A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini, diperoleh dari data yang didapat dari pengukuran diameter luka dapat dilihat pada tabel 1 dan pembacaan preparat jumlah sel
pmn yang dibaca pada 5x lapang pandang pada perbesaran 40x untuk melihat proses penyembuhan luka dapat dilihat pada tabel 6.
1. Diameter Luka
Berikut merupakan gambaran diameter luka pada gingiva tikus spraguey dawley jantan :
Gambar 6. Diameter Luka Pasca induksi luka pada gingiva tikus
Berikut cara perhitungan rata-rata diameter luka :
Rata-rata diameter = dx1+dx2+dx3 3
Gambar 7. Diameter luka pada hari ke- 1
Gambar 8. Diameter luka pada hari ke-3
Gambar 9. Diameter luka pada hari ke- 5
Gambar 10. Diameter luka pada hari ke- 7
Tabel 1. Rata-Rata Diameter Luka Gingiva Tikus Spraguey Dawley
Jantan
Kelompok perlakuan
Diameter luka mm Hari ke-1
Hari ke-3 Hari ke-5
Hari ke-7 Kelompok I
1,00 0,50
0,10 0,00
Kelompok II 1,20
0,80 0,10
0,00 Kelompok III
3,00 2,20
1,70 0,50
Keterangan :
Kelompok I : Kontrol positif kenalog
Kelompok II : Gel ekstrak daun pepaya carica pepaya L. 75
Kelompok III : Kontrol negatif aquades
Berdasarkan data dari Tabel 1, menunjukkan bahwa rata-rata diameter terkecil pada kelompok 1 kontrol positif dengan rata-rata
diameter luka adalah sebesar 0,00 pada hari ketujuh, pada kelompok II perlakuan dengan gel ekstrak daun pepaya Carica papaya L. 75
dengan rata-rata sebesar 0,00 pada hari ketujuh, pada kelompok III kontrol negatif sebesar 0,50 pada hari ketujuh. Secara umum dapat
dikatakan bahwa diameter luka hari ketujuh pada ketiga kelompok perlakuan tersebut secara konsisten menunjukkan penurunan diameter luka
pada proses penyembuhan luka pasca diinduksikan luka hidrogen peroksida 35 pada tikus spraguey dawley jantan, dan pada hari ketujuh
kelompok II perlakuan gel ekstrak daun pepaya Carica papaya L. 75 dan kelompok I kontrol positif perlakuan menggunakan kenalog
menunjukan bahwa keduanya memiliki ukuran diameter yang sama yaitu 0,00.
Pengujian statistik terhadap hipotesis penelitian, dengan menggunakan uji One Way Anova untuk melihat perbedaan tiap perlakuan dan uji lanjutan
dengan uji Post Hoc Least Significant Differences , tetapi sebagai persyaratan untuk melakukan uji One Way Anova, maka sebelumnya dilakukan uji
normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro Wilk, karena jumlah sampel pada penelitian ini kurang dari 50, yaitu sebesar 33 sampel dan dilakukan uji
homogenitas data. Uji Shapiro Wilk sesuai dengan data pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Pada Pengukuran Diameter Luka
tikus spraguey dawley jantan
Kelompok Kolmogorov-Smirnov
a
Shapiro-Wilk Statistic
df Sig.
Statistic df
Sig. Kelompok I
.193 4
. .986
4 .938
Kelompok II .271
4 .
.897 4
.416 Kelompok III
.245 4
. .916
4 .517
Keterangan : Kelompok I
: Kontrol positif kenalog Kelompok II
: Gel ekstrak daun pepaya carica pepaya L. 75 Kelompok III
: Kontrol negatif aquades Berdasarkan data pada Tabel 2, menunjukan bahwa hasil uji normalitas
Shapiro-Wilk diperoleh nilai signifikansi penurunan diameter luka setiap kelompok sebesar 0,938, 0,416 dan 0,517 sehingga p-value 0,05. Hal ini
menunjukan bahwa data jumlah sel PMN memiliki distribusi data yang normal. Perhitungan data dilanjutkan dengan uji homogenitas. Tujuan uji
homogenitas untuk mengetahui kesamaan varians data pada setiap kelompok, karena syarat untuk melakukan uji parametrik One Way Anova,
varians data harus sama. Uji homogenitas sesuai data pada Tabel 4
Tabel 3. Hasil Uji homogenitas Pengukuran Diameter Luka Tikus
Spraguey Dawley Jantan
Levene Statistic df1
df2 Sig.
1.201 2
9 .345
Dari hasil uji homogenitas diperoleh data signifikansi dengan nilai p- value= 0,345 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4, hal ini menunjukkan
bahwa data yang diperoleh homogen karena nilai p 0,05. Pengujian distribusi dan variansi data didapatkan hasil normal dan variansinya sama,
maka data tersebut dapat dilakukan pengujian berikutnya dengan menggunakan uji hipotesis parametrik One Way Anova. Uji One Way Anova
sesuai dengan data pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji One Way Anova Pada Pengukuran Diameter Luka Tikus
Spraguey Dawley Jantan
Diameter Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
Between Groups
5.165 2
2.583 4.746
.039 Within Groups
4.898 9
.544 Total
10.063 11
Berdasarkan data pada Tabel 4, menunjukan bahwa nilai signifikansi yaitu 0,039 sehingga p 0,05, nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan efektifitas penurunan diameter luka pada tiap kelompok perlakuan. Pada uji One Way Anova hanya dapat menunjukkan ada tidaknya perbedaan
efektifitas antara kelompok perlakuan, untuk mengetahui besar perbedaan efektifitas dari setiap kelompok perlakuan maka dilakukan uji lanjutan. Uji
lanjutan dilakukan dengan menggunakan uji Post Hoc Least Significant Differences , sesuai dengan Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Post Hoc LSD Diameter Luka Tikus Spraguey Dawley
Jantan
I sampel J sampel
Mean Difference
I-J Std. Error Sig.
95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
KL EP
-.12500 .52162
.816 -1.3050
1.0550 AQ
-1.45000 .52162
.021 -2.6300
-.2700 EP
KL .12500
.52162 .816
-1.0550 1.3050
AQ -1.32500
.52162 .032
-2.5050 -.1450
AQ KL
1.45000 .52162
.021 .2700
2.6300 EP
1.32500 .52162
.032 .1450
2.5050 Keterangan :
KL Kelompok I : Kontrol positif kenalog
EP Kelompok II : Gel ekstrak daun pepaya carica pepaya L. 75 AQ Kelompok III
: Kontrol negatif aquades
Berdasarkan data pada Tabel 6, menunjukkan bahwa Mean Difference tertinggi pada kelompok III yaitu sebesar 1.45000 dibandingkan dengan
kelompok I dan hasil dari kelompok III dengan kelompok II sebesar 1.32500, sedangkan hasil antara kelompok II dengan kelompok I sebesar 12500. Hasil
dari data-data tersebut menunjukan bahwa pemberian gel ekstrak daun pepaya Carica papaya L. konsentrasi 75 efektif terhadap penurunanan
jumlah diameter luka yang signifikan dibandingkan dengan kelompok III aquades pada proses penyembuhan luka akibat efek samping bahan
bleaching tikus spraguey dawley jantan, sehingga hipotesis penelitian ini terbukti.
2. Sel PMN
Berikut merupakan gambaran sel pmn pada gingiva tikus spraguey dawley jantan :
Gambar 11. Salah satu sel PMN yang ditemukan pasca induksi luka
Gambar 12. Jumlah sel PMN pada hari ke- 1
Gambar 13. Jumlah sel PMN pada hari ke- 3
Gambar 14. Jumlah sel PMN pada hari ke- 5
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada 5x lapang pandang dengan perbesaran 40x didapatkan hasil sebagi berikut :
Tabel 6. Jumlah Sel PMN Tikus Spraguey Dawley Jantan
Kelompok Hari
Dekapitula si
Jumlah Sel PMN Rata-
rata Lapang
pandang 1
Lapang pandang
2 Lapang
pandang 3
Lapang pandang
4 Lapang
pandang 5
I 1
9 9
9 9
6 8
3 4
7 3
4 4
4,4 5
4 6
4 3
5 3,6
7 2
2 4
2 2
2,2 II
1 9
10 10
6 6
8,2 3
5 6
4 5
4 4,8
5 4
7 4
2 4
4 7
2 3
3 2
3 2,4
III 1
25 37
15 11
13 20,2
3 15
24 16
8 19
16,4 5
20 12
9 11
19 14
7 18
9 4
13 11
11
Gambar 15. Jumlah sel PMN pada hari ke- 7
Keterangan : Kelompok I
: Kontrol positif kenalog Kelompok II
: Gel ekstrak daun pepaya carica pepaya L. 75 Kelompok III
: Kontrol negatif aquades Berdasarkan data dari Tabel 6, menunjukkan bahwa jumlah sel PMN
terkecil pada kelompok I kontrol positif dengan rata-rata jumlah sel pmn sebesar 2,2 pada hari ketujuh, pada kelompok II perlakuan dengan gel ekstrak
daun pepaya Carica papaya L. 75 dengan rata-rata sebesar 2,4 pada hari ketujuh, pada kelompok III kontrol negatif sebesar 11,0 pada hari ketujuh.
Secara umum dapat dikatakan bahwa hari dekapitulasi hari ketujuh pada kelima kelompok perlakuan tersebut secara konsisten menunjukkan
penurunan jumlah sel PMN pada proses penyembuhan luka pasca diinduksikan luka hidrogen peroksida 35 pada tikus spraguey dawley
jantan, dan pada hari ketujuh kelompok II perlakuan gel ekstrak daun pepaya Carica papaya L. 75 dan kelompok I kontrol positif perlakuan
menggunakan kenalog menunjukan bahwa keduanya memiliki perbedaan jumlah yang tidak signifikan yaitu kelompok II sebesar 2,4 dan kelompok I
sebesar 2,2 , ini menunjukan bahwa keduanya memiliki efektifitas yang hampir mendekati.
Pengujian statistik terhadap hipotesis penelitian, dengan menggunakan uji One Way Anova untuk melihat perbedaan tiap perlakuan dan uji lanjutan
dengan uji Post Hoc Least Significant Differences , tetapi sebagai persyaratan untuk melakukan uji One Way Anova, maka sebelumnya dilakukan uji
normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro Wilk, karena jumlah sampel
pada penelitian ini kurang dari 50, yaitu sebesar 33 sampel dan dilakukan uji homogenitas data. Uji Shapiro Wilk sesuai dengan data pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk data Jumlah Sel PMN
Sampel Kolmogorov-
Smirnov
a
Shapiro-Wilk Statistic Df
Sig. Statistic
df Sig.
sel_PMN Kelompok I .274
4 .
.925 4
.563 Kelompok II
.258 4
. .945
4 .687
Kelompok III .149
4 .
.996 4
.986 Keterangan :
Kelompok I : Kontrol positif kenalog
Kelompok II : Gel ekstrak daun pepaya carica pepaya L. 75
Kelompok III : Kontrol negatif aquades
Berdasarkan data pada Tabel 7, menunjukan bahwa hasil uji normalitas
Shapiro-Wilk diperoleh nilai signifikansi penurunan jumlah sel PMN setiap kelompok adalah kelompok I II dan III I 0,563, 0,687, dan 0,986 sehingga
p-value 0,05. Hal ini menunjukan bahwa data jumlah sel PMN memiliki distribusi data yang normal. Perhitungan data dilanjutkan dengan uji
homogenitas. Tujuan uji homogenitas untuk mengetahui kesamaan varians data pada setiap kelompok, karena syarat untuk melakukan uji parametrik
One Way Anova, varians data harus sama. Uji homogenitas sesuai data pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas pada jumlah sel PMN
Levene Statistic df1
df2 Sig.
.695 2
9 .524
Dari hasil uji homogenitas diperoleh data signifikansi dengan nilai sig = 0,524 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9, hal ini menunjukkan bahwa
data yang diperoleh homogen karena nilai p 0,05. Pengujian distribusi dan variansi data didapatkan hasil normal dan variansinya sama, maka data
tersebut dapat dilakukan pengujian berikutnya dengan menggunakan uji hipotesis parametrik One Way Anova. Uji One Way Anova sesuai dengan data
pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil uji One Way Anova Jumlah Sel PMN
Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
Between Groups
305.487 2
152.743 16.834
.001 Within
Groups 81.660
9 9.073
Total 387.147
11 Berdasarkan data pada Tabel 10, menunjukan bahwa nilai signifikansi
0,001 atau p 0,05, nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efektifitas penurunan jumlah sel PMN pada tiap kelompok perlakuan. Pada
uji One Way Anova hanya dapat menunjukkan ada tidaknya perbedaan efektifitas antara kelompok perlakuan, untuk mengetahui besar perbedaan
efektifitas dari setiap kelompok perlakuan maka dilakukan uji lanjutan. Uji lanjutan dilakukan dengan menggunakan uji Post Hoc Least Significant
Differences , sesuai dengan Tabel 10.
Tabel 10.Hasil Uji Post Hock LSD Kelompok Perlakuan
I sampel
J sampel
Mean Difference I-J
Std. Error Sig. 95 Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
AQ EP
10.55000 2.12995
.001 5.7317 15.3683
KL 10.85000
2.12995 .001 6.0317
15.6683 EP
AQ -10.55000
2.12995 .001 -15.3683
-5.7317 KL
.30000 2.12995
.891 -4.5183 5.1183
KL AQ
-10.85000 2.12995
.001 -15.6683 -6.0317
EP -.30000
2.12995 .891 -5.1183
4.5183 Keterangan :
KL Kelompok I : Kontrol positif kenalog
EP Kelompok II : Gel ekstrak daun pepaya carica pepaya L. 75
AQ Kelompok III : Kontrol negatif aquades
Berdasarkan data pada Tabel 10, menunjukkan bahwa Mean Difference tertinggi pada kelompok III yaitu sebesar 10,85000 dibandingkan dengan
kelompok I dan hasil dari kelompok III dengan kelompok II sebesar 10,55000 , sedangkan hasil antara kelompok I dengan kelompok II sebesar
3000. Hasil dari data-data tersebut menunjukan bahwa pemberian gel ekstrak daun pepaya Carica papaya L. konsentrasi 75 efektif terhadap
penurunanan jumlah sel PMN pada proses penyembuhan luka akibat efek samping bahan bleaching tikus spraguey dawley jantan, sehingga hipotesis
penelitian ini terbukti.
B. Pembahasan
Pada penelitian ini 24 jam setelah dilakukan induksi luka secara makroskopis terjadi pembentukan luka Gambar 16 dan secara mikroskopis
terjadi peningkatan jumlah sel PMN, dapat dilihat pada Gambar 17. Sesuai dengan sumber yang mengatakan bahwa sel PMN jarang ditemukan dalam
jaringan ikat normal, dan akan berjumlah banyak pada saat proses inflamasi Bloom dan Fawcet, 2002. Pada fase inflamasi terjadi reaksi vaskuler dan
komponen seluler pada tempat terjadinya luka yang ditandai dengan banyaknya sel radang seperti leukosit polimorfonuklear Kumar dkk., 2005.
Gambar 16. Diameter luka pasca induksi bahan hidrogen peroksida 35 sebelum diberikan perlakuan obat
Gambar 17. Peningkatan jumlah sel PMN pasca induksi luka sebelum diberikan perlakuan obat
Hasil pengukuran diameter dan pengamatan jumlah sel PMN menunjukkan bahwa pada kelompok I kontrol positif kenalog , kelompok II
gel ekstrak daun pepaya carica pepaya L. 75 , kelompok III kontrol negatif aquades, secara umum tampak terjadinya penurunan diameter luka
dan penurunan jumlah sel PMN, tetapi pada kelompok II ekstrak pepaya carica papaya L. 75 dan kelompok I kenalog menunjukan penurunan
yang cepat dibandingkan kelompok III aquades, menurut Dian, 1997 Sel PMN akan terus meningkat apabila luka pada gingiva bertambah parah
melalui proses yaitu bermigrasinya sel PMN ke jaringan yang mengalami radang dan memulai fagositosis. Pada hasil penelitian ini didukung pula oleh
penelitian tentang zat antiinflamasi yang diambil dari tanaman rimpang yang dilakukan Nitawati dkk., 2014 bahwa pada hari ke-1 terlihat warna
kemerahan dan pembengkakan pada margin gingiva, hari ke-3 terlihat gambaran klinis kemerahan yang telah menurun dibandingkan hari ke-1, hari
ke-4 tidak terlihat warna kemerahan maupun pembengkakan kemungkinan telah terjadi proses penyembuhan, dan hari ke-5 pada kelompok perlakuan
tidak terlihat gambaran kemerahan maupun pembengkakan. Berdasarkan kelompok perlakuan, pada data diameter luka yang dapat
dilihat pada tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok II gel ekstrak daun pepaya Carica papaya L. 75 dan kelompok I kenalog memiliki ukuran
diameter terkecil pada hari ke- 7 yaitu sama-sama memiliki rerata diameter
0,00 mm Gambar 10.
Luka akan sembuh melalui reaksi inflamasi, tujuannya adalah agar membentuk jaringan parut yang keras yang akan menggabungkan bagian
yang luka sehingga diameter luka mengecil dan mengembalikan fungsinya seperti semula. Proses penyembuhan luka berasal dari proliferasi epitel
sepanjang tepi-tepi luka Sabiston, 1995. Pada data jumlah sel PMN yang dapat dilihat pada tabel 7 menunjukan
bahwa jumlah terkecil diantara semua kelompok perlakuan lainnya adalah pada kelompok I kontrol positif kenalog yaitu dengan rerata sebesar 2,2
dan tidak berbeda jauh dengan kelompok II gel ekstrak daun pepaya Carica papaya L. 75 yang memiliki rerata sebesar 2,4 pada hari ketujuh sehingga
selisih diantaranya sangat kecil Gambar 15. Penurunan diameter luka dan jumlah sel PMN yang terjadi pada
klompok II gel ekstrak daun pepaya Carica papaya L. 75 ini disebabkan oleh adanya zat antiinflamasi pada daun pepaya sesuai sumber yang di dapat
mengatakan bahwa daun pepaya sering digunakan dalam pengobatan
tradisional. Dilaporkan bahwa tanaman ini memiliki kandungan kimia yaitu alkaloid, saponin dan flavonoid pada daun, akar dan kulit batangnya,
mengandung polifenol pada daun dan akarnya, serta mengandung saponin pada bijinya Depkes 2000
Menurut Douglas dkk 2002, konsentrasi ekstrak tanaman yang terlalu rendah hanya mengandung senyawa aktif kimia dalam jumlah yang sedikit
sehingga fungsi biologisnya menjadi tidak optimal. Hasil penelitian ini didapatkan penurunan diameter luka disertai penurunan jumlah sel PMN
pada kelompok perlakuan II gel ekstrak daun pepaya carica papaya L. 75 lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif . Sifat
antiradang dari flavonoid telah terbukti baik secara in vitro maupun in vivo. Mekanisme flavonoid dalam menghambat terjadinya radang melalui dua cara,
yang pertama menghambat pelepasan asam arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel neutrofil dan sel endotelial, dan yang kedua menghambat
fase proliferasi dan fase eksudasi dari proses radang. Terhambatnya pelepasan asam arakidonat dari sel radang akan menyebabkan kurang
tersedianya substrat arakidonat bagi jalur siklooksigenase dan jalur lipooksigenase, yang pada akhirnya akan menekan jumlah prostaglandin,
prostasiklin, endoperoksida, tromboksan di satu sisi dan asam hidroperoksida, asam hidroksieikosatetraienoat, leukotrien di sisi lainnya Sabir, 2003
Pada fase inflamasi, flavonoid berperan membatasi radikal bebas seperti Reactive Oxygen Species ROS sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan
yang berlebihan Rodhiyah Sulistiyawati, 2011. Flavonoid juga dapat
meningkatkan ekspresi reseptor insulinlike growth factor-1 IGF-1 sebagai mediator proliferasi fibroblas dan sintesis kolagen Nayak dkk., 2009.
Flavonoid juga dapat digunakan sebagai vasculoprotector agent yang merupakan agen untuk memperbaiki peredaran darah vena dengan
meningkatkan tonus pembuluh serta mengurangi edema. Sifat-sifat yang dimiliki oleh flavonoid ini dipertimbangkan memiliki peran dalam proses
penyembuhan luka Hasanoglu dkk., 2001. Flavonoid berasal dari kata flavon atau fenil 2 kromosom yang
mempunyai kerangka dasar ϒ piron. Flavonoid mempunyai struktur kerangka
dasar C6-C3-C6. Setiap gugus C6 merupakan cincin benzena yang berikatan dengan C3 tiga atom karbon yang merupakan rantai alifatis yang dapat pula
membentuk cincin ketiga Sabir, 2003. Flavonoid tersebar dalam fotosintesi sel dan tersebar luas di semua tanaman. Senyawa ini dapat ditemukan di
buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, batang dan bunga. Flavonoid adalah istilah genetik yang digunakan untuk aromatik senyawa
oksigen heterosiklik yang berasal dari 2-phinil- benzoα pirin atau inti flavon
yang terdiri dari dua cincin benzene A dan B dihubungkan melalui cincin pirin heterosiklik C. flavonoid telah diteliti bahwa flavonoid mempunyai
aktivitas biologis dan farmakologis, antara lain sebagai antibakteri karena flavonoid mempunyai gugus hidroksil, anti inflamasi, inhibisi enzim,
aktivitas alergi, aktivitas antitumor sitotoksik Sari dkk., 2011 Mekanisme flavonoid dalam menghambat terjadinya inflamasi yaitu
pada konsentrasi tinggi dapat menghambat pelepasan asam arakidonat dan
sekresi enzim lisosom dari membran dengan memblok jalur siklooksigenase, jalur lipoksigenase, dan fosfolipase A2, sementara konsentrasi rendah hanya
memblok jalur lipoksigenase. Asam arakidonat dari sel inflamasi yang terhambat akan menyebabkan kurang tersedianya substrat arakidonat bagi
jalur sirklooksigenase dan lipoksigenase, yang akhirnya menekan jumlah prostaglandin, prostasiklin, endoperoksida, tromboksan saru sisi dan asam
hidroperoksida, asan hidroksieikosatetraienoat, leukotrin disisilainnya Sabir, 2003.
Saponin merupakan senyawa yang dapat digunakan untuk penyembuhan luka dan menghentikan perdarahan. Saponin memiliki sifat mengendapkan
precipitating dan mengumpulkan coagulating sel darah merah Harisaranraj dkk., 2009. Efek antibakteri saponin berperan dalam
mengoptimalkan pembentukan kolagen kelompok perlakuan, dengan mencegah kerusakan jaringan akibat bakteri dan produknya. Hal ini juga
dapat menstimulasi respons inflamasi Middleton, 2000. Tanin melakukan aktivitas penyembuhan luka dengan meningkatkan
regenerasi dan organisasi dari jaringan baru Karodi dkk., 2009. Kelebihan lain yang dimiliki tanin diantaranya meringankan rasa nyeri, membatasi
terjadinya infeksi sekunder, mencegah hilangnya plasma, dan promosi epitelisasi yang produktif Hasselt, 2005. Tanin berfungsi sebagai astringen
yang menyebabkan pengecilan pori-pori kulit, memperkeras kulit, menghentikan eksudat, dan pendarahan yang ringan, antiseptik dan obat luka
bakar Darwin, 2011
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat menarik kesimpulan penelitian sebagai berikut:
1. Pemberian gel ekstrak Daun Pepaya Carica papaya L. konsentrasi 75 mampu mempercepat proses penyembuhan luka ditinjau dari penurunan
diameter luka dan jumlah sel PMN. 2. Perbandingan antara pemberian gel ekstrak Daun Pepaya Carica papaya
L. dengan kenalog memiliki perbedaan, tetapi tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua perlakuan tersebut mampu mempercepat
proses penyembuhan luka secara signifikan dibandingkan dengan kontrol negatif Aquades
B. Saran
Penelitian yang telah dilakukan ini tidak lepas dari kekurangan, untuk itu bagi kemajuan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan maka
peneliti mengajukan saran sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dari daun pepaya mengenai bentuk
sediaan obat yang efektif untuk diaplikasikan pada penyembuhan luka gingiva.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dari gel ekstrak daun pepaya terhadap penyembuhan luka gingiva, mengenai ada tidaknya toksisitas
untuk pengunaan jangka panjang.
73
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dari pewarnaan mengenai sel radang dengan menggunakan metode pewarnaan yang lebih spesifik dari tiap sel
tersebut. Dan diharapkan pada saat pemotongan organ dalam proses pembuatan preparat dilakukan seakurat dan diperlukan kehati hatian
karena akan sangat mempengaruhi hasil pembacaan dari preparat tersebut pada mikroskop.
4. Hasil penelitian ini dapat menumbuhkan motivasi dalam penggunaan obat-obat herbal khususnya gel ekstrak Daun Pepaya Carica papaya L.
pada proses penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching hidrogen peroksida 35 pada pasien sebagai salah satu upaya mengurangi
tingginya tingkat ketergantungan obat yang berbahan senyawa kimiawi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdassah, M., 2009, Formulasi Gel Pengelupas Kulit Mati yang Mengandung Etil Vitamin C dalam Sistem Penghantaran Macrobead, Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 7 No. 2, 105 -111. Akbar, B. 2010 Tumbuh dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi
Sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta: Adabias Press Aldelina, Sari , Amin, 2013.
Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda Carica papaya Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus
Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis The effect of papaya leaf extract Carica papaya to the number of cells macrophages in
gingival of wistar rats which induced Porphyromonas gingivalis. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa Jurusan Kedokteran Gigi, Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Jember UNEJ
Burkit, H.G. Young, B. Heath, J.W. 1995. Histologi Fungsional. Edisi 3. Alih Bahasa Jan Tambajong. Jakarta: EGC. Hal 42-60.
Damayanti, Diani., Sudarsono, Mariska, Ika., Herman, M. 2007. Regenerasi Pepaya melalui Kultur In Vitro. Jurnal AgroBiogen Vol 3. No.2 :49-54
Darwin. 2011. Perbedaan Percepatan Penyembuhan Luka Bakar dari Ekstrak Kulit Jengkol Pithecellobium lobatum Benth. dalam Bentuk Sediaan
Salep dan Gel Secara Praklinis pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Skripsi strata satu, Universitas Sumatera Utara, Sumatera.
Dewoto, H.R. 2007. Pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia 577: 205-211
Diani, I.H. 1997. Peranan Sel L PMN Pada Penyakit Periodontal. FKG: UNPAD. Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Enoch S, Harding K. Wound Bed Preparation: The Science Behind the Removal
of Barrier to Healing, Wounds, 2003: 157:213-229, Erianti, F., Dona, M., dan Eko, S. 2015. Potensi Antiinflamasi Jus Buah
Belimbing Averrhoa Carambola L. Terhadap Denaturasi Protein in Vitro. Berkala Kedokteran, Vol.11, No. 1, 33-39
Farahanny. 2009. Efek Samping Office Bleaching dan Home Bleaching Terhadap Gigi . Konservasi fakultas, Universitas Sumatera Utara, Sumatera.