Perlindungan Hukum Bagi Industri dan Pertanian Tembakau Nasional

jumlah perokok terutama kelompok anakremaja disebutkan oleh gencarnya iklan dan promosi rokok di berbagai media massa. Pengamanan rokok bagi kesehatan perlu diselenggarakan pada tempat umum, tempat kerja dan angkutan umum yang dilaksanakan dengan penetapan kadar kandungan nikotin dan tar yang boleh ada pada setiap rokok yang beredar, produksi dan penjualan rokok, periklanan dan promosi rokok dan penetapan kawasan tanpa rokok. Oleh karena itu diperlukan perlindungan terhadap bahaya rokok bagi kesehatan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambunngan. 111

C. Perlindungan Hukum Bagi Industri dan Pertanian Tembakau Nasional

1. Dampak FCTC Terhadap Industri dan Pertanian Tembakau Rencana pemerintah melakukan ratifikasi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau atau Framework Convention on Tobacco Control FCTC diperkirakan akan berdampak buruk bagi petani tembakau, petani cengkeh dan industri rokok nasional. Hal ini dikarenakan pemaksaan atas ratifikasi FCTC dinilai sebagai bentuk penolakan adanya kontribusi industri kretek terhadap perekonomian nasional serta bentuk pengabaian pemerintah terhadap pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya. Saat ini, proses ratifikasi FCTC sendiri masih dalam tahap pengkajian melalui koordinasi lintas kementerian di bawah Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Namun, pemerintah sendiri sebenarnya belum satu suara dalam menyikapi aksesi FCTC ini. Ada tiga kementerian yang menyatakan keberatannya atas ratifikasi tersebut yakni Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 111 Sally Jeane, Laporan Akhir Penelitian Hukum Efektivitas Peraturan Terkait Pengendaliann Produk Tembakau Terhadap Kesehatan . www.Kemenhum.com. Selasa 22012014 Universitas Sumatera Utara Keberatan dari tiga kementrian tersebut bukan tanpa dasar. Pasalnya, ketiga kementrian tersebut merupakan leading sector yang akan menanggung dampak buruk atas aksesi FCTC. Dampak burut dari aksesi FCTC tersebut antara lain, matinya industri pengolahan yang merupakan kewenangan Kementerian Perindustrian, pemutusan hak kerja PHK masal akibat berkurangnya penyerapan tenaga kerja yang merupakan kewenangan Kemeterian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta dampak berkurangnya volume perdagangan yang merupakan kewenangan dari Kementrian Perdagangan. Dalam usaha pemerintah untuk mengadopsi dan meratifikasi FCTC, pemerintah telah membuat roadmap industri pengolahan tembakau, khususnya produksi rokok. Mulai tahun 2015 industri rokok dibatasi produksinya menjadi 260 miliar batang per tahun. Sejak tahun 2007, ditegaskan dalam tiga prioritas. pertama, dalam periode 2007-2010, prioritas ditekankan kepada aspek tenaga kerja, penerimaan dan kesehatan. Kedua, periode 2010-2015 memprioritaskan aspek penerimaan negara, kesehatan dan tenaga kerja. Ketiga, periode 2015-2020, prioritas tertuju pada aspek kesehatan, tenaga kerja dan penerimaan negara. Sekarang posisi strategi pemerintah berada dalam upaya aspek penerimaan negara, sehingga menaikkan cukai tembakau menjadi penekanan. Tahun 2012 lalu saja pemerintah menaikkan tarif cukai rokok rata-rata 16 persen, sehingga menimbulkan protes para pengusaha rokok yang tergabung didalam Forum Masyarakat Rokok Indonesia Formasi. Para pengusaha industri rokok terus menghadapi persoalan kenaikan cukai. Aliansi Petani Tembakau Indonesia APTI memperkirakan, lebih dari 300 pabrik rokok kretek sudah gulung tikar Universitas Sumatera Utara atau bangkrut diakibatkan oleh penerapan cukai yang tinggi. Mereka juga menilai kehadiran PP No 109 Tahun 2012 yang isinya berusaha mengadopsi perjanjian FCTC lebih menguntungkan kepentingan sekitar 9 pabrik rokok yang bersumber dari modal asing, sehingga mengancam keberadaan pabrik kretek pribumi yang terus menderita oleh tekanan pemerintah maupun karena persaingan dengan perusahaan rokok bermodal besar. Anehnya walaupun banyaknya perusahaan- peusahaan yang bangkrut gara-gara cukai, justru pada saat yang bersamaan produksi rokok mengalami peningkatan. Badan Pusat Statistik BPS mengeluarkan data yang mengungkapkan produksi rokok dari perusahaan skala menengah atas di Indonesia pada tahun 2011 mengalami peningkatan 9,22 persen dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 300 miliar batang. Ternyata jumlah produksi rokok tidak berpengaruh walaupun ribuan perusahaan rokok kecil gulung tikar. Banyak perusahaan besar dan menengah yang sepertinya memegang peranan penting dalam kontribusinya atas lonjakan jumlah produksi rokok. 112 Kehancuran industri rokok kretek nasional dimulai dengan banyaknya industri rokok kecil yang bangkrut, dan yang bertahan masih berjuang dari ancaman yang sama. Kehancuran ini tidak semata-mata ditanggung oleh perusahaan kecil saja, melainkan juga bagi mereka yang bekerja sebagai buruh- buruh pabrik rokok yang bangkrut juga para petani tembakau dan cengkeh yang terpaksa menanam produk selain tembakau dan cengkeh. 113 Para petani sangat mengharapkan kestabilan dan peningkatan harga komoditas tembakau yang memberikan dampak pada tingkat upah buruh 112 Radjab Suryadi, Dampak Pengendalian Tembakau Terhadap Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya , Jakarta: Serikat Karakyatan Indonesia dan Center For Law and Order Studies, hal. 29. 113 Ibid 112 Universitas Sumatera Utara tembakau yang dipekerjakan pabrik rokok. Dalam perdagangan tembakau pemerintah terkesan tidak peka terhadap kondisi petani tembakau dalam negeri, karena disatu sisi kebijakan pemerintah dituding telah menghambat petani tembakau didalam negeri, namun disatu sisi lain justru tidak membatasi impor tembakau dari luar negeri, kebijakan ini dipandang sangat aneh dan seperti mengkhianati petani tembakau dalam negeri karena dapat merusak harga tembakau nasional. Jadi usaha pemerintah dalam mengadopsi pasal-pasal dari perjanjian FCTC yang tertuang didalam PP No 109 Tahun 2012 telah banyak memberikan dampak buruk bagi industri-industri tembakau khususnya industri kecil yang tidak siap akan peningkatan tarif cukai serta bagi para petani tembakau dan cengkeh akibat dari kebijakan pembatasan perdagangan tembakau dalam negeri tetapi tidak membatasi impor tembakau dari luar negeri. kita dapat melihat bahwa FCTC ini pengeruhnya lebih besar kepada industri rokok kecil dan para petani tembakau dan cengkeh. 114 2. Perlindungan Hukum Terhadap Industri dan Pertanian Tembakau Nasional Dalam Pesaingan Perdagangan Tembakau Global Hak-hak manusia tidak hanya hak-hak sipil dan politik, namun juga hak- hak ekonomi, sosial dan budaya, Hak-hak manusia merupakan suatu hal yang mendasar, sah bagi setiap orang baik berdasarkan moral dan kesepakatan, ataupun perjanjian dan hukum. Hak-hak ini saling bergantung dan tidak terpisahkan satu sama lain. Dalam konsep dan norma hak-hak manusia, dikenal istilah kewajiban 114 Ibid 112 Universitas Sumatera Utara negara. Secara umum, kewajiban negara ada tiga, yaitu kewajiban menghormati, kewajiban melindungi dan kewajiban memenuhi. 115 Berdasrkan prinsip itu sudah seharusnya pemerintah memberikan perlindungan hukum bagi industri tembakau dan para petani tembaku nasional khususnya menengah kebawah. pemerintah sebaiknya sebelum mengadopsi dan meratifikasi perjanjian FCTC mengeluarkan kebijakan yang intinya memperkuat industri rokok dan petani tembakau dari kebijakan pengendalian tembakau. Pemerintah seharusnya dalam menekan perdagangan tembakau nasional juga harus memikirkan bagaimana caranya untuk mempertahankan industri tembakau agar tidak bangkrut, pembatasannya hanya memberikan pengaruh yang besar terhadap jumlah produksi rokok bukan kepada buruh dan para petani. Pengesahan PP No 109 tahun 2012 oleh pemerintah hanya menitik beratkan kepada upaya penanggulangan pembatasan perdagangan tembakau saja tanpa mempertimbangkan kesejahteraan buruh dalam industri tenbakau dan para petani tembakau. Dikarenakan banyaknya kritikan dan protes dari Industri dan petani tembakau dikarenakan kebijakan dalam PP No 109 Tahun 2012 dan kebutuhan lain yang mendesak maka pemerintah di tahun 2013 ini sedang merancang RUU pertembakauan untuk membatasi perdagangan tembakau tapi memperhatikan kesejahteraan petani dan buruh tembakau dengan memberikan kepastian hukum. DPR pun dalam membahas membahas RUU Pertembakauan mengikut sertakan perwakilan industri rokok nasional yang tergabung dalam Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia GAPPRI. RUU Pertembakauan ini merupakan salah 115 ‘ ’Human Rights Principles,’’ http:www.unfpa.orgrightsprinciples.html. Sabtu 18012014 Universitas Sumatera Utara satu rancangan dari 70 RUU yang masuk daftar Program Legislasi Nasional Prolegnas 2013 .yang Hingga kini, drafnya belum rampung. 116 Salah satu anggota Baleg badan legislatif, Hendrawan Supratiknyo menegaskan RUU Pertembakauan prinsipnya mengakomodir berbagai kepentingan, ekonomi, kesehatan, investasi, sosial dan lainnya. Di mata politisi PDI Perjuangan ini, Komnas Pengendalian Tembakau adalah pihak yang kontra dengan penyusunan draf RUU Pertembakauan. “Draf-nya saja sebenarnya belum ada, dan prosesnya ini masih panjang. Nanti kita akan panggil juga yang pro,” katanya. Hendrawan berharap, Komnas Pengendalian Tembakau menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan yang lain. Komnas perlu melihat fakta industri rokok menjadi salah satu penghasil devisa bagi negara, dan menopang ketahanan perekonomian nasional. “Saya percaya pengusaha industri rokok mau diatur,” katanya. Zulmiar Yanri, politisi Demokrat, yakin akan ada perubahan judul RUU mengingat banyak kepentingan yang harus diakomodir. “RUU ini jadi atau tidaknya juga belum jelas, karena banyak kepentingan yang harus diakomodir,” ujar politisi Partai Demokrat. Wakil Ketua Baleg, Sunardi Ayub,menegaskan semua masukan masyarakat akan dipertimbangkan. Dalam menyusun draf RUU Baleg akan mengakomodir semua kepentingan masyarakat. “Semua dampak akan kita pikirkan dan pertimbangkan dan kita melindungi dengan UU ini,” pungkasnya. 117 Dalam pembuatan Undang-undang ini, pemerintah diharapkan lebih memperhatikan nasib petani tembakau dikemudian hari. Salah satunya adalah 116 Langkah Bumerang Regulasi Hukum tembakau. http:www.puskindoumk.comhtml. Sabtu 18012014 117 http:www.hukumonline.comberitabacalt5124a302d9b97komnas-pengendalian- tembakau-tolak-ruu-pertembakauan Universitas Sumatera Utara dengan membantu memberikan akses kredit kepada para petani tembakau. Hingga kini, petani tembakau masih kesulitan mendapatkan pinjaman modal dan itu berdampak pada rendahnya kualitas tembakau yang dihasilkan. Akses kredit untuk produk tembakau sangatlah sulit, padahal sektor tembakau telah menyumbang pendapatan negara melalui cukai rokok sebesar Rp 87 triliun per tahun, hal tersebut seperti mengisyaratkan pemerintah hanya ingin mendapatkan pendapatan dari cukai rokok saja, tetapi tidak mau membantu petani tembakau agar lebih sejahtera. Selain itu, industri tembakau, baik dari hulu hingga hilir mampu menyerap banyak tenaga kerja. Diperkirakan, sekitar 6 juta penduduk Indonesia bekerja di industri ini. Jika dihitung dengan jumlah anggota keluarga mereka, sekitar 10 persen dari penduduk Indonesia cukup bergantung terhadap industri tembakau. Oleh karena itu, AMTI yang mewakili masarakat tembakau di Indonesia berkeinginan semua pihak yang terlibat dalam industri tembakau mendapatkan kepastian hukum. Jadi penggunaan tembakau memang harus dikendalikan. Namun demikian, jangan sampai mematikan industri rokok dan petani tembakau. Karena tembakau sudah menjadi darah daging bagi para petani tembakau. Selain itu, akan lebih baik jika rokok diproduksi dengan jenis nikotin rendah. RUU ini juga harus memikirkan bagaimana kesejahteraan petani. Seharusnya pemerintah membuat semacam tim abitrase di setiap daerah untuk seimbangkan kebutuhan pabrik rokok dengan keinginan para petani. 118 Persoalan tembakau ini memang tidak dapat dilihat dari satu sisi saja. Melainkan harus secara keseluruhan. Kita tahu persoalan tembakau ini tidak sederhana. Undang-undang ini nantinya diharapkan harus dapat mengatur 118 Ibid 92 Universitas Sumatera Utara hubungn antar rokok dengan petani, jangan sampai mengabaikan petani, undang- undang pertembakauan harus melindungi petani dengan tidak melupakan sisi kesehatan masyarakat Indonesia juga tentunya, sehingga tidak ada yang dirugikan. Universitas Sumatera Utara 130

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN