17
Istilah pola asuh berasal dari kata pola dan asuh. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata Pola berarti gambar yang dipakai untuk contoh batik atau
tenun; potongan kertas yang dipakai contoh dalam membuat baju dan sebagainya; sistem; cara kerja; dan bentuk struktur yang tetap.
16
Sedangkan kata asuh berarti menjaga merawat dan mendidikanak kecil, membimbing membantu, melatih dan sebagainya supaya dapat berdiri sendiri
memimpin mengepalai, menyenggarakan suatu badan kelembagaan.
17
Adapun orang tua disini adalah ayah dan ibu sebagai pemimpin dan pendidik bagi anak.
Dari uraian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pengertian dari pola asuh orang tua yaknki cara mengasuh, mendidik, atau membimbing anak
baik secara fisik maupun mental, yang dilakukan oleh ayah dan ibu dalam suatu keluarga agar anak dapat berprilaku baik sesuai dengan norma yang berlaku serta
mampu berdiri sendiri. Beberapa pola asuh yang digunakan oleh para orang tua dalam mendidik
akhlak anak-anaknya, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter mempunyai kesan mendidik yang keras dan kaku. Yang dimaksud sikap otoriter adalah sikap mau menang sendiri, sikap main kuasa, sikap
paling benar sendiri, dan sikap memaksakan kehendak orang lain.
18
Cara seperti memberi pengertian, berdiskusi, mendorong memotivasi tidak pernah dijumpai dalam cara mendidik anak dengan otoriter. Anak- anak
yang orang tuanya bersikap otoriter banyak menunjukkan sikap pasif dan menyerahkan segalanya kepada orang tua.
Dalam penelitian Baldwin mendefinisikan sikap- sikap otoriter orang tua adalah sebagai berikut: orang tua banyak memberikan larangan kepada anak-anak
16
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, Cet Ke- 10, Ed. II, h. 77
17
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, Cet Ke- 10, Ed. II, h. 63
18
W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, Bandung: Refika Aditama, 2004, Ed. III, Cet Ke-I, h. 201
18
dan harus mereka laksanakan tanpa bertanya jawab, tanpa ada pengertian pada anak.
19
Jadi orang tua yang otoriter sering menanamkan sikap dasar yang keras tanpa toleran kepada anaknya, mereka memberi peraturan yang tidak dapat
ditawar lagi oleh anak dan wajib mematuhinya. Orang tua selalu mengontrol kegiatan anak, dengan ketat dan kaku, orang
tua tidak memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya, menggunakan perasaan ataupun pendapat dan memberikan alasan-alasan, cara orang tua seperti
ini menggambarkan dirinya lebih kuasa, lebih kuat, lebih tahu dan merasa paling benar, padahal bisa saja orang tua melakukan kesalahan yang tidak disadarinya.
Dalam membentuk sikap dan harga diri, sikap otoriter orang tua, ternyata baik diterapkan pada anak usia dini. Tetapi ketika anak telah mampu berpikir
sendiri, orang tua harus mengganti sikap otoriter tersebut dengan sikap demokratis.
20
Karateristik Pola Asuh otoriter • Memberikan peraturan yang tidak dapat ditawar lagi oleh anak dan wajib
dipatuhi dengan pengawasan yang ketat. • Tidak memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya,
mengungkapkan perasaan atau pendapat serta memberi alasan atau usulan. • Tidak pernah menjelaskan mengenai peraturan-peraturan yang harus
dilakukan anak. • Bila anak melawan perintah, tidak jarang mereka menggunakan hukuma
fisik. Dengan demikian, akibat dari sikap otoriter orang tua dapat bermacam-
macam, yang jelas anak akan menjadi minder atau merasa rendah diri. Dari sifat rendah diri anak pun bias mengalami gejala gugup, apabila dibiarkan terus
19
W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, Bandung: Refika Aditama, 2004, Ed. III, Cet Ke-I, h. 202
20
Ratnawati Shinta, Keluarga Kunci Sukses Anak, Jakarta: Kompas, 2010, Cet Ke- 2
19
menerus dapat menimbulkan cacat lain, akibat lainnya nanti apabila si anak sudah dewasa, ia akan mudah merasa takut.
21
b. Pola Asuh Demokratis