Bidang Manajemen Paparan Data 1. Pendidikan Pesantren Sebagai Alternatif Pendidikan Nasional di Era
produktif dengan substansi ajaran Islm itu sendiri. Bagi kelompok ini referensinya adalah substansi Islam maqashid asy-Syariah. Dari mana pun
datangnya sebuah nilai dan apapun namanya, yang paling mengedepankan nilai-nilai luhur kemanusiaan, menjunjung tinggi kebebasan berekspresi dan
demokrasi, maka itulah Islam. Kelompok ini sering mengutip hadits Nabi yang artinya:
“Hikmah atau kearifan itu milik umat Islam, dari manapun datangnya dan dimanapun adanya, ia berhak untuk itu”
Depag. RI.: 2005. Bagi kelompok ini, Islam tidak mempunyai legislasi kenegaraan.
Kelompok ini juga mempertanyakan eksistensi hukum Islam. Mereka meragukan apa yang selama ini disangka hukum Islam jangan sampai hanya
formulasi kepentingan subjektif dari sebuah masyarakat. Misi pokok Nabi Muhammad saw,. Adalah pemimpin agama. Kapsitasnya sebagai kepala
Negara di Madinah hanya sebagai tugas ekstra, dengan demikian, maka segala kebijakan yang berhubungan dengan kapasitasnya sebagai kepala
pemerintahan tidk mesti menjadi hujjah bagi ummatnya. Tentu saja keberadaan kelompok ini bukan hanya ditentang kelompok Islam Radikal,
tetapi juga mencemaskan kelompok mainstream. Kelompok ini bukan hanya dengan tidak setuju konsep penerapan
syariah Islam, tetapi juga menganggap para penggagasnya melakukan
“politicking” agama Islam. Sasaran kelompok ini tidak hanya kelompok
Islam Radikal, melainkan juga kelompok mainstream, yang senantiasa mempertahankan status quo, dan membiarkan terjadinya kemandekan umat
Islam. Diantara perjuangan kelompok ini ialah mendirikan berbagai media
komunikasi atau bekerja sama dengan media yang sudah ada untuk menyamapaikan ide-
ide “pencerahan’ yang telah dirumuskannya, melakukan
forum kajian dan diskusi secara intensif, melakukan forum kajian dan diskusi secara intensif, melakukan advokasi dan aksi-aksi tertentu, tertentu, termasuk
menggalang massa untuk turun ke jalan melakukan demontrasi menentang Amerika Serikat karena melakukan penyerbuan terhadap Irak, bukan karena
alas an agama tetapi karena alasan solidaritas kemanusiaan. Hal yang sama juga dilakukan kelompok Islam Radikal tetapi dengan alasan solidaritas
keagamaan. Kelompok mainstream juga melakukan hal yang sama dengan alasan kemanusiaan dan keagamaan.
Pembahasan yang muncul dalam tulisan selama ini baik yang muncul dalam media masa maupun media televisi itu bertujuan untuk membangkitkan
kesadaran masyarakat Amerika dan masyarakat barat lainnya bahwa pendidikan pesantren yang mereka pahami selama ini merupakan pemahaman
yang sangat over justifikasi. Mereka melihat fenomena-fenomena pesantren
hanya memakai “perspektif luar”. Belum melangkah maju dengan mengurai “perspektif dalam”. Di dalam pembahasan ini perlu difahami bahwa
pesantren merupakan sesuatu yang tertuduh, ingin mengatakan “ha ana dza”.
Inilah saya Nazaruddin Umar: 2002. Pendidikan pesantren mengajarkan dan sekaligus mengajak kepada
masyarakat khususnya umat Islam untuk menengok kembali peran dan strategi pesantren dalam membaca, mengomentari sekaligus merespon
realitas dengan tindakan-tindakan nyata demi mewujudkan kesejahteraan social yang diidam-idamkan oleh masyarakat.
Namun prospek terciptanya hubungan yang harmonis antara Islam yang diwakili pesantren dengan Barat dan peradaban-peradaban lain l
tampaknya akan sangat bergantung pada apakah mereka brhasil mendorong dialog dan saling pengertian atau tidak. Pembahasan ini ingin meninspirasi
bahwa masih ada harapan untk membangun kehidupan dunia yang damai dan adil tanpa ada prasangka-prasangka yang menyudutkan pihak tertentu dengan
mengumpulkan pihak lain.barat Tentunya bagi Barat, untuk menciptakan dunia yang damai dan adil
seperti ini, harus berani melangkah maju dalam mengambil inisiatif, dan yang terpenting, Barat harus menyikapi dunia Islam dengan mendengarkan apa
yang kaum muslim katakana dengan mencoba memahami islam lebih adil. Barat harus menunjukkan tanda-tanda positif secara serius kepada kaum
muslim awam melalui media, seminar, konferensi, dan dialog-dialog bahwa
mereka tidak memandang Islam sebagai musuh, betapapun banyak aspek dari perilaku kaum muslim yang tidak disepakati barat.
Akhir-akhir ini, secara umum ke-eksklusifan pesantren dan klim pesantren sebagai sarang teroris yang dikhawatirkan banyak orang dibelahan
dunia setidaknya sudah mulai terjawab jelas bahwa pesantren yang selama ini ada di Indonesia bukanlah sarang teroris. Dengan kebijakan pemerintah yang
sudah memasukkan pesantren ke dalam System Pendidikan nasional No. 20 tahun 2003, pilar yuridis merupakan pilar yang harus mendapat perhatian
bahwa pendidikan di Indonesia berlaku system nasional PP 55 tahun 2007 jelas merupakan salah satu pijakan yuridis yang mengatur tentang keberadaan
posisi dan eksistensi madrasah Diniyah, pendidikan diniyah, pesantren, majlis
ta’lim, di Departemen Agama yang menangani
secara khusus pesantren yang jumlahnya hingga saat ini sudah mencapai sekitar 11.312 buah pesantren
yang terdiri dari 7.46 atau 65,97 merupakan pesantren salafiyah, 599 atau 5,30 adalah pesantren Kholafiyah dan 3251 atau 28,74 adalah perpaduan
kholaf dan salaf Lukman Hakim, 2002: 12. Setidaknya direktorat baru tersebut direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren yang akan
melakukan pengawasan dan pembinaan sejumlah besar pesantren yang ada tersebut sehingga menjadi pesantren yang membangun bukan menjadi teroris
sebagaimana yang dituduhkan barat akhir-akhir ini. Menangani pengelolaan pesantren secara tersendiri dimana pesantren diberi ruang yang sangat lebar
dalam mengembangkan visi dan misinya, termasuk diberi keleluasaan mengakses dana dari pemerintah.