Pokok-Pokok Pengaturan Pengendalian Tembakau Berdasarkan FCTC

“Setiap Negara Pihak pada Kovenan ini berjanji mengambil langkah-langkah, baik sendiri maupun melalui bantuan dan kerjasama internasional, terutama bantuan teknik dan ekonomi dan sejauh dimungkinkan sumber daya yang ada, guna mencapai secara progresif realisasi sepenuhnya hak-hak yang diakui dalam Kovenan ini dengan menggunakan semua upaya-upaya yang memadai, termasuk pembentukkan langkah-langkah legislatif.” Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya menjelaskan bahwa kewajiban Negara Pihak meliputi Kewajiban Melakukan Obligation of Conduct dan Kewajiban Hasil Obligation of Result. Komisi Hukum Internasional International Law Commission merumuskan dua kategori kewajiban tersebut dan Komite menggunakannya sebagai rujukan untuk mengelaborasi kewajiban Negara Peserta Kovenan Hak Ekosob: 61 a Kewajiban Melakukan berarti bahwa Negara harus mengambil langkah spesifik, terutama berkait dengan aksi atau pencegahan. Misalnya: melarang kerja paksa merupakan tindakan melakukan sesuatu. b Kewajiban Hasil berarti kewajiban untuk mencapai hasil tertentu melalui implementasi aktif kebijakan dan program.

3. Pokok-Pokok Pengaturan Pengendalian Tembakau Berdasarkan FCTC

Ketentuan Pokok FCTC: Pasal 2.1 FCTC mendorong seluruh negara peserta Konvensi untuk mengambil langkah-langkah yang lebih kuat dari standar minimal yang ditentukan dalam konvensi. Ketentuan-ketentuan signifikan yang diatur dalam konvensi termasuk: 61 Ibid 42 Universitas Sumatera Utara a. Iklan, Promosi dan Pemberian Sponsor Pasal 13 Perjanjian FCTC memberikan syarat kepada negara anggota untuk melaksanakan larangan total terhadap segala jenis iklan, pemberian sponsor, dan promosi produk-produk tembakau baik secara langsung maupun tidak, dalam kurun waktu 5 tahun setelah meratifikasi konvensi. Larangan ini juga termasuk iklan lintas batas yang berasal dari salah satu negara peserta. Bagi negara-negara yang memiliki hambatan konsitusional, larangan total iklan, pemberian sponsor dan promosi ini dilakukan dengan mempertimbangkan hukum yang berlaku di negara tersebut. 62 b. Asap Rokok BekasSeconhand Smoke Pasal 8 Paparan asap rokok telah terbukti secara ilmiah menyebabkan kematian, penyakit dan cacat. FCTC mensyaratkan kepada seluruh negara peserta untuk mengambil langkah-langkah efektif dalam melindungi bukan perokok dari asap rokok di tempat-tempat publik, termasuk ditempat-tempat kerja, kendaraan umum, serta ruangan-ruangan ditempat publik lainnya. Telah terbukti bahwa langkah yang efektif dalam melindungi bukan perokok adalah dengan larangan total merokok. 63 c. Pengemasan dan Pelabelan Pasal 11 Pasal 11 FCTC mensyaratkan kepada seluruh negara peserta agar sedikitnya 30 dari permukaan kemasan produk digunakan untuk label peringatan kesehatran dalam kurun waktu 3 tahun setelah meratifikasi FCTC. 62 Kerangka kerja Perjanjian FCTC, http:www.tstc.comhtml . Minggu 12012014 63 Ibid 62 Universitas Sumatera Utara Pasal ini juga mengharuskan pesan tersebut diganti-ganti, dan dapat menggunakan gambar. Peringatan yang mengandung kata-kata yang menyesatkan seperti ‘’light’’,’’mild’’ dan ‘’rendah tar’’ dilarang. Penelitian membuktikan rokok yang berlabel light, mild dan rendah tar sama bahayanya seperti rokok pada umumnya. Negara-negara peserta sepakat untuk melarang segala kata-kata yang menyesatkan dalam kurun waktu 3 tahun setelah menjadi negara anggota FCTC. 64 d. Penyeludupan Pasal 15 FCTC mensyaratkan kepada negara anggotanya untuk dilakukan suatu tindakan dalam rangka mengatasi penyeludupan tembakau. Tindakan tersebut termasuk menuliskan asal pengiriman serta tempat tujuan pengiriman di semua kemasan tembakau. Selain itu, negara-negara peserta dihimbau untuk melakukan kerjasama penegakan hukum dalam penyeludupan tembakau lintas negara. 65 e. Pajak dan Penjualan Bebas Bea Pasal 6 FCTC menghimbau negara-negara peserta untuk menaikkan pajak tembakau dan mempertimbangkan tujuan kesehatan masyarakat dalam menetapkan kebijakan cukai dan harga produk tembakau. Penjualan tembakau bebas bea juga sebaiknya dilarang. Kenaikan harga tembakau terbukti langkah yang efektif dalam mengurangi konsumsi tembakau, terutama dikalangan anak- anak dan remaja. 66 f. Pengungkapan dan Pengaturan Kandungan Poduk Pasal 9 dan Pasal 10 64 Ibid 62 65 Ibid 62 66 Ibid 62 Universitas Sumatera Utara Produk tembakau perlu diatur, negara-negara peserta sepakat untuk membentuk suatu acuan yang dapat digunakan seluruh negara-negara dalam mengatur kandungan produk tembakau. Negara-negara peserta juga harus mewajibkan pengusaha tembakau untuk mengungkapkan kandungan produk tembakau kepada pemerintah. 67 g. Pertanggung jawaban Pasal 4,5 dan Pasal 19 Tindakan hukum perlu dilakukan sebagai strategi pengendalian dampak tembakau. FCTC melihat bahwa pertanggung jawaban merupakan program yang penting dalam pengendalian dampak tembakau. Negara-negara peserta sepakat untuk melakukan pendekatan legislatif dan hukum dalam mencapai tujuan pengendalian dampak tembakau dan bekerja sama dalam pengadilan yang terkait dengan masalah tembakau. 68 h. Treaty Oversight Pasal 23 Konferensi dari negara-negara peserta akan mengawasi FCTC. FCTC membentuk konferensi negara-negara peserta COP yang telah diselenggarakan pada tahun 2006. COP diberdayakan untuk mengawasi implementasi FCTC serta mengadopsi protokol tambahan annex dan perubahan FCTC. Selain itu juga untuk membentuk badan subside untuk menjalani tugas tugas tertentu. 69 i. Pendanaan Pasal 26 Negara-negara peserta telah berkomitmen untuk memberikan dana untuk pengendalian dampak tembakau secara global. Negara-negar peserta sepakat 67 Ibid 62 68 Ibid 62 69 Ibid 62 Universitas Sumatera Utara untuk mengerahkan bantuan keuangan dari sumber dana yang ada untuk pengendalian dampak tembakau di negara-negara yang mengalami transisi ekonomi, termasuk juga organisasi interpemerintah baik regional maupun internasional. 70 Komitmen Penting lainnya a Setiap negara peserta membentuk suatu mekanisme koordinasi keuangan nasional atau focal point untuk pengendalian dampak tembakau Pasal 5 b Negara-negara peserta berusaha untuk menyertakan usaha berhenti merokok dalam program kesehatan nasional mereka Pasal 14 c Negara-negara peserta melarang penjualan produk tembakau kepada mereka yang dibawah umur menurut hukum nasional mereka, atau 18 tahun Pasal 16 d Negara-negara yang meratifikasi FCTC tidak dapat melakukan reservasi mengecualikan salah satu pasal dari FCTC Pasal 30 Pokok-pokok pengaturan tersebut harus ditaati dan dijalankan oleh seluruh anggota peserta Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau FCTC apabila mereka telah meratifikasi isi dari konvensi diatas. 70 Ibid 62 Universitas Sumatera Utara 77

BAB III PENGARUH PERJANJIAN FCTC SECARA GLOBAL DAN NASIONAL

A. Gerakan Anti-Tembakau Global

Akhir-akhir ini muncul fenomena antirokok di kalangan masyarakat dunia, sementara fenomena antirokok saat ini mungkin tampak tak terbendung tetapi mungkin pula akan kehilangan momentumnya, larangan merokok sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang baru. Bahkan, Adolf Hitler pun melarang rokok. Awal mula gerakan anti-tembakau sebenarnya sudah berlangsung berabad-abad yang lalu, bermula dari larangan dari pemimpin agama hingga para raja. Berikut ini beberapa sejarah gerakan anti tembakau yang sebelumnya terjadi dimasa lalu. Berawal dari tahun 1624, Berpedoman pada logika bahwa penggunaan tembakau dapat mengakibatkan bersin-bersin, Paus Urbanus VIII mengeluarkan larangan merokok di seluruh dunia dan mengancam akan mengucilkan para perokok dan penghisap tembakau di tempat-tempat suci. Seabad kemudian, Paus Benediktus XIII yang menyukai tembakau mencabut semua larangan merokok dan pada tahun 1779, Vatikan membuka pabrik tembakaunya. Pada tahun 1633 Sultan Murad IV melarang rokok di Kekaisaran Ottoman. Namun penggantinya, Ibrahim Mad justru mengangkat larangan itu pada tahun 1647. Tembakau pun segera menjadi komoditas unggulan bersama kopi, anggur, dan opium. Menurut sejarawan yang hidup semasa pemerintahan Ibrahim, rokok menjadi salah satu dari empat bantal di sofa kesenangan. kemudian Tsar Russia, Michael pada tahun 1634 mengeluarkan larangan merokok dan akan menghukum para pelanggarnya dengan hukuman cambuk, dera’an, bahkan akan membuang mereka ke Siberia. Pada 1674, perokok dianggap penjahat yang pantas diganjar hukuman Universitas Sumatera Utara