Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

atau suatu masalah. 14 Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran di tengah banjirnya kejadian dan informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. Berpikir kritis merupakan sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis merupakan kemampuan memecahkan masalah dengan mencari, menganalisis, dan mengevaluasi alasan-alasan yang baik agar dapat mengambil keputusan yang terbaik dalam memecahkan masalah matematika. Sebagai contoh, ketika seseorang sedang membaca naskah matematika atau mendengar suatu ungkapan atau penjelasan tentang matematika seyogyanya ia akan berusaha memahami dan mencoba menemukan hal-hal yang penting. Demikian juga dari suatu data atau informasi ia akan dapat membuat kesimpulan yang tepat dan benar sekaligus mendeteksi ada tidaknya kejanggalan dari informasi tersebut. Singkatnya, orang yang berpikir kritis itu selalu akan peka terhadap informasi atau situasi yang sedang dihadapinya, dan cenderung bereaksi terhadap situasi atau informasi itu. Berpikir kritis dalam belajar matematika merupakan suatu proses kognitif atau tindakan mental dalam usaha memperoleh pengetahuan matematika berdasarkan penalaran matematika. Ennis dan Norris membagi komponen kemampuan penguasaan pengetahuan menjadi lima keterampilan, yang selanjutnya disebut keterampilan berpikir kritis, yaitu: 15 1 Klarifikasi elementer elementary clarification, yang meliputi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan yang membutukan penjelasan. 2 Dukungan dasar basic support, meliputi: mempertimbangkan kredibilats sumber dan melakukan pertimbangan observasi. 14 Fachrurazi, “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar ”, Jurnal Edisi Khusus, No. 1, Agustus 2011, h. 81. 15 Lambertus, loc. cit. 3 Penarikan kesimpulan inference, meliputi: melakukan dan mempertimbangkan deduksi, induksi, dan nilai keputusan. 4 Klarifikasi lanjut advanced clarification, meliputi: mengidentifikasi istilah dan mepertimbangkan definisi, dan mengidentifikasi asumsi. 5 Strategi dan taktik strategies and tactics, meliputi: menentukan suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain. Lebih lanjut Ennis mengemukakan indikator kemampuan berpikir kritis, sebagai berikut. 16 Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis No Keterampilan berpikir kritis Sub keterampilan berpikir kritis Penjelasan 1 Memberikan penjelasan sederhana Memfokuskan pertanyaan  Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan  Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan kemungkinan jawaban  Menjaga kondisi berpikir Menganalisis argumen  Mengidentifikasi kesimpulan  Mengidentifikasi kalimat-kalimat pertanyaan  Mengidentifikasi kalimat-kalimat bukan pertanyaan  Mengidentifikasi dan menangani suatu ketidaktepatan  Melihat struktur dari suatu argumen  Membuat ringkasan Bertanya dan menjawab pertanyaan  Memberikan penjelasan sederhana  Menyebutkan contoh 2 Membangun keterampilan dasar Mempertimba ngkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak  Mempertimbangkan keahlian  Mempertimbangkan kemenarikan konflik  Mempertimbangkan kesesuaian sumber  Mempertimbangkan reputasi  Mempertimbangkan penggunaan prosedur yang tepat  Mempertimbangkan risiko untuk reputasi  Kemampuan untuk memberikan alasan  Kebiasaan berhati-hati Mengobservasi dan  Melibatkan sedikit dugaan  Menggunakan waktu yang singkat antar 16 Evi Sapinatul Bahriah, Indikator Berpikir Kritis dan Kreatif, 2011, dapat diakses di: http:evisapinatulbahriah.wordpress.com . Pada tanggal 14 Februari 2014, pukul 11.10 WIB mempertimbang kan laporan observasi observasi dan laporan  Melaporkan hasil observasi  Merekam hasil observasi  Menggunakan bukti-bukti yang benar  Menggunakan akses yang baik  Menggunakan teknologi  Mempertanggungjawabkan hasil observasi 3 Menyimpulkan Mendeduksi dan mempertimban gkan hasil deduksi  Siklus logika Euler  Mengkondisikan logika  Menyatakan tafsiran Menginduksi dan mempertimban gkan hasil induksi  Mengemukakan hal yang umum  Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis  Mengemukakan hipotesis  Merancang eksperimen  Menarik kesimpulan sesuai fakta  Menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki Membuat dan menentukan hasil pertimbangan  Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan latar belakang dan fakta-fakta  Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan akibat  Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan penerapan fakta  Membuat dan menentukan hasil pertimbangan keseimbangan dan masalah 4 Memberikan penjelasan lanjut Mendefinisika n istilah dan mempertimban gkan suatu definisi  Membuat bentuk definisi  Strategi membuat definisi  Bertindak dengan memberikan penjelasan lanjut  Mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja  Membuat isi definisi Mengidentifik asi asumsi- asumsi  Penjelasan bukan pernyataan  Mengkonstruksi argumen 5 Mengatur strategi dan taktik Menentukan suatu tindakan  Mengungkap masalah  Memilih kriteria untuk mempertimbangkan solusi yang mungkin  Merumuskan solusi alternatif  Menentukan tindakan sementara  Mengulangi kembali  Mengamati penerapannya Berinteraksi dengan orang lain  Menggunakan argumen  Menggunakan strategi logika  Menggunakan strategi retorika  Menunjukkan posisi, orasi, atau tulisan Mengingat karakteristik matematika yang tidak sama dengan ilmu-ilmu lain, maka berpikir kritis dalam matematika tentunya harus sesuai dengan konsep dan metodologi matematika. Glazer menyebutkan syarat-syarat untuk berpikir kritis dalam matematika: 17 1 Adanya situasi yang tidak dikenal atau akrab sehingga seorang individu tidak dapat secara langsung mengenali konsep matematika atau mengetahui bagaimana menentukan solusi masalah. 2 Menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya, penalaran matematik, dan strategi kognitif. 3 Menghasilkan generalisasi, pembuktian dan evaluasi. 4 Berpikir reflektif yang melibatkan pengkomunikasian suatu solusi, rasionalisasi argumen, penentuan cara lain untuk menjelaskan suatu konsep atau memecahkan suatu masalah, dan pengembangan studi lebih lanjut. Munandar mengemukakan dasar berpikir kritis adalah tahapan-tahapan tingkat perilaku kognitif Taksonomi Bloom, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Menurutnya, berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi mulai dari tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi. 18 Sejalan dengan Munandar, Anderson mengemukakan empat kategori pengetahuan, yaitu pengetahuan factual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Setiap kategori pengetahuan ini memiliki enam proses kognitif, yaitu mengingat, memahami, melaksanakan, menganalisa, mengevaluasi, dan mencipta. Tiga tingkat pengetahuan yang dikemukakan tersebut yang termasuk ke dalam kategori berpikir kritis, menurutnya adalah menganalisa, mengevaluasi, dan mencipta. 19 Berpikir kritis pada dasarnya adalah kegiatan bertanya dan merupakan kegiatan kognitif dari tingkat menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Setelah dianalisis dan dievaluasi maka diharapkan sampai pada penarikan kesimpulan dengan penalaran 17 Lambertus, op. cit., h. 139. 18 Fathiaty Murtadho, “Berpikir Kritis dan Strategi Metakognisi: Alternatif Sarana Pengoptimalan Latihan Menulis Argumentasi”, 2nd International Seminar on Quality and Affordable Education ISQAE, 2013, h. 534. 19 Ibid. logis. Secara operasional kegiatan berpikir kritis dimulai dari memahami masalah, penilaian berdasarkan informasi dari berbagai sumber dan penarikan kesimpulan dengan penalaran logis. Menurut Garrison cara yang paling relevan mengevaluasi proses berpikir kritis sebagai suatu pemecahan masalah, dapat dilakukan melalui lima langkah, yaitu: 20 1 Keterampilan mengidentifikasi masalah, didasarkan pada motivasi belajar, siswa mempelajari masalah kemudian mempelajari keterkaitan sebagai dasar untuk memahaminya. 2 Keterampilan mendefinisikan masalah, siswa menganalisa masalah untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang nilai, kekuatan dan asumsi yang mendasari perumusan masalah. 3 Keterampilan mengeksplorasi masalah, dimana diperlukan pemahaman yang luas terhadap masalah sehingga dapat mengusulkan sebuah ide sebagai dasar hipotesis. Disamping itu juga diperlukan keterampilan kreatif untuk memperluas kemungkinan dalam mendapatkan pemecahan masalah. 4 Keterampilan mengevaluasi masalah, disini dibutuhkan keterampilan membuat keputusan, pernyataan, penghargaan, evaluasi, dan kritik dalam menghadapi masalah. 5 Keterampilan mengintegrasikan masalah, disini dituntut keterampilan untuk bisa mengaplikasikan suatu solusi melalui kesepakatan kelompok. Berdasarkan penjelasan para ahli tentang karakteristik dan indikator berpikir kritis di atas, maka peneliti memodifikasi dan membatasi indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis dengan rincian sebagai berikut. 20 Renol Afrizon, Ratnawulan, dan Ahmad Fauzi, “Peningkatan Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang pada Mata Pelajaran IPA Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction ” Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, Vol. 1, 2012, h. 11. Tabel 2.2 Sintaks Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis No Keterampilan berpikir kritis Sub keterampilan berpikir kritis Penjelasan 1 Memberikan penjelasan sederhana Memfokuskan pertanyaan Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaanpermasalahan ke dalam model matematika. 2 Membangun keterampilan dasar Mempertimbangk an apakah sumber dapat dipercaya atau tidak  Kemampuan memberikan alasan dengan memilih strategi pemecahan masalah untuk menghasilkan kesimpulan yang benar.  Menggunakan prosedur langkah penyelesaian yang tepat. 3 Menyimpulkan Menginduksi dan mempertimbangk an hasil induksi Menarikmembuat kesimpulan dari hasil penyelidikan.

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah PBM

Tujuan pembelajaran merupakan komponen utama yang terlebih dahulu harus dirumuskan dalam proses pembelajaran yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pembelajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan perilaku dan kemampuan yang harus di capai dan dimiliki siswa setelah ia menyelesaikan kegiatan belajar dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan langkah nyata dalam memilih model pembelajaran yang baik, sistematis dengan dasar keefektifan dan keefisienan proses pembelajaran. Istilah “model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan prinsip pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari para pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Ismail menyebutkan istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu: 21 1 Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya 21 Rachmadi Widdiharto, Model-model Pembelajaran Matematika SMP, Depdiknas: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah PPPG Matematika Yogyakarta, 2004, h. 3. 2 Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai 3 Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut berhasil 4 Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajarn tercapai Menurut Sofan Amri, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. 22 Dalam pembelajaran terjadi proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Arends menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presensi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan diskusi kelas. 23 Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan materi tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Memperhatikan karakteristik matematika yang memuat cara pembuktian yang valid, rumus-rumus atau aturan yang umum atau sifat penalaran matematika yang sistematis dan terkait dengan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, maka diperlukan strategi atau model pembelajaran yang dapat mendorong terjadi proses pembelajaran dengan hasil belajar yang optimal bagi pengembangan seluruh potensi anak. Model Pembelajaran Berbasis Masalah PBM menawarkan kebebasan siswa dalam proses pembelajaran. Panen mengatakan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah PBM, siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. 24 Keterlibatan siswa tersebut bertujuan mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja 22 Sofan Amri, op. cit., h. 34. 23 Ibid., h. 35. 24 Rusmono, op. cit., h. 74. sama dengan pihak lain dalam hal menemukan masalah, meneliti, dan menyelesaikannya.

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah PBM