, menurut WHO 2000 antara tahun 1975‐1995 terdeteksi di 102 negara dari lima wilayah WHO, yaitu 20 negara di Afrika, 42 negara di Amerika, 7 negara di Asia Tenggara, 4 negara di Timur Tengah dan 29 negara di Pasifik Barat Depkes RI, 2003. Penyakit DBD pertama kali ditemukan di Manila Philipina pada tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Menurut Perkiraan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Center for Disease Control and Prevention, Amerika Serikat setiap tahun di seluruh dunia terjadi 50 juta – 100 juta kasus DBD Depkes RI, 2000. Kasus DBD di Indonesia menempati urutan kedua setelah Thailand. DBD pertama kali dicurigai di Surabaya pada tahun 1968 tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1972. Sejak itu penyakit DBD menyebar ke berbagai daerah di seluruh pelosok tanah air, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat. Baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadik selalu terjadi KLB. KLB terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Insidens Rate IR 35,19 per 100.000 penduduk dan Case Fatality Rate CFR 2. Pada tahun 1999 IR menurun menjadi 10,17 per 100.000 penduduk, namun tahun‐tahun berikutnya IR cenderung Universitas Sumatera Utara meningkat. Pada tahun 2000 IR 15,99 per 100.000 penduduk, tahun 2001 IR 21,66 per 100.000 penduduk, tahun 2002 IR 19,24 per 100.000 penduduk, tahun 2003 IR 23,87 per 100.000 penduduk. Dalam periode Januari ‐ April 2004, tejadi letusan KLB di 188 kabupatenkota dari 12 propinsi dengan jumlah kasus 53.719 kasus dan 590 orang meninggal dengan CFR 1,1. Adapun 12 provinsi yang terjadi letusan KLB adalah Nanggroe Aceh Darussalam NAD, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Bali, NTB dan NTT Depkes RI, 2004. Pada tahun 2006 terjadi kejadian luar biasa KLB di Nanggroe Aceh Darussalam NAD dengan CFR sebesar 4,72. Khususnya di Kota Lhokseumawe terdapat 250 kasus dengan CFR 2,4 sedangkan tahun 2007 terdapat 251 kasus dengan CFR 1,6, di tahun 2008 terdapat peningkatan jumlah kasus 500 dengan CFR 0,6 Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe, 2008. Target pelayanan akan dicapai menuju paradigma Indonesia Sehat 2010 melalui program pencegahan dan pemberantasan penyakit P2P salah satunya adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue DBD dengan sasaran sebesar 80 baik di rumah sakit maupun di puskesmas. Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan dapat diterima serta terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat menggunakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya tersebut diselenggarakan dengan Universitas Sumatera Utara menitikberatkan pada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan Depkes, RI 2004. Salah satu fungsi puskesmas adalah memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas meliputi pelayanan pengobatan, upaya pencegahan, peningkatan kesehatan dan pemulihan kesehatan Depkes RI, 2004. Fenomena menunjukkan beberapa permasalahan yang terjadi dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD di puskesmas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sukmayeni 2008 di Propinsi Sumatera Barat khususnya di Kota Padang memperlihatkan peningkatan angka kesakitan dan kematian DBD cukup tingggi serta adanya ledakan kasus DBD KLB pada tahun 2004. Angka Incidence Rate IR dan Case Fatality Rate CFR penyakit DBD dalam tiga tahun terakhir ini terus meningkat yaitu IR 81,74 dan CFR 1,57 pertahun. Berdasarkan penelitian Sukmayeni 2008 menunjukkan bahwa pengetahuan tentang pelaksanaan Pemantauan Jentik Berkala PJB dari petugas kesehatan masih kurang dan masih banyak petugas yang belum mengikuti pelatihan pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue. Motivasi petugas juga masih rendah dalam pelaksanaan Pemantauan Jentik Berkala. Dalam pengelolaan program PJB puskesmas di Kota Padang, belum dilaksanakan perencanaan dengan baik, koordinasi yang lemah dan belum lengkapnya pencatatan dan pelaporan. Berdasarkan hasil observasi sementara diketahui bahwa pelaksanaan penanggulangan KLB DBD belum dapat dilaksanakan dengan optimal, seperti Universitas Sumatera Utara penyuluhan dan pemantauan jentik berkala yang kurang pada masyarakat dikarenakan sumber daya petugas pelaksana memiliki basic pendidikan yang bukan berasal dari kesehatan lingkungan melainkan dari perawat, bidan dan lainnya sehingga pelaksanaan dan penyampaian informasi kurang maksimal. kebanyakan petugas berjenis kelamin perempuan sehingga jarang untuk turun kelapangan dikarenakan jarak tempuh yang jauh ke lokasi wilayah endemis DBD, serta pelaksanaan foging yang tidak tepat sasaran. Ketidak hadiran dan kurangnya keaktifan petugas P2P program DBD untuk turun kelapangan dalam melaksanakan kegiatan PSN, sehingga kegiatan PSN menjadi tidak berkesinambungan. Dari uraian diatas terlihat bahwa salah satu masalah dalam upaya penanggulangan DBD adalah lemahnya kinerja petugas kesehatan, khususnya petugas P2P program DBD. Gibson 1989 berpendapat bahwa faktor‐faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain: karakteristik individu dan karakteristik organisasi. Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan karakteristik individu dan karakteristik organisasi terhadap kinerja staff pengelola P2P program DBD di Kota Lhokseumawe.

1.2. Permasalahan

Dokumen yang terkait

Analisis Determinan Kinerja Petugas Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kota Pematang Siantar Tahun 2013

2 58 153

Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Petugas Promosi Kesehatan Puskesmas Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar Tahun 2009

23 230 131

Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Petugas TB Paru Puskesmas Dalam Penemuan Penderita TB Paru Pada Program Pemberantasan Penyakit (P2P) TB Paru Di Kota Medan Tahun 2009

1 34 76

Pengaruh Karakteristik Individu Dan Sumber Daya Organisasi Terhadap Kinerja Pengelola Obat Di Puskesmas Dan Puskesmas Pembantu Kota Sibolga Tahun 2009

1 28 164

Pengaruh Karakteristik Individu Dan Organisasi Terhadap Kinerja Dokter PTT Di Puskesmas Dalam Kota Banda Aceh

0 22 126

Pengaruh Karakteristik Individu Psikologi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Melaksanakan Program di Puskesmas se Kota Pematangsiantar

0 0 18

Pengaruh Karakteristik Individu Psikologi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Melaksanakan Program di Puskesmas se Kota Pematangsiantar

0 0 2

Pengaruh Karakteristik Individu Psikologi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Melaksanakan Program di Puskesmas se Kota Pematangsiantar

0 0 12

Pengaruh Karakteristik Individu Psikologi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Melaksanakan Program di Puskesmas se Kota Pematangsiantar

0 0 36

Pengaruh Karakteristik Individu Psikologi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Melaksanakan Program di Puskesmas se Kota Pematangsiantar

0 0 4