Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Lemahnya kemampuan bernalar anak-anak Indonesia perlu mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah. Salah satunya dengan membenahi sistem
pembelajaran di sekolah. Pembelajaran matematika di sekolah diharapkan mampu meningkatkan kemampuan bernalar sehingga anak-anak Indonesia mampu
bersaing dengan anak-anak lain di dunia. Peneliti sebagai guru mata pelajaran matematika kelas X di SMK
Dharma Karya Jakarta Selatan melakukan pengamatan pembelajaran matematika di dalam kelas secara langsung selama semester ganjil tahun ajaran 20132014.
Permasalahan yang selalu muncul pada saat pembelajaran berlangsung adalah siswa lebih cenderung menghafal dari pada memahami konsep sehingga
menyebabkan siswa kurang terlatih mengembangkan keterampilan berpikir dalam memecahkan masalah dan menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari ke
dalam suatu permasalahan. Peran siswa dalam proses pembelajaran masih kurang, yakni hanya sedikit siswa yang menunjukkan keaktifan berpendapat dan bertanya.
Pertanyaan yang diajukan siswa juga belum menunjukkan pertanyaan-pertanyaan kritis berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Pada saat guru mengajukan
pertanyaan, hanya beberapa siswa saja yang mampu menjawab pertanyaan. Kemudian jawaban dari pertanyaan masih sebatas ingatan saja, belum terdapat
sikap siswa yang menunjukkan jawaban analisis dari pertanyaan guru. Hal ini dapat terlihat dari hasil belajar matematika selama satu semeter
ganjil tahun ajaran 20132014. Rata-rata hasil belajar matematika kelas X SMK Dharma Karya Jakarta Selatan dari 219 siswa adalah 4,36 dengan nilai minimum
1,00 dan nilai maksimum 8,67, sedangkan nilai KKM mata pelajaran matematika yang ditetapkan di sekolah tersebut adalah 7,00. Soal-soal yang diujikan adalah
soal-soal yang mengacu pada beberapa indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa, yaitu merumuskan permasalahan ke dalam model matematika,
menyelesaikan masalah matematika dengan meggunakan strategi atau prosedur yang telah dipelajari. Dengan melihat hasil belajar matematika tersebut dan
mengacu pada indikator berpikir kritis, maka peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas X SMK Dharma Karya Jakarta
Selatan masih rendah.
Pada era reformasi sekarang ini, kemampuan berpikir kritis menjadi kemampuan yang sangat diperlukan agar siswa sanggup menghadapi perubahan
keadaan atau tantangan-tantangan dalam kehidupan yang selalu berkembang. Kemampuan berpikir kritis melatih siswa untuk membuat keputusan dari berbagai
sudut pandang secara cermat, teliti, dan logis. Oleh karena itu sebaiknya pembelajaran di sekolah melatih siswa untuk menggali kemampuan dan
keterampilan berpikir kritis. Namun kenyataannya dalam pembelajaran matematika di sekolah selama ini belum banyak memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan kemampuan ini. Upaya memfasilitasi agar kemampuan berpikir kritis siswa berkembang menjadi sangat penting. Salah satu
cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah dengan mengubah model pembelajaran ke arah yang lebih baik, efektif, kondusif,
bervariasi dan menyenangkan. Untuk menciptakan suasana pembelajaran kondusif dan menyenangkan
perlu adanya pengemasan pembelajaran yang menarik. Dengan inovasi model pembelajaran diharapkan akan tercipta suasana belajar aktif, mempermudah
penguasaan materi, siswa lebih kreatif dalam proses pembelajaran, kritis dalam menghadapi persoalan, memiliki keterampilan sosial dan memperoleh hasil
pembelajaran yang optimal. Model pembelajaran yang digunakan guru seharusnya dapat membantu
proses analisis dan berpikir kritis siswa. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah Pembelajaran Berbasis Masalah PBM. Model Pembelajaran Berbasis
Masalah PBM merupakan salah satu model pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa dalam melakukan penyelidikan terhadap suatu permasalahan.
Dalam kegiatan penyelidikan tersebut siswa diarahkan untuk mengembangkan kemampuan memilih dan menggunakan strategi atau prosedur yang tepat untuk
memecahkan masalah serta membuat kesimpulan dari hasil penyeledikannya. Dengan demikian, siswa diharapkan mampu menciptakan idegagasan atau konsep
dengan bahasa sendiri. Peran siswa yang dominan dalam pembelajaran ini menempatkan guru hanya sebagai fasilitator.
Seng, menyatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah PBM yang diterapkan pada siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Sementara
Thomas, mengatakan karena pembelajaran berbasis masalah ini dimulai dengan masalah yang harus dipecahkan, maka siswa diarahkan untuk memiliki
kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
4
Dengan menerapkan model PBM pada pembelajaran matematika diharapkan siswa akan mampu menggunakan dan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan berbagai strategi penyelesaian.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul :
“Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah PBM terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
”.