Pengertian dan Subjek Hukum Perjanjian Internasional

Sebelum tahun 1969 hukum mengenai traktat sebagian besar terdiri dari kaidah-kaidah hukum kebiasaan internasional. Kaidah-kaidah ini untuk sebagian besar telah dikodefikasi dan disusun kembali didalam Konvensi Wina yang dibentuk pada tanggal 23 mei tahun 1969 tentang hukum traktat Vienna Convention On The Law Treaties, 11 Mulai berlaku pada tanggal 27 januari 1980. Tetapi, Konvensi Wina tidak dimaksudkan sebagai kitab hukum traktat yang lengkap dan dalam pembukaannya jelas di tegaskan bahwa kaidah-kaidah hukum kebiasaan internasional mengatur persoalan persoalan yang tidak diatur oleh ketentuan ketentuan konvensi.

1. Pengertian dan Subjek Hukum Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional merupakan salah satu sumber hukum internasional, sebagaimana tercantum dalam pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional, Sumber-sumber hukum internasional terdiri dari: 12 a. Perjanjian internasional international conventions, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus; b. Kebiasaan internasional international custom; c. Prinsip-prinsip hukum umum general principles of law yang di akui oleh negara-negara beradab; 11 Vienna Convention 1969 dianggap sebagai induk perjanjian internasional karena konvensi inilah yang pertama kali memuat ketentuan-ketentuan code of conduct yang mengikat mengenai perjanjian internasional. Melalui konvensi ini semua ketentuan mengenai perjanjian internasional diatur, mulai dari ratifikasi, reservasi hingga pengunduran diri Negara dari suatu perjanjian internasional seperti yang dilakukan AS, mengundurkan diri dari Vienna Convention 1969 pada tahun 2002 lalu. 12 Mauna Boer, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global,Bandung: P.T Alumni,2001, hal 89 Universitas Sumatera Utara d. Keputusan pengadilan judicial decisions dan pendapat para ahli yang telah di akui keahliannya merupakan sumber tambahan dari hukum internasional Berdasarkan hal tersebut marilah kita lihat apa yang di maksud dengan perjanjian internasional berdasarkan Pasal 2 Konvensi Wina tahun 1969, pejanjian internasional treaty didefenisikan sebagai: 13 Suatu persetujuan yang di buat antara negara dalam bentuk tertulis dan di atur oleh hukum internasional, apakah dalam instrument tunggal atau dua atau lebih instrumen yang berkaitan dan apapun nama yang diberikan padanya. Kemudian menurut Mochtar Kusumaatmaja, perjanjian internasional adalah perjanjian yang di adakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa yang bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu. Berdasrkan defenisi ini subyek hukum internasional yang mengadakan perjanjian adalah anggota masyarakat bangsa-bangsa, lembaga-lembaga internasional dan negara-negara 14 . Berdasarkan defenisi Pasal 2 Konvensi Wina 1969 diatas, kemudian di kembangkan lagi oleh pasal 1 ayat 3 undang -undang republik Indonesia nomor 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri yaitu: 15 Perjanjian internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan sebutan apapun, yang di atur oleh hukum internasional dan dibuat secara tertulis 13 Mauna Boer, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global,Bandung: P.T Alumni,2001, hal 84 14 Ibid 10 15 Ibid 10 Universitas Sumatera Utara oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan satu atau lebih negara, organisasi internasional atau subjek hukum internasional lainnya, serta menimbulkan hak dan kewajiban pada Pemerintah Republik Indonesia yang bersifat hukum publik. Bila dilihat dari defenisi perjanjian internasional diatas terdapat dua unsur pokok yang terdapat di dalamnya yaitu : a. Adanya subjek hukum internasional Negara adalah subjek dari hukum internasional, yang mempunyai kemampuan penuh dalam membuat suatu perjanjian-perjanjian internasional seperti yang tercantum di dalam pasal 6 konvensi wina tahun 1969, b. Rejim Hukum Internassional Suatu perjanjian dapat di katakan perjanjian internasional apabila perjanjian tersebut di atur dalam rejim hukum internasional, Perjanjian yang tunduk dan di atur oleh rejim hukum nasional suatu negara tidak termasuk kedalam defenisi dari perjanjian internasional treaty. Kemudian suatu perjanjian juga bukan merupakan perjanjian internasional apabila subjeknya bukan merupakan subjek-subjek hukum internasional.

2. Bentuk Bentuk Perjanjian Internasional