4.5.13 Baginda Ginting
Baginda merupakan laki-laki yang berusia 50 tahun dan sudah menikah. Ia lahir di Juhar pada tanggal 8 Agustus 1962. Ia tinggal di desa Tigabinanga
bersama isterinya. Baginda bekerja sebagai petani dan isterinya juga bekerja sebagai petani. Baginda memiliki anak 4 orang diantaranya 1 orang laki-laki dan 3
orang perempuan. Ia memiliki pendidikan terakhir SMP. Ia menganut agama Kristen Protestan.
Baginda memiliki penghasilan Rp 1.000.000 per bulan. Menurutnya, dengan penghasilannya ia cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tidak
bisa menabung. Baginda tidak memiliki pekerjaan sampingan bahkan pekerjaannya tidak terkait dengan salah satu partai politik. Pekerjaannya terkait
dengan beberapa organisasi kemasyarakatan seperti Persadan Sebayang Ras Anak Beruna, Persadan Ginting Ras Anak Beruna, organisasi keagamaan. Organisasi
yang di ikutinya aktif mengikuti dinamika politik lokal seperti pilkada. Menurutnya, ada salah satu atau lebih calon Bupati yang berusaha mendapatkan
dukungan dari organisasi yang di ikutinya. Ia senantiasa mengikuti ibadah agama dan ia pun mengetahui ada calon-calon Bupati yang meminta dukungan dari
organisasi-organisasi keagamaan. Menurutnya, ada juga calon-calon Bupati yang memberikan bantuan atau sumbangan kepada organisasi keagamaannya seperti
tikar, alkitab dan sebagainya. Menurutnya juga bahwa ada tokoh-tokoh agama yang mendukung salah satu calon Bupati. Baginda memilih calon Bupati sesuai
dengan agama yang di anutnya. Ia juga sangat setuju bahwa yang menjadi Bupati Karo harus berasal dari suku Karo karena menurutnya hanya orang yang sesuku
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang mengerti masyarakatnya sendiri. Baginda mengetahui fungsi margaberu di dalam setiap pergaulan dengan sesama etnis Karo. Menurutnya, fungsi
margaberu itu untuk mengetahui tutur kepada orang lain yang baru kita kenal sehingga kita bisa lebih akrab kepada orang lain. Selain itu, dia juga merasakan
manfaat margaberu dalam kehidupan sehari-hari dan ia senantiasa menjalankan adat-istiadat dalam kehidupan sehari-hari dan mengetahui adat-istiadat dalam
budaya Karo dari keluarganya, dan lingkungan. Apalagi setelah menikah adat- istiadat Karo dan acara-acara adat itu penting sekali. Baginda dan isterinya sering
sekali mengikuti acara-acara adat seperti maba belo selambar, erdemu bayu pernikahan, orang meningal, mesur-mesuri 7 bulanan, mengket rumah, dan
sebagainya. Menurutnya, acara-acara adat yang ia ikuti tidak merepotkannya karena pada saat acara adat yang ia ikuti itu ia bisa bertemu dengan saudara-
saudaranya yang dekat maupun yang jauh sehingga hubungan persaudaraan itu lebih erat. Selain adat-istiadat dalam Budaya Karo juga ada aturan adat. Bagi
Baginda , ia tidak selalu mengikuti aturan-aturan. Adat istiadat Karo itu juga ada dalam perpolitikan pada saat Pilkada. Apalagi ketika Pilkada putaran I dan
Pilkada putaran II banyak tokoh-tokoh adat atau ketua-ketua marga yang berpengaruh dan ikut mengampanyekan dalam pelaksanaan Pilkada tahun 2010.
Baginda mengetahui silsilah keluarganya dan ia sangat rajin menghubungiberhubungan dengan keluarga-keluarganya baik dalam keadaan
suka maupun duka.
Ia kurang mengetahui nama-nama seluruh calon Bupati pada Pilkada 2010. Dia mengetahui beberapa calon Bupati dari lingkungan sekitar, dari media massa.
Baginda mengetahui fungsi dari rakut sitelu atau tutur siwaluh dalam masyarakat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karo. Ia merasa perlu mengetahuinya karena rakut sitelu ataupun tutur siwaluh sangat penting dalam masyarakat Karo. Selain itu, untuk mengetahui bagaimana
cara kita menghormati dan menghargai orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Selain dalam pergaulan sehari-hari, dalam perpolitikan hubungan rakut sitelu atau
tutur siwaluh terkadang ada. Ketika putaran Pilkada I dan ke II ia memilih calon Bupati yang ada hubungan dengan rakut sitelu atau tutur siwaluh dengan dirinya
walaupun sebenarnya ia tidak ada persaudaraan dengan calon yang dipilhnya. Dengan adanya rakut sitelu atau tutur siwaluh dalam budaya Karo kita menjadi
saudara yang dekat walaupun awalnya tidak ada hubungan apa-apa. Di desa ini ada acara kerja tahun. Menurutnya para calon Bupati ikut berperan atau memberi
sumbangan baik materi maupun tenaga dalam acara tersebut. Selain itu pada saat kerja tahun para calon-calon Bupati mensosialisasikan dirinya. Baginda dan
isterinya juga pernah mengikuti acara kerja tahun didesa-desa lain. Menurutnya dalam perpolitikan di Kabupaten Karo budaya runggu juga dilakukan. Baginda
aktif dalam mengikuti perkembangan politik lokal di daerahnya pada saat pemilihan Bupati Karo tahun 2010. Ia juga merasa aktif untuk memenangkan
salah satu calon Bupati. Hal itu saya lakukan dengan mengajak saudara yang lain, kerabat yang lain, dan teman-teman yang lain untuk memilih calon Bupati yang
saya pilih itu.
Menurutnya, ada calon-calon Bupati dan Wakil Bupati yang mempunyai marga yang sama dengannya. Ia setuju untuk memilih calon Bupati yang memiliki
marga atau beru yang sama dengannya. Baginda memiliki hubungan dengan calon Bupati 2010 yang dipilihnya. Hubungan itu diantaranya hubungan satu marga,
hubungan rakut sitelu atau tutur siwaluh. Ia lebih mementingkan kekerabatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
daripada kepentingan lain pada saat memilih calon Bupati di Kabupaten Karo. Ia juga selalu merasa tertarik dalam membicarakan politik.
Dalam perpolitikan anding-andingen Karo juga ada dan saya tidak begitu banyak mengetahuinya. Hanya beberapa saja. Misalnya Politik Sanggar Uruk-
uruk : Arah ja angin rembus kempak si e ialakenna artinya kalau dalam perpolitikan dan sebagai memimpin dimana angin berhembus jangan kesitu kita
buat tujuannya. Tetaplah pada tujuan yang utama meskipun banyak orang yang merusak rencana perpolitikan tersebut. Dalam suku Karo kepala keluarga laki-
laki tidak berperan lagi dalam mengambil suatu keputusan sehari-hari karena kemajuan zaman sehingga suatu keputusan tidak harus ditentukan oleh laki-laki.
Menurutnya unsur budaya atau kesukuan sangat berpengaruh sekali terhadap pilihan politik.
Baginda tidak mengetahui rekam jejak beberapa calon-calon Bupati. Ia ada mengenal calon-calon Bupati yang sebelumnya ikut sebagai calon Bupati. Ia tidak
memilih calon Bupati karena memiliki hubungan historis dengan yang bersangkutan. Selain itu, ia juga tidak ikut berperan dalam memenangkan salah
satu calon bupati yang memiliki hubungan historis dengan yang bersangkutan. Tidak ada beberapa calon-calon Bupati yang berasal dari kecamatandaerah
tempat tinggalnya. Meskipun tidak ada calon-calon Bupati yang berasal dari desakecamatan ini ia tetap akan memberikan suaranya kepada salah satu calon
asalkan pasangan calon itu etnis Karo. Hal itu dikarenakan karena Baginda lebih mementingkan etnis Karo dan adat-istiadat Karo. Karena dari desakecamatan ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tidak ada calon-calon Bupati yang berasal maka masyarakat di desa ini bermacam- macam menentukan pilihannya asalkan pasangan calon Bupati itu etnis Karo.
Menurut Baginda ada hubungan memilih calon-calon Bupati dengan adanya uang yang diberikan para calon Bupati. Ia sering mendengar istilah politik
uang dan banyak calon-calon Bupati yang melakukan politik uang terutama di desa ini. Dengan adanya politik uang maka berpengaruh terhadap pilihan calon
Bupati. Baginda memilih salah satu calon Bupati karena adanya uang yang diberikan. Uang yang diberikan oleh tim sukses beberapa calon Bupati itu
lumayan buat uang belanja rumah tangga. Dalam politik uang, uang itu langsung diserahkan kepada masyarakat tanpa melalui perantara. Misalnya, tim-tim sukses
para calon Bupati mendatangi tiap-tiap rumah warga dengan mensosialisasikan calon Bupati yang bersangkutan dan memberikan uang. Uang yang diberikan
bermacam-macam jumlahnya. Ada yang Rp 100.000,00 tiap rumah tangga dan ada juga yang Rp 50.000,00 tiap rumah tangga. Selain politik uang Baginda juga
pernah mendengar serangan fajar. Menurutnya, serangan fajar tersebut bisa mempengaruhi pilihan masyarakat terhadap calon Bupati.
Baginda tidak selalu membaca koran. Ia membaca koran jika ada waktu luang saja. Ia merasa tertarik membaca koran jika ada berita tentang Tanah Karo
karena ia ingin mengetahui perkembangan Tanah Karo. Selain itu ia juga selalu menonton TV. Terkadang ia merasa tertarik menonton acara-acaraberita-berita
seperti berita yang berkaitan dengan politik. Hal tersebut dikarenakan cukup menarik menonton perkembangan berita-berita di negeri ini. Ia juga selalu
mendengarkan siaran radio yang dipancarkan di Tanah Karo dalam mengisi waktu luangnya. Baginda lebih tertarik mendengarkan lagu-lagu hiburan dari pada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mendengarkan berita-berita seperti berita politik yang disiarkan melalui radio. Menurutnya, ada pengaruh media dalam menentukan pilihan calon Bupati. Hal itu
dikarenakan masyarakat lebih sering membaca media daripada mengikuti kampanye pada saat Pilkada. Hal itu dikarenakan masyarakat itu sibuk bekerja,
sedang tidak ada ditempat pada saat kampanye, dan sebagainya. Media yang paling berpengaruh dalam menentukan pilihan calon Bupati adalah media surat
kabar, brosur yang diberikan, spanduk. Baginda juga mengetahui apa itu kampanye. Baginya kampanye adalah ajang untuk menyampaikan visi-misi dan
janji-janjinya jika ia menjadi calon Bupati dan wakil calon Bupati. Tanggapannya terhadap kampanye adalah biasa saja. Mungkin setelah menjadi Bupati janji itu
hanya tinggal janji saja. Menurutnya, kampanye terkadang berpengaruh dalam memilih calon Bupati dan kampanye melalui media massa tidak berpengaruh
terhadap pilihannya. Ia tidak mengetahui visi-misi dari calon Bupati yang dipilihnya pada Pilkada. Baginya, visi-misi calon-calon Bupati tersebut
berpengaruh terhadap pilihannya dalam Pilkada. Ia tidak pernah mengikuti selama proses kampanye Pilkada
Baginda mengetahui apa itu partai politik. Ia tidak ikut bergabung dalam partai politik. Ia memilih calon Bupati tidak sesuai dengan dukungan partai politik
yang ia pilih pada pemilu legislatif yang lalu. Menurutnya, partai politik juga aktif dalam mensosialisasikan calon Bupati yang didukungnya. Ia tidak memilih calon
Bupati karena ia memiliki hubungan dengan partai politik yang bersangkutan. Perasaannya ketika calon Bupati yang dipilihnya menang turut suka cita apalagi
jika yang menang itu merupakan semarga dengannya. Dan jika kalah calon yang dipilihnya maka saya akan sangat kecewa dan harus berlapang dada. Pada saat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pilkada berlangsung ia hadir di TPS tepat pada waktunya dan ia hadir di TPS bukan karena dibawa orang lain dan bukan karena anjuran orang lain. Baginda
pergi ke TPS tidak membawa orang lain kecuali isterinya. Setelah memilih di TPS ia langsung pulang. Selain itu ia juga tidak mengikuti perhitungan suara .
Baginda juga mengetahui Pilkada sebelum Pilkada 2010. Ia memutuskan untuk memilih salah satu dari calon yang ada pada saat 1 hari sebelum pemilihan. Ia
juga memahami bahwa Pilkada akan memilih pemimpin yang akan memimpin masyarakat Karo dalam pembangunan 5 tahun mendatang. Calon Bupati yang
dipilihnya pun kalah pada putaran I dan pada putaran II calon yang ia pilih pun menang. Sikapnya ketika calon tersebut menang ia merasa senang dan semoga ia
dapat memimpin Kabupaten Karo ini dengan benar, adil dan bijaksana. Segala sesuatu di Kabupaten Karo ini agar tidak memakai uang dan jauhkan segala
korupsi di Kabupaten Karo ini.
4.5.14 Edy Sureta Sebayang