A nanya setelah saya jawab barang kali ada yang lain yang belum pas atau belum paham, naah, yang lain juga kadang-kadang ikut nanya.”
31
b. Penerapan Pola Komunikasi Bintang
Selain pola komunikasi roda, pola komunikasi yang digunakan oleh penyuluh agama dalam pembinaan keagamaan adalah pola
komunikasi bintang, yaitu semua anggota berkomunikasi dengan semua anggota. Maksudnya adalah komunikasi penyuluh-residen,
residen-penyuluh agama, residen-residen. Hal ini diperkuat oleh pengakuan dari ustadzah Musciner.
“Dialog, sharing atau tanya jawab. Engga saya terus yang harus didengerin, tapi mereka juga harus menyampaikan, baik itu pendapat,
pertanyaan atau ide-ide mereka. Jadi tanya jawab biar mereka juga aktif, saya kasih anak-anak materi kultum supaya mereka belajar
menyampaikan. Seperti kemarin nanda menyampaikan kultum. ”
32
Pola seperti ini menjelaskan bahwa komunikasi yang terjadi yaitu dua arah dan semua pihak terlibat. Komunikasi dua arah yaitu
komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif serta memerlukan hasil feed back.
33
Pada kegiatan pembinaan keagamaan ini dapat diketahui bahwa residen memberikan feedback kepada penyuluh
agama dengan baik. Menurut penyuluh agama, residen sejauh ini sangat respon dengan apa yang sudah diberikan oleh penyuluh dan
mereka mulai mengaplikasikan serta mengikuti apa yang penyuluh berikan.
31
Wawacara dengan Ustadz Jamal penyuluh agama, Bogor, 13 Mei 2014
32
Wawancara dengan Utadzah Musciner penyuluh agama, Bogor, 22 April 2014
33
H.A.W.Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, h. 100
“Kalau kita melihat ukuran, ini kan ada dua macam lahiriah dan batiniah. Kita melihat tekstualnya aja, lahiriahnya aja. Ketika sholat
berjamaah mereka itu semuanya disiplin, dalam melaksanakan shalat tidak bergurau, tidak canda. Naaahh kemudian ketika wiridan
walaupun sebentar mereka itu khusu, walaupun satu dua wajar. Tetapi mayoritas melaksanakan. Jadi ketahuan bahwa mereka itu, eeeuuhhhh
melaksanakan apa yang kita sampaikan dan diamalkan.”
34
Jika melihat sifat dari komunikasi dua tahap ini adalah informatif dan memerlukan feed back pesan yang disampaikan secara
umum bernilai positif, artinya residen merasa ada penambahan pengetahuan, setuju terhadap materi yang disampaikan serta perubahan
keyakinan bahkan perilaku. Pada saat pembinaan keagamaan dilakukan, penyuluh agama
biasanya membuka dengan salam dan menanyakan “feeling” residen pada hari itu. Seperti:
“Bagaimana feeling hari ini, bad or good?” tanya penyuluh. Lalu residen menjawab “bad.... dan ada juga yang menjawab good... “
35
mereka menjawab sesuai dengan perasaannya masing-masing. Ketika
feeling residen sedang buruk, penyuluh agama
memberikan nasihat agar mereka selalu melaksanakan sholat, jangan membenci Allah sehingga shalat lima waktunya ditinggalkan. “Jika
kalian sedang dalam feeling bad karena tidak menerima keadaan kalian di sini, jangan sekali-kali kalian membenci Allah dan akhirnya
meninggalkan shalat”
36
Hal ini dilakukan agar memberi motivasi dan
34
Wawancara dengan Ustadz Muslim penyuluh agama, Bogor, 21 Mei 2014
35
Catatan lapangan ke-3 pembinaan keagamaan gedung TC green I
36
Catatan lapangan ke-3, pembinaan keagamaan gedung TC green I, Bogor, 13 Mei 2014
mempersuasi residen agar merasa betah dalam masa rehabilitasi ini dan berusaha untuk lebih baik.
Dalam komunikasi penyuluh agama dengan residen, residen tidak sungkan untuk menegur dan bertanya kepada penyuluh agama.
Penyuluh agama membebaskan mereka untuk curhat, penyuluh agama juga tidak mengekang mereka berinteraksi dan mengungkapkan
pendapatnya. “...disamping tausiyah dan ceramah itu kita isi dengan sharing.
Sharing itu nanti ada semacam tanya jawab masalah pribadi mereka, naaahh kemudian kita kaitkan dan hubungkan dengan masalah Islami.
Residen itu duduk di depan semua, ketika saya menyampaikan materi kemudian saya persilahkan apa yang mau ditanyakan terus saya
memberikan kesempatan saat itu kepada residen untuk bertanya. Tidak ada sifatnya sendiri-sendiri atau empat mata, engga. Kita keseluruhan
karena selesai shalat berjamaah kita isi dengan tausiyah ataupun sharing bersama residen.”
37
Bahkan residen tidak sungkan dan tidak malu untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan dan alami. Karena
kesabaran para penyuluh agama dan hasilnya adalah memberikan kenyamanan kepada residen. Seperti yang diungkapkan iren.
“Sabar, sabar banget malah ngadepin kita dengan tingkah laku kita. Padahal kalau kaya kita satu orang aja udah kaya puluhan orang.”
38
Komunikasi seperti ini sudah bisa dikatakan efektif karena semua orang yang terlibat dalam ruangan dapat melakukan komunikasi
secara dua arah, baik itu komunikasi antara penyuluh agama dengan residen, maupun komunikasi residen dengan residen dan adanya
37
Wawancara dengan Ustadz Muslim penyuluh agama, Bogor, 21 Mei 2014
38
Wawancara dengan Iren residen re-entry, Bogor, 21 Mei 2014
kesamaan makna sehingga komunikasi berlangsung dalam situasi yang menyenangkan kedua belah pihak. Yaaa yang paling efektif sih kita
memberikan ceramah sambil tanya jawab, kita berikan ceramah dan kemudian berikan waktu anak-anak untuk bertanya.”
39
Ada pula komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh penyuluh agama terhadap residen. Komunikasi antarpribadi yang
dilakukan ketika di luar dari kegiatan pembinaan keagamaan. Seperti sapaan-sapaan ketika bertemu dengan residen.
“Kalau ketemu saya assalamu’alaikum, tapi kalau masuk ke ruang COD atau klinikal beda lagi, sapaannya communicate. Maksudnya itu
adalah permisi...kalau masuk musollah assalamu’alaikum. Kalau laki- laki masuk ke female lain lagi sapaannya, male on the floor harusnya
kalau muslim kan assalamu’alaikum.”
40
Meskipun pembinaan keagamaan ini di bawah program TC dan hanya mempunyai waktu yang sangat terbatas dalam kegiatannya,
namun tidak menyurutkan semangat penyuluh agama untuk selalu menyampaikan materi agama di sela-sela waktu yang sedikit. Serta
selalu memakai bahasa agama dalam kegiatan sehari-harinya. Hal ini dilakukan agar residen terbiasa dengan kultur yang Islami.
Dalam proses komunikasinya, beberapa dari penyuluh agama menggunakan alat bantu, agar mempermudah dan menarik perhatian
residen. Seperti halnya yang diungkapkan oleh ustadz Jajang dan ustadz Luthfi.
39
Wawancara dengan Ustadz Luthfi penyuluh agama, Bogor, 23 April 2014
40
Wawancara dengan Utadzah Musciner penyuluh agama, Bogor, 22 April 2014
“Ya, saya memakai komputer, dan kebanyakan dari mereka juga suka kalau menggunakan bentuknya audio visual, vidio. Nahh saya
download acara khazanah yang ada di trans 7 itu kemudian saya sampaikan di situ. Saya pilih materi tentang wudhu, shalat berjamaah
terus nanti ada kisah-kisah para nabi seperti nabi ibrahim, nabi isa.”
41
“Untuk saat ini kita menggunakan vcd, itu pun yang banyak khusus untuk nilai-nilai agama, itu aja sih yang lain belum. Satu lagi pake
komputer.”
42
Namun berbeda dengan ustadz Jamal dan ustadz Muslim mereka sama sekali tidak menggunakan alat bantu.
“Nggak, cuman cerita aja begini.” “Engga engga, kita langsung aja yang alami aja.”
Hal ini diakui oleh residen bahwa mereka sangat tertarik menyimak materi ketika menggunakan alat bantu.
“Pake komputer, buat nyeritain kisah para nabi... tapi kadang gak kebaca, kadang ustadz ngejelasin kalo ada gambar-gambar,kalo pake
komputer kadang family pada ngikutin, rame jadinya.”
43
Penggunaan alat bantu sebagai media dalam kegiatan pembinaan keagamaan menjadi salah satu hal yang mampu mendorong
residen untuk mengikuti kegiatan keagamaan. Lima orang residen yang saya wawancarai mengaku lebih senang memakai alat bantu
khususnya audio visual dalam kegiatan keagamaan. Dari hasil penelitian tersebut penulis menemukan gambaran
bahwa pola komunikasi antara penyuluh agama dengan residen adalah pola komunikasi roda, pola komunikasi bintang, dan komunikasi
41
Wawancara dengan Ustadz Jajang penyuluh agama, Bogor, 22 April 2014
42
Wawancara dengan Ustadz Luthfi penyuluh agama, Bogor, 23 April 2014
43
Wawancara dengan M. Afryan residen re-entry, Bogor, 15 Mei 2014
antarpribadi. Pola komunikasi roda terjadi ketika penyuluh agama menyampaikan pesan-pesannya materi kepada residen yang
menempatkan posisinya sebagai orang yang sentral di depan khalayak yang banyak. Sedangkan pola komunikasi bintang terjadi ketika
penyuluh agama mempersilahkan residennya untuk terlibat dalam kegiatan pembinaan keagamaan, penyuluh agama juga merasa perlu
residennya memberikan pendapat, ide-ide agar komunikasi yang terjadi lebih efektif. Komunikasi antrapribadi terjadi ketika sharing
antara penyuluh agama dengan beberapa residen yang membutuhkan nasihat-nasihat dari penyuluh agama serta di luar dari kegiatan
pembinaan keagamaan.
8
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pola komunikasi antara penyuluh agama dengan residen
dalam pembinaan sosial keagamaan di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional BNN Lido maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: 1 Pola komunikasi yang terjadi pada kegiatan pembinaan sosial
adalah pola komunikasi bintang. Dengan pola bintang semua residen beserta staff melebur dalam satu ruangan untuk sama-
sama memecahkan masalah, mendengarkan masalah residen lainnya dan saling memberi masukan satu sama lain. Dalam
pembinaan sosial penyuluh agama tidak ikut terlibat, karena sudah mempunyai tugas masing-masing.
2 Pola komunikasi pada kegiatan pembinaan keagamaan yang terjalin antara penyuluh agama dengan residen adalah pola
komunikasi roda, pola komunikasi bintang, dan komunikasi antarpribadi.
Pola komunikasi roda terjadi dikarenakan penyuluh agama adalah orang yang menduduki posisi sentral
sebagai pusat informasi. Hal tersebut sangat membantu dalam kesuksesan
penyampaian materi-materi yang disampaikan. Karena diharapkan residen akan menerapkannya dalam
kehidupan dan memberikan perubahan kepada residen baik dari kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Pola komunikasi
bintang terjadi ketika adanya sesi tanya jawab dari residen, hal ini menyebabkan komunikasi terjadi secara dua tahap dan
memerlukan feedback. 3 Sebagian penyuluh agama menggunakan alat bantu dalam
proses penyampaian materinya. Alat bantu tersebut berupa komputer dan VCD.
B. Saran-saran
Penulis perlu memberikan saran sebagai masukan untuk penyuluh agama serta pihak Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido
dalam upaya pembinaan sosial keagamaan. Ini bukan berarti kami menggurui, namun hanya sebagai bahan pertimbangan bagi pihak
terkait. 1 Perlu adanya kebijakan dari Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido
untuk setiap penyuluh agama agar mengikuti pelatihan- pelatihan public speaking dan penyuluhan narkoba demi
menambah ilmu teori komunikasi dan membuka wawasan dalam bidang komunikasi dan penyuluhan.
2 Dalam melakukan pembinaan sosial keagamaan terhadap residen hendaknya tidak dilakukan secara monoton dengan
melakukan ceramah agama, fariasi bentuk kegiatan pembinaan akan menghilangkan kejenuhan pada residen.
3 Alat bantu yang digunakan sebaiknya menggunakan yang lebih efektif seperti infocus, mengingat residen berjumlah puluhan.
4 Perlu adanya buku prestasi sebagai tolak ukur peningkatan wawasan agama dan kemampuan mempraktekkan ibadah
setelah mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan. 5 Bagi residen, agar tidak lagi dan berhenti mengkonsumsi
narkoba karena hal tersebut akan merusak masa depan pribadi, keluarga maupun bangsa.
Harapan penulis, semua ini bisa dijadikan sebagai masukan guna meningkatkan mutu pembinaan sosial keagamaan residen,
sehingga mampu mengembalikan residen menjadi manusia yang bermoral, taat dan berakhlak mulia, yang akhirnya mereka siap
dijadikan sebagai pemimpin negeri ini.
81
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. Sayuti, 2002. Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Departemen Pendidikan Nasional, 2005 edisi Ke-3. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Depdikbud, 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Rajawali Press Dilla, Sumadi, 2007. Komunikasi Pembangunan Pendekatan Terpadu,
Bandung: Simbiosa Rekatama Media Effendy, Onong Uchjana, 1996 Cet. Ke-1. Kepemimpinan dan
Komunikasi, Yogyakarta: Al-Amin Press Effendy, Onong Uchjana, 2007 Cet. Ke-3. Ilmu teori dan Filsafat
Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007 Effendy, Onong Uchjana, 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Fajar, Marhaeni, 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik, Yogyakarta:
Graha Ilmu Goble, Frang G, 1987. Mazhab Ke-Tiga, Psikologi Humanistik Abraham
Maslow, Yogya: Kanisius Hawari, Dadang, 2000. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Napza,
Jakarta: FKUI Heriyanto, Sandjaja Albertus, 2006. Panduan Penelitian, Jakarta: Prestasi
Pustakarya Hilmi, Masdar, 1973. Dakwah dalam Alam Pembangunan, Semarang:
Toha Putra Ilaihi, Wahyu, 2010. Komunikasi Dakwah, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Kamus Besar Bahasa Indonesia
Makalah Administrasi Penyuluhan, semester 7. Tentang Dasar-dasar dan Tujuan Serta Ruang Lingkup Administrasi dan Penyuluhan.
Manaf, Mujahid Abdul, 1996 Cet. Ke-2. Sejarah Agama-agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada