tersebut, tidak seperti kebiasaan internasional yang dapat berubah apabila ada tren internasional baru.
56
Vienna Convention 1969 merupakan induk dari pengaturan perjanjian
internasional karena konvensi ini merupakan konvensi pertama yang berisikan pengaturan perjanjian internasional, baik secara teknis maupun material dan
ketentuan dalam konvensi ini merupakan kumpulan dari kebiasaan-kebiasaan internasional selama ini yang berkaitan dengan perjanjian internasional. Bahkan
dewasa ini Vienna Convention 1969 telah dianggap sebagai kebiasaan internasional yang mengikat bahkan Negara yang tidak menjadi pesertanya.
57
b. Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
ICESCR Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya merupakan bagian tak terpisahkan
dari hak asasi manusia. Hak ekonomi, sosial dan budaya mempunyai nilai intrinsik. Hak Ekosob menciptakan kondisi bagi peningkatan kapabilitas dengan
menghapuskan deprivasi. Hak-hak ini memungkinkan kebebasan untuk menentukan cara hidup yang kita hargai. Potensi manusia bisa diekspresikan
melalui hak-hak sipil dan politik namun pengembangan potensi tersebut membutuhkan keadaan-keadaan sosial dan ekonomi yang memadai.
58
56
Heryanto Andik, http: www.Indonesia ESC Rights Action Network.com html. Selasa 14012014
57
Untuk referensi mengenai Vienna Convention 1969 ini lebih jelasnya dapat dilihat dari general comment
dan traveaux preparatoir dari konvensi ini maupun dari buku-buku karangan T.O. Elias dan I.M. Sinclair mengenai Law of Teaties.
58
Hardiyanto Andik, Mengenal Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekosob
ICESCR, http:Indonesia ESC Rights Action Network.comhtml.
Selasa 14012014
Universitas Sumatera Utara
Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya terdiri dari 31 Pasal, yang terdiri dari Mukadimah dan 5 Bagian. Mukadimah
terdiri dari lima 5 Paragraf preambuler yang seluruh isinya berbunyi sama dengan Mukadimah Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik.
Namun perlu dicatat bahwa, paragraf preambuler ke-3 dari Kovenan ini ICESCR merupakan penegasan tentang keterkaitan hak-hak ekonomi, sosial dan
budaya dengan hak-hak sipil dan politik. Paragraf preambuler ke-3 tersebut menyatakan:
59
“Mengakui bahwa sesuai dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, keadaan ideal dari manusia yang bebas dari penikmatan kebebasan dari ketakutan
dan kemiskinan, hanya dapat dicapai apabila diciptakan kondisi di mana semua orang dapat menikmati hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, juga hak-hak sipil
dan politiknya.” Kewajiban Negara berdasar Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya dapat dikaji berdasar Pasal 2. Menurut Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Pasal 2 mengandung kepentingan khusus untuk
mencapai pemahaman seutuhnya atas Kovenan dan, harus dilihat sebagai hal yang mempunyai hubungan dinamis dengan semua ketentuan Kovenan lainnya. Pasal 2
ini menjelaskan sifat dari kewajiban hukum yang umum dan menjadi tanggung jawab Negara Peserta Kovenan.
60
Pasal 2 ayat 1 Kovenan Hak-Hak Ekosob menyatakan bahwa:
59
Ibid 42
60
Ibid 42
Universitas Sumatera Utara
“Setiap Negara Pihak pada Kovenan ini berjanji mengambil langkah-langkah, baik sendiri maupun melalui bantuan dan kerjasama internasional, terutama
bantuan teknik dan ekonomi dan sejauh dimungkinkan sumber daya yang ada, guna mencapai secara progresif realisasi sepenuhnya hak-hak yang diakui dalam
Kovenan ini dengan menggunakan semua upaya-upaya yang memadai, termasuk pembentukkan langkah-langkah legislatif.”
Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya menjelaskan bahwa kewajiban Negara Pihak meliputi Kewajiban Melakukan Obligation of Conduct dan Kewajiban
Hasil Obligation of Result. Komisi Hukum Internasional International Law Commission
merumuskan dua kategori kewajiban tersebut dan Komite menggunakannya sebagai rujukan untuk mengelaborasi kewajiban Negara Peserta
Kovenan Hak Ekosob:
61
a Kewajiban Melakukan berarti bahwa Negara harus mengambil langkah
spesifik, terutama berkait dengan aksi atau pencegahan. Misalnya: melarang kerja paksa merupakan tindakan melakukan sesuatu.
b Kewajiban Hasil berarti kewajiban untuk mencapai hasil tertentu melalui
implementasi aktif kebijakan dan program.
3. Pokok-Pokok Pengaturan Pengendalian Tembakau Berdasarkan FCTC