Produk Penyaluran Dana Produk-Produk Bank Syariah
untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Jual beli seperti akad
salam, namun pembayarannnya dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. Istishna diterapkan pada pembiayaan manufaktur
dan konstruksi
.
2 Prinsip Sewa Ijarah
13
Ada dua kaidah penting dalam prinsip ini, yaitu al-Ijarah dan al- ijarah muntahiya bit-thamlik.
a Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri. b Al-Ijarah Muntahiya Bit-thamlik
Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Pada dasarnya prinsip ini sama dengan jual beli, namun perbedaannya
terletak pada objek transaksinya. Pada Akhir sewa, bank syariah dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Transaksi
tersebut dikenal dengan istilah ijarah muntahiya bithamlik sewa yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan. Harga sewa dan harga jual
disepakati pada awal perjanjian. Hal tersebut yang membedakan antara
13
Ibid., Muhammad Syafi’i Antonio. 2001. . . . . hal. 117-119
ijarah dengan ijarah muntahiya bit-thamlik, yaitu kepemilikan barang
atau jasa yang digunakan.
Faktor-faktor untuk
diberikannya pembiayaan
ijarah muntahiyah bittamlik meliputi aspek yuridis, keuangan, manajemen,
teknis dan produksi, pemasaran, jaminan, social ekonomi, dan AMDAL serta identifikasi mitigasi resiko. Akad ijarah muntahiyah
bittamlik adalah akta dibawah tangan, yang berbentuk baku atau standar artinya telah ditentukan oleh satu pihak atau salah satu pihak
yaitu dalam hal ini pihak Bank Muamalat, kemudian akta di bawah tangan tersebut di legalisasi oleh Notaris sebagai alat bukti.
14
3 Prinsip Bagi Hasil Syirkah
15
Prinsip ini meliputi beberapa jenis prinsip, yaitu: musyarakah, mudharabah dan mudharabah muqayyadah.
a Musyarakah, merupakan kerjasama dalam suatu usaha oleh dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.
Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana
14
Didik Hijrianto. “Pelaksanaan Akad Pembiayaan IMBT pada Bank Muamalat Indonesia”. Tesis S2 Prodi Magister Kenotariatan. Semarang : Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. 2010.
Hal.,7.
15
Ibid., Muhammad Syafi’i Antonio. 2001. . . . . hal. 90-100
nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut.
Realita bisnis saat ini menempatkan musyarakah sebagai salah satu produk perekonomian modern, baik di bidang perbankan, pasar
uang atau aspek lainnya. Saat ini musyarakah merupakan penempatan modal dalam usaha tertentu, yang kebanyakan tidak melibatkan diri
dalam manajemen secara standard. Realitas bisnis saat ini memang membutuhkan suatu ajaran yang lebih konkrit dan sesuai dengan
kondisi faktual saat ini dan solusi terhadap permasalahan hukum yang muncul. Jika hanya berpedoman pada formalitas yang telah
dirumuskan para ahli hukum Islam terdahulu, dikhawatirkan bentuk formalitas itu menjadi kendala dalam mencapai tujuan syariah
maqasid asy-syariyah.
16
b Mudharabah, merupakan kerjasama suatu usaha antara dua pihak di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal shahibul mal,
sedang pihak kedua bertindak sebagai pengelola mudharib dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak.
17
16
Abd Shomad
. “
Joint Venture Profit Sharing Musyarakah dalam Perbankan Berdasarkan Prinsip Syariah”. Artikel Ilmiyah., hal. 1-2
17
AH. Azharuddin Lathif. Fiqh Muamalat. Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005
3 Akad Pelengkap Akad pelengkap dikembangkan sebagai akad pelayanan jasa.
Akad ini dilakukan dengan beberapa prinsip transaksi, yaitu: wakalah, kafalah, hawalah alih utang-piutang, rahn gadai, qardh pinjaman
kebaikan. a Wakalah
Prinsip transaksi ini bisa disebut juga wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat, yaitu pelimpahan
kekuasaan oleh seseorang kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.
18
b Kafalah Prinsip transaksi ini memberikan jaminan yang diberikan oleh
penanggung kafil kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
c Hawalah Prinsip transaksi ini yaitu pengalihan utang dari orang yang
berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam istilah para ulama, hal ini merupakan pemindahan beban utang dari muhil
orang yang berutang menjadi tanggungan muhal’alaih atau orang yang berkewajiban membayar utang.
19
18
Ibid., Muhammad Syafi’i Antonio, hal.120
19
Ibid., Muhammad Syafi’i Antonio, hal. 126
d Ar-Rahn Yaitu menahan salah satu harta milik si pemijam sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn
adalah semacam jaminan utang atau gadai.
20
e Qardh Pinjaman Kebaikan Prinsip transaksi ini membantu nasabah secara cepat, berjangka
pendek, dan diarahkan untuk usaha kecil serta keperluan sosial. Yaitu pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta
kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.
20
Ibid., Muhammad Syafi’i Antonio, hal. 128