33
F. Pernikahan Beda Agama menurut Islam
Peristiwa pernikahan beda agama menjadi salah satu masalah perbedaan yang cukup kompleks dalam isu pernikahan. Isu pernikahan beda
agama juga merupakan isu yang sensitive jika kita tempatkan kepada pemeluk agama selain Islam. Dalam konteks agama Katolik, pernikahan beda agama
merupakan sebuah hal yang sama sensitifnya dengan agama Islam. Setidaknya dua agama besar ini melihat bahwa pernikahan beda agama justru merupakan
hal yang tidak mungkin dilakukan jika pasangan yang melakukan pernikahan tetap
berpegang kepada
prinsip agamanya
masing-masing dalam
melangsungkan pernikahan. Namun demikian dalam agama Katolik pernikahan yang dilakukan
tetaplah sah jika pasangan yang berbeda agama tersebut menerima prinsip- prinsip, sifat dan tujuan pernikahan menurut agama Katolik.
36
Persoalan ini tak jarang menimbulkan konflik antara pemeluk agama bahkan meluas
menjadi persoalan antar agama, meski tak jarang dari sini kemudian lahir sebuah hubungan yang toleran, saling menghormati dan harmonis antar
agama. Pandangan Agama Islam terhadap perkawinan antar agama, pada
prinsipnya tidak memperkenankannya. Dalam Al-Quran dengan tegas dilarang perkawinan antara orang Islam dengan orang musrik seperti yang tertulis
dalam Al-Quran yang berbunyi :
36
Ahmad Ali Mas’ud, “Pengertian Pernikahan Beda agama dalam Pandangan Islam,” Artikel diakses pada 8 Agustus 2013 dari
http:daruttahfidz.blogspot.com201305pernikahan- beda-agama-dalam-pandangan.html
34
“Janganlah kamu nikahi wanita-wanita musrik sebelum mereka beriman. Sesungguh nya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,
walupun dia menarik hati. Dan janganlah kamu menikahkah orang musyrik dengan wanita-wanita mukmin sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
budak yang mukmin lebih baik daripada orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu”. Al-Baqarah [2]:221
Larangan perkawinan dalam surat al-Baqarah ayat 221 itu berlaku bagi laki-laki maupun wanita yang beragama Islam untuk kawin dengan orang-
orang yang tidak beragama Islam Akan tetapi, menurut Ahmad Nurcholish dalam buku 101 menjawab
masalah nikah beda agama, di dalam perspektif Islam tentang pernikahan beda agama, para ulama Islam masih memperselisihkannya.
Pertama, ulama yang mengharamkan secara mutlak. Seperti Atha’, Ibn Umar, Muhammad ibn al- Hanafiyah, al-Hadi. Pada dasarmya mereka
berpatokan kepada sejumlah ayat al- Qur’an yaitu surat al-Baqarah ayat 221
yang mengharamkan orang Islam menikah dengan musyrik. Dan surat al-
Mumtahanah ayat 10 :