Teori Stimulus Organism Responden S-O-R

15 stimulus tertentu. Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience, dimana elemen-elemen utama dari teori ini adalah pesan Stimulus, seseorang atau receiver Organisme, dan efek Respon. 6 Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif, misalnya jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum, ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian memengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodemic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dapat cepat memiliki efek yang kuat terhadap komunikan. Artinya media ibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang S dan menghasilkan tanggapan R yang kuat pula. Respon atau perubahan sikap bergantung pada proses terhadap individu. Stimulus yang merupakan pesan yang disampaikan kepada komunikan dapat diterima atau ditolak, komunikasi yang terjadi dapat berjalan apabila komunikan memberikan perhatian terhadap stimulus yang disampaikan kepadanya. Sampai pada proses komunikan tersebut memikirkannya sehingga timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya. Perubahan sikap dapat terjadi berupa perubahan kognitif, afektif dan behavioral. Kelemahan teori stimulus respon adalah penyamarataan individu. Bagaimanapun, pesan yang sama akan dipersepsi secara berbeda oleh individu dalam kondisi kejiwaan yang berbeda. Karenanya, pada tahun 1970, Melvin 6 Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, cet ke-9, h.514 16 De Fleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus respon dengan teorinya yang dikenal sebagai individual different theory. DeFleur mengatakan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi berbeda- beda sesuai dengan karakteristik pribadi individu. 7 Dengan demikian, dalam teori S-O-R disini yaitu sebuah pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan kemudian mampu menimbulkan efek tertentu. 8

3. Macam-macam Respon

Menurut Steven M. Chaffe, dalam buku Psikologi Komunikasi dijelaskan bahwa macam-macam respon di bagi menjadi 3 bagian, yaitu : a. Respon kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau di persepsi oleh khalayak. Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya, dalam efek kognitif ini bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. 9 b. Respon afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi khalayak terhadap sesuatu. Tujuan respon afektif bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi 7 Mufid, Komunikasi dan Regulasi Pembelajaran, Jakarta, Kencana 2005Cet. Ke-1,h. 22-23 8 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi Bandung: PT. Citra Aditiya Bakti, 2003, h. 256 9 Bimo Walgito, Psikologi Sosial : Suatu penghantar, Yogyakarta :Andi, 2002,h.80 17 tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya. 10 c. Respon konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata, yang meliputi tindakan atau kebiasaan. 11

4. Faktor-faktor terbentuknya respon :

a. Faktor internal Yaitu faktor yang ada dalam diri individu manusia, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani. Maka seseorang yang mengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu unsur saja, maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau akan berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang lain. Unsur jasmani atau fisiologis meliputi keberadaan, keutuhan dan cara bekerjanya alat indera, urat saraf dan bagian-bagian tertentu pada otak. Unsur-unsur rohani dan fisiologis yang meliputi keberadaan, perasaan feeling, akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, pikiran, motivasi dan sebagainya. b. Faktor eksternal Yaitu faktor yang ada pada lingkungan. Faktor ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan faktor stimulus. Menurut Bimo Walgito dalam bukunya pengantar psikologi umum, menyatakan bahwa “faktor psikis berhubungan dengan objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera”. 12 10 Sumarno dkk., Filsafat dan Etika Komunikasi Jakarta : Universitas Terbuka, 2007 11 Jalaludin rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung :PT. Remaja Rosdakarya, 2004cet ke-21, h.218 12 Bimo Walgito, Psikologi Sosial : Suatu Penghantar, Yogyakarta :Andi, 2002,h.55