Model kurikulum. Pada pesantren tradisional kurikulum yang digunakan
anak mereka mendapatkan pendidikan agama yang cukup memadai dari sekolah-sekolah umum.
Jika melihat keadaan di atas tampaknya akselerasi pendidikan dan pengembangan masyarakat di pesantren optimis bias berjalan. Namun
bagaimanapun, program-program ini masih sangat tergantung pada sejauhmana penerimaan kiai di pesantren sendiri. Sebab, yang relative besar,
juga memiliki basis konstituen yang relative solit di masyarakat dan sumber daya local yang kuat. Sehingga intervensi dari luar akan cenderung kurang
efektif. Hal ini menjadi tantangan bagi kementrian agama untuk secara terus menerus mensosialisasikan dan mendorong pesantren-pesantren tersebut
terlibat dalam akselerasi pendidikan di pesantren. Jika Kementrian Agama mampu menggerakkan partisipasi pesantren secara lebih maksimal, kontribusi
pesantren dalam akselerasi pendidikan nasional akan dapat ditingkatkan secara drastic. Oleh sebab itu, pelibatan pesantren dalam akselerasi
pendidikan nasional tidak bias ditangani secara serampangan, apalagi karitatif dan birokrastif. Tugas Kementrian Agama yang mendesak adalah bagaimana
memperbesar partisipasi pesantren melalui program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter pesantren itu sendiri.