Latar belakang masalah dan alasan pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah dan alasan pemilihan judul

Pendidikan dalam keluarga merupakan bagian dari pendidikan informal, yang merupakan pusat pendidik pertama bagi anak dan pendidikannya adalah kedua orang tua sebagai pusat pendidikan pertama maka ia mempunyai tugas yang sangat fundamental dalam mempersiapkan anak bagi peranannya di masa depan. Yang disebut dengan keluarga adalah orang-orang yang secara terus menerus atau sering tinggal bersama anak, seperti ayah, ibu, kakek, nenek, saudara laki-laki dan saudara perempuan dan bahkan pembantu rumah tangga. Di antara mereka, ayah dan ibu disebabkan mempunyai tanggung jawab menjaga dan memelihara anak dan yang menyebabkan anak terlahir ke dunia, mempunyai peranan yang sangat penting dan kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan anak. 1 Semua orang tua menginginkan agar anak-anaknya menjadi pribadi yang berbudi pekerti baik, berakhlak mulia dan berwawasan luas. Meka dari itu mendidik anak tidak hanya sekedar memberikan perintah dan larangan kepada anak, lebih dari itu harus disertai dengan pengawasan. Yang dimaksud pendidikan yang disertai pengawasan yaitu mendapingi anak dalam upaya membentuk akidah dan moral, dan mengawasinya dalam mempersiapkannya secara psikis dan sosial, dan menanyakan secara terus menerus tentang keadaannya, baik dalam hal pendidikan jasmani maupun dalam hal belajarnya. 2 Jika pendidikan yang utama menurut pandangan Islam pada tahap pertama bergantung pada kekuatan perhatian dan pengawasan, maka selayaknyalah bagi para ayah dan ibu, pengajar dan orang yang bertanggung jawab terhadap masalah 1 Ratnawati Shinta, Keluarga Kunci Sukses Anak, Jakarta: Kompas, 2010, Cet Ke- 2 2 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992, Cet Ke- 1, h. 128 1 pendidikan dan moral akhlak untuk menghindarkan anak-anak dari gelaja penyimpangan akhlak. 3 Keberhasilan pendidikan anak juga mensyaratkan adanya pengawasan orang tua terhadap mereka. Anak-anak perlu diarahkan kepada hal-hal yang benar dan baik. Mereka juga memerlukan pengawasan dalam hal cara berpikir, serta pengembangan imajinasi dan humanisme. Tentu saja, semua bentuk pengawasan itu harus dilakukan dengan dengan cara yang benar jangan sampai membebani si anak. Dalam waktu-waktu tertentu, sebaiknya orang tua melakukannya dengan cara seakan-akan dia adalah seorang kawan yang sedang mencoba membantu si anak dari kesulitan yang ia hadapi. Pengawasan yang diberikan sejak dini secara disiplin oleh orang tua akan membekas pada diri anak tersebut, sebaliknya bila orang tua melalaikan pengawasan untuk anaknya, besar ataupun kecil dapat membawa dampak negatif yang dapat merugikan orang lain, orang tua bahkan anak itu sendiri. Sebagaimana kasus berikut ini: Sebut saja “P”, bukan hanya merugikan orang lain, tapi juga membuat malu kedua orang tuanya beserta keluarga besarnya. “P” ketahuan mencuri sebuah handphone milik tetangganya, dia berniat untuk menjualnya kembali yang kemudian uangnya akan digunakan untuk membayar SPP yang ditunggaknya 2 bulan lalu. “P” ketahuan mencuri karena orang yang akan membeli handphone curiannya itu adalah teman dekat korban, kemudian calon pembeli dan korban melaporkan perkara tersebut kepada ketua RT untuk diselesaikan, dengan memanggil “P” beserta ibunya ke rumah calon pembeli. Korban ingin agar “P” diberikan hukuman, sedangkan sang ibu hanya diam menahan rasa malu, korban ingin agar “P” di rendam di empang belakang rumahnya selama 3 jam, sambil membaca surat pernyataan bahwa ia bersalah dan tidak akan mengulangi perbuatannya, ketua RT menanyakan persetujuan kepada 3 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Penerbit: Asy- Syifa’, 1981, Cet Ke-III, jilid 1, h. 180 sang ibu, tetapi sang ibu hanya pasrah, karena dipikirnya memang anak itu yang salah. Keputusan akhir telah ditentukan, yaitu merendam “P” selama tiga jam di empang sambil membaca surat pernyataan bahwa ia memang benar bersalah dan tidak akan mengulanginya lagi. Sang ibu hanya memandang anaknya dari kejauhan sambil menangis dan merenungi apakah ia telah salah dalam mendidik anaknya. 4 Menjadi ayah dan ibu tidak hanya cukup dengan melahirkan anak, karena yang seperti ini juga dilakukan oleh hewan. Kedua orang tua dikatakan memiliki kelayakan menjadi ayah dan ibu manakala mereka bersungguh-sungguh dalam mendidik anak mereka. Islam menganggap pendidikan sebagai salah satu hak anak, yang jika kedua orang tua melalaikannya berarti mereka telah mendzalimi anaknya dan kelak pada hari kiamat mereka dimintai pertanggung jawabannya. 5 Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan ini termasuk dasar terkuat dalam mewujudkan manusia yang seimbang, yang dapat menjalankan kewajibannya dengan baik di dalam kehidupan ini. Dari sinilah ia akan menjadi seorang Muslim yang hakiki, akan menjadi pondasi dalam pembinaan peraturan Islam sebagai prasyarat terwujudnya kejayaan Islam untuk tegaknya dakwah Islamiyah sehingga umat akan loyal terhadap kebudayaan, kedudukan dan perannya. 6 Hal lain yang perlu menjadi catatan adalah bahwa anak yang masih muda memerluka pengawasan yang banyak agar dapat berperilaku baik. Koreksi juga perlu cukup sering dilakukan. Namun kita perlu mengendorkan pengawasan sedikit demi sedikit ketika anak mulai memahami prinsip moral dan mulai dapat mengambil keputusan moralnya sendiri. Sehubungan dengan hal ini, ada dua kecenderungan yang harus kita hindari. 4 http:www.e-psikologi.comepsianak.asp , Tragedi sebuah kesalahan akibat kurangnya pengawasan dan didikan orang tua, Fenny Silfiana, Jakarta 13 Juli 2009 5 Ibrahim Amini, Agar Tidak Salah Mendidik Anak Jakarta: Al-Huda, 2006 h. 107 6 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 1992 Cet Ke-1 h. 128 Jadi tujuan orang tua memberi koreksi dan pengawasan adalah untuk secara bertahap membuat anak dapat mengambil keputusan moralnya secara mandiri. 7 Oleh karena itu, mendidik dan mengajar anak merupakan salah satu kewajiban yang sangat penting dan berat yang diletakkan di atas pundak kedua orang tua. Kanak-kanak, terutama pada dua tahun pertama dari usia seorang anak adalah masa yang sangat menentukan. Pada masa itu kepribadian anak belum terbentuk dan ia siap menerima segala macam bentuk pendidikan. Kebetulan, pada periode ini seorang anak berada dalam pelukan kasih saying ibu dan pengawasan ayah, dan berbagai potensinya berkembang di bawah pengaruh perilaku dan perkataan keduanya, begitu juga kepribadian masa depannya. 8 Dalam kondisi sekarang ini yang sarat dengan kejadian dan informasi, baik yang positif maupun yang negatif dari dalam maupun dari luar negeri, yang biasanya diperoleh dengan sangat mudah, tentunya akan sangat berpengaruh bagi anaknya, karena orang tua merupakan orang yang pertama dan terutama yang bertanggung jawab atas pendidikan anaknya. Oleh karena itu banyak hal yang harus ditanamkan pada mereka agar bisa menjadi generasi yang baik, diantaranya dengan berperilaku sopan dalam setiap hal. Tanggung jawab orang tua terhadap anak tidak kecil. Merupakan kewajiban orang tua menyelamatkan anak-anaknya dari kehancuran akhlak yang pada akhirnya melalaikan ajaran-ajaran agama. Allah SWT memerintahkan agar setiap orang tua menjaga keluarganya dari api neraka, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT: Surat At-Tahrim Ayat:6 7 http:www.e-psikologi.comepsianak.asp , Agar Anak Bermoral Baik, Telaga, Rabu, 14 April 2004, 8 Ibrahim Amini, Agar Tidak Salah Mendidik Anak Jakarta: Al-Huda, 2006 h. 110 ⌧ “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat- malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” Q.S. At-Tahrim: 6 9 Dalam kaitan ini, Jalaludin mengatakan: “ Pentingnya masalah akhlak ini menyebabkan tidak bisa dianggap sepele dan diabaikan bahkan menjadi prioritas pendidikan dalam upaya pembentukan kepribadian muslim. “ 10 Pendidikan agama merupakan kebutuhan jiwa yang harus dipenuhi dan diperhatikan oleh orang tua bagi anak. Jiwa merupakan sumber dari timbulnya suatu perbuatan. Pendidikan agama sedini mungkin merupakan jalan yang paling tepat untuk menanamkan akhlak terpuji, karena akhlak terpuji adalah tujuan utama dalam risalah Islam. Pendidikan akhlak anak SMP MTs banyak ditentukan oleh orang tuanya terutama pengawasan yang dilakukan orang tua dalam melaksanakan pendidikan akhlak tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah, penulis tertarik membahas hal tersebut dalam penelitian sebuah judul: “ PENGARUH PENGAWASAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK ANAK MTs SA’ADATUDDARAIN MAMPANG JAKARTA SELATAN “ Adapun alasan untuk memilih judul adalah sebagai berikut: 9 Al-Qur’an Terjemah 10 Jalaludin, Psikologi Agama, Cet Ke-2 h. 204 1. Betapa pentingnya pendidikan akhlak anak yang harus diberikan sedini mungkin, sebab pendidikan akhlak sejak kecil akan membekas pada masa selanjutnya. 2. Orang tua sebagai pendidik utama dan pertama mempunyai kewajiban untuk mendidik akhlak anak dalam kelurga. 3. Pengawasan orang tua terhadap pendidikan akhlak anak akan mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan akhlak anak untuk masa selanjutnya. 4. Dipilihnya MTS Sa’adatuddarain Mampang Jakarta Selatan sebagai lokasi penelitian, karena tempat tersebut memungkinkan untuk diadakan penelitian tentang akhlak anak tersebut.

B. Identifikasi Masalah