Desa Rokan Baru dan profil kehidupan sosial ekonomi petani pemilik lahan tetap yang juga bekerja sebagai buruh tani.
a. Profil Sosial Ekonomi Petani Kelapa Sawit dari Luar Desa
Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa petani pemilik lahan perkebunan kelapa sawit di desa ini terdiri dari petani yang berasal
dari dalam Desa Rokan Baru dan petani yang berasal dari luar Desa Rokan Baru. Dikatakan petani dari luar Desa Rokan Baru karena petani-petani ini memiliki
lahan pertanian kelapa sawit secara sah di Desa Rokan Baru, namun petani-petani ini bukanlah masyarakat asli atau bertempat tinggal di desa ini. Dilihat dari tempat
asalnya, informan penelitian yang tergolong dalam petani kelapa sawit yang berasal dari luar Desa Rokan Baru ini berasal dari beberapa daerah yang ada di
wilayah Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Riau.
Tabel 4.8 Profil Petani Kelapa Sawit dari Luar Desa Rokan Baru Berdasarkan Asal
No Nama Petani
Umur Asal Daerah
1 Mansur
38 Tahun Bagan Batu
2 Irfan
40 Tahun Bagan Batu
3 Sumargo
51 Tahun Bagan Batu
4 Batu Bara
37 Tahun Lubuk Pakam
5 Saam
45 Tahun Kota Pinang
6 Dayat
53 Tahun Kampar
Sumber: Wawancara Penelitian
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa Bapak Mansur 38 tahun, Bapak Irfan 40 tahun dan Bapak Sumargo 51 tahun berasal dari Bagan Batu, Riau.
Informan lainnya yaitu bapak Batu Bara 37 tahun berasal dari Lubuk Pakam, Bapak Saam 45 tahun berasal dari Kota Pinang Sumatera Utara, dan Bapak
Dayat 53 tahun berasal dari Kampar Riau..
Para petani kelapa sawit yang berasal dari luar desa ini, memiliki beberapa alasan mengenai faktor-faktor mereka mengembangkan kelapa sawit di lahan
gambut Desa Rokan Baru. Seperti yang di ungkapkan Bapak Mansur berikut ini: “Waktu membeli lahan itu, awalnya untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup keluarga bapak. Karena memang benar investasi itu penting. Jadi waktu itu bapak punya uang 30
juta, dan bapak suruh abang bapak yang Pak Ambik itu nyarik tanah di tempat dia tinggal. Selain itu karena tanah
gambut itu kan lebih murah daripada tanah yang biasa-biasa atau tanah keras. Coba uang 30 juta itu di belikan ke tanah
yang biasa-biasa, mana dapat tanah itu”.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Bapak Irfan: “Karena sanggupnya cuma bisa beli sawit di tanah gambut.
kalau gambut kan masih murah dibandingkan tanah yang keras. Lagian kalau sawit yang ditanam di tanah gambut
sudah berhasil, sekali panen hasilnya bisa banyak. Ada teman saya Cuma 1 hektar, hasil sawitnya 1 ton lebih
permanen”
Informan lainnya, yaitu Bapak Margo juga mengatakan seperti berikut ini: “Karena bertani sawit di tanah gambut itu lebih banyak
hasilnya daripada sawit yang ditanam di tanah keras seperti ini. Perbandingannya gini, ini berdasarkan perbandingan
sawit saya yang di tanah keras dengan yang di gambut ya... kalau di gambut itu sehektar bisa 2 ton-an, sedangkan kalau
di tanah keras paling cuma seton kurang. Susahnya digambut ini cuma masalah rumput yang cepat kali tumbuh dan
kebakaran. sudah itu kalau sawitnya masih proses perawatan atau baru nanam, susahnya itu bibit-bibit sawit yang baru di
tanam itu di rusak hama, entah itu sejenis serangga atau babi. Tapi kalau udah berhasil atau berbuah sawit itu, bisa
banyak penghasilan dari situ, karena kalau gak di pupuk juga tetap banyak buahnya, beda sama kelapa sawit di tanah
keras, nggak berbuah kalau nggak di pupuk”.
Dari hasil wawancara di atas, terlihat bahwa faktor-faktor petani sawit dari luar Desa Rokan Baru memilih bertani kelapa sawit di Desa Rokan Baru adalah
berkaitan dengan kemampuan ekonomi petani dalam membeli lahan kelapa sawit, lahan kelapa sawit di tanah gambut di anggap lebih murah dibandingkan lahan
kelapa sawit di tanah mineral. Faktor lainnya adalah berkaitan dengan produktivitas hasil buah kelapa sawit yang ditanam di lahan gambut lebih tinggi
atau lebih banyak dibandingkan dengan kelapa sawit yang ditanam di tanah mineral. Faktor terakhir ialah, karena biaya perawatan kelapa sawit di lahan
gambut relatif lebih rendah dibandingkan dengan besarnya pendapatan yang di terima petani.
Hasil dari bertani kelapa sawit tergantung dari luas tanah yang dimiliki oleh masing-masing petani kelapa sawit. Lahan kelapa sawit yang dimiliki oleh
para petani-petani ini tidak hanya lahan yang dimiliki petani dari luar desa yang berlokasi di Desa Rokan Baru, melainkan juga yang di luar Desa Rokan Baru.
Singkatnya, berikut data hasil wawancara mengenai luas lahan dan pendapatan yang di peroleh oleh petani kelapa sawit yang berasal dari luar Desa Rokan Baru.
Tabel 4.9 Profil Petani Kelapa Sawit dari Luar Desa Rokan Baru Berdasarkan Luas Lahan dan Penghasilan
Nama Petani
Lahan di Luar Desa Rokan Baru
Lahan di Desa Rokan Baru
Total Luas Lahan
Hektar Penghasilan
Per Bulan Rp
Luas Lahan Hektar
Penghasilan Per Bulan
Rp Luas Lahan
Hektar Penghasilan
Per Bulan Rp
Mansur 4
3.500.000 3
3.000.000 7
6.500.000 Irfan
2 3.200.000
2 1.700.000
4 4.900.000
Sumargo 5
5.300.000 10
8.600.000 15
13.900.000 Batu Bara
3 3.000.000
6 3.500.000
9 6.500.000
Saam 2
3.100.000 4
2.200.000 6
5.300.000 Dayat
4 3.300.000
10 4.000.000
14 7.300.000
Sumber: Wawancara Penelitian
Tabel di atas menunjukkan bahwa total penghasilan petani dari hasil
perkebunan kelapa sawit bervariasi tergantung dari luas lahan yang mereka miliki. Bapak Mansur yang memiliki total luas lahan 7 hektar memiliki penghasilan Rp.
6.500.000 tiap bulannya, Bapak Irfan memiliki penghasilan Rp. 4.900.000 per
bulan dari 4 hektar kelapa sawit miliknya, Bapak Sumargo berpenghasilan Rp. 20.600.000 per bulan dari 17 hektar lahan sawit yang dimilikinya, Bapak Batu
Bara berpenghasilan Rp.6.500.000 per bulan dari 9 hektar kelapa sawit yang dimilikinya, Bapak Saam berpenghasilan 5.300.000 per bulan dari 6 hektar kelapa
sawit yang dimilikinya, dan Bapak Dayat berpenghasilan Rp. 7.300.000 per bulan dari 14 hektar kelapa sawit yang dimilikinya.
Berdasarkan data yang dikutip dari lapangan, peneliti juga menemukan bahwa beberapa dari petani-petani ini juga memiliki penghasilan lain yang
diperoleh dari usaha-usaha atau pekerjaan yang tidak berkaitan dengan perannya sebagai petani kelapa sawit. Seperti yang terangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.10Jenis Usaha Pekerjaan Lain yang Dimiliki Petani No
Nama Petani Jenis Usaha pekerjaan
Penghasilan Rp
1 Mansur
Ketua Kelompok tani 3.000.000
2 Irfan
- -
3 Sumargo
Toke Getah Karet 4.000.000
4 Batu Bara
Wiraswasta 4.000.000
5 Saam
- -
6 Dayat
- -
Sumber: Wawancara Penelitian
Dari seluruh informan petani kelapa sawit di atas, tiga di antaranya memiliki penghasilan tambahan yang diperoleh dari pekerjaan lain di luar dari
profesinya sebagai petani kelapa sawit. Seperti Bapak Mansur yang memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp. 3.000.000,- dari pekerjaan sebagai ketua
kelompok tani, Bapak Sumargo yang memperoleh penghasilan Rp. 4.000.000,- dari pekerjaannya sebagai toke getah karet, dan Bapak Batu Bara yang
memperoleh penghasilan Rp. 4.000.000,- dari pekerjaannya sebagai wiraswasta. Sedangkan Bapak Irfan, Bapak Saam, dan Bapak Dayat tidak memiliki
penghasilan tambahan dan pekerjaan lain selain menjadi petani kelapa sawit.
b. Profil Sosial Ekonomi Buruh Tani