PENUTUP Tingkat efisiensi bank umum Syariah (bus) menggunakan metode data envelopment analysisi (dea)

xiii Tabel 4.7.2 Targets for Unit Annual 2008 …………………………………... 88 Tabel 4.7.3 Targets for Unit Annual 2009 …………………………………... 89 Tabel 4.7.4 Targets for Unit Annual 2010 …………………………………... 90 Tabel 4.8 Perkembangan Asset dan Ekuitas Bank Mega Syariah ………… 91 Tabel 4.9 ROA dan ROE BMS 2007-2010 ………………………………. 92 Tabel 4.10 Nilai Efisiensi Bank Muamalat Dengan Perhitungan DEA asumsi VRS ...……………………………………………. 94 Tabel 4.10.1 Targets for Unit Juni-07 ………………………………………... 97 Tabel 4.10.2 Targets for Unit sept-07 ………………………………………... 98 Tabel 4.10.3 Targets for Unit Des-07 ………………………………………... 99 Tabel 4.10.4 Targets for Unit Juni-08 .………………………………………. 100 Tabel 4.10.5 Targets for Unit sept-08 .……………………………………….. 101 Tabel 4.10.6 Targets for Unit Des-08 .………………………………………. 102 Tabel 4.10.7 Targets for Unit Sept-09 .………………………………………. 103 Tabel 4.10.8 Targets for Unit Des-09 .……………………………………….. 104 Tabel 4.10.9 Targets for Unit Juni-10 .……………………………………… 105 Tabel 4.11 Nilai Efisiensi Bank Syariah Mandiri Dengan Perhitungan DEA asumsi VRS ……………………………………………… 106 Tabel 4.11.1 Targets for Unit Juni-07 ……………………………………….. 108 Tabel 4.11.2 Targets for Unit Des-07 ……………………………………….. 109 Tabel 4.11.3 Targets for Unit Mar-08 ……………………………………….. 110 xiv Tabel 4.11.4 Targets for Unit Juni-08 ……………………………………….. 111 Tabel 4.11.5 Targets for Unit sept-08 ……………………………………….. 112 Tabel 4.11.6 Targets for Unit Des-08 .……………………………………….. 113 Tabel 4.11.7 Targets for Unit Juni-09 ....…………………………………….. 114 Tabel 4.11.8 Targets for Unit Sept-09 ………………………………………. 115 Tabel 4.11.9 Targets for Unit Des-09 ………………………………………... 116 Tabel 4.11 Nilai Efisiensi Bank Mega Syariah Dengan Perhitungan DEA asumsi VRS ……….....…………………………………. 117 Tabel 4.12.1 Targets for Unit Juni-07.……………………………………….. 119 Tabel 4.12.2 Targets for Unit Sept-07……………………………………….. 120 Tabel 4.12.3 Targets for Unit Des-07 ……………………………………….. 121 Tabel 4.12.4 Targets for Unit Mar-08.……………………………………….. 122 Tabel 4.12.5 Targets for Unit Juni-08 ……………………………………….. 123 Tabel 4.12.6 Targets for Unit Sept-08……………………………………….. 124 Tabel 4.12.7 Targets for Unit Des-08 ……………………………………….. 125 Tabel 4.12.8 Targets for Unit Mar-09 ……………………………………….. 126 Tabel 4.12.9 Targets for Unit Juni-09 ……………………………………….. 127 Tabel 4.12.10 Targets for Unit Sept-09 ..…………………………………….. 128 Tabel 4.12.11 Targets for Unit Sept-10 . .…………………………………….. 129 xv DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Teoritis …………………………………. 14 Gambar 2.1 Efisiensi Teknis dan Efisiensi Alokatif ……………………….. 33 Gambar 2.2 Pengukuran Efisiensi Berorientasi Output dan Input serta Return to Scale ………………………………………….. 36 Gambar 2.3 Efisiensi Teknis dan Alokatif dari Pendekatan berorientasi Output ……………………………………………. 37 Gambar 4.1 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Muamalat ………………… 68 Gambar 4.2 Efisiensi Rata-Rata Tahunan BSM ……………………………. 78 Gambar 4.3 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Mega Syariah …………….. 86 Gambar 4.4 Tingkat Efisiensi Bank Muamalat pertriwulan ………………... 95 Gambar 4.5 Tingkat Efisiensi BSM pertriwulan ……………….................... 107 Gambar 4.6 Tingkat Efisiensi BMS pertriwulan ……………….................... 118 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tahun 1998 menjadi saksi bagi tragedi perekonomian bangsa. Keadaannya berlangsung sangat tragis dan tercatat sebagai periode paling suram dalam sejarah perekonomian Indonesia. Mungkin dia akan selalu diingat, sebagaimana kita selalu mengingat black Tuesday yang menandai awal resesi ekonomi dunia tanggal 29 Oktober 1929 yang juga disebut sebagai malaise. Hanya dalam waktu setahun, perubahan dramatis terjadi. Prestasi ekonomi yang dicapai dalam dua dekade, tenggelam begitu saja. Dia juga sekaligus membalikkan semua bayangan indah dan cerah di depan mata menyongsong milenium ketiga. Selama periode sembilan bulan pertama 1998, tak pelak lagi merupakan periode paling hiruk pikuk dalam perekonomian. Krisis yang sudah berjalan enam bulan selama tahun 1997, berkembang semakin buruk dalam tempo cepat. Dampak krisis pun mulai dirasakan secara nyata oleh masyarakat, dunia usaha. Dana Moneter Internasional IMF mulai turun tangan sejak Oktober 1997, namun terbukti tidak bisa segera memperbaiki stabilitas ekonomi dan rupiah. Bahkan situasi seperti lepas kendali, bagai layang-layang yang putus talinya. Krisis ekonomi Indonesia bahkan tercatat sebagai yang terparah di Asia Tenggara. 1 Selama krisis ekonomi tersebut, perbankan syariah masih dapat memenuhi kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan perbankan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relatif rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah non performing loan pada perbankan syariah dan tidak terjadinya negative spread dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut dapat dipahami mengingat tingkat pengembalian pada bank syariah tidak mengacu pada tingkat suku bunga yang berlaku tetapi menurut prinsip bagi hasil. Dengan demikian bank syariah dapat menjalankan kegiatannya tanpa terganggu dengan kenaikan tingkat suku bunga yang terjadi, sehingga perbankan syariah mampu menyediakan modal investasi dengan biaya modal yang relatif lebih rendah dari bank konvensional kepada masyarakat. Semakin berkembangnya perbankan syariah di masa mendatang, pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan perundang-undangan, diantaranya UU No. 7 tahun 1992 dan diamandemen dengan UU No. 10 tahun 1998. Dan pada tahun 1999 di keluarkan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat pula menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah. 1 Artikel ini diakses pada tanggal 28 januari 2011. www.seasite.niu.edu Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu. Dengan diidentifikasikannya alokasi input dan output, dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab ketidakefisiensian. Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja perbankan. Sering kali, perhitungan tingkat keuntungan menunjukkan kinerja yang baik, tidak masuk dalam kriteria “sehat” atau berprestasi dari sisi peraturan. Sebagaimana diketahui, industri perbankan adalah industri yang paling banyak diatur oleh peraturan-peraturan yang sekaligus menjadi ukuran kinerja dunia perbankan. Capital Adequacy Ratio CAR, Reserve Requirement, Legal Lending Limit dan kredibilitas para pengelola bank adalah contoh peraturan-peraturan yang sekaligus menjadi kriteria kinerja di dunia perbankan.