Cara Kerja METODE PENELITIAN

Gambar 4. Pembuatan Gel Daun papaya Carica papaya L. 3 kg dicuci bersih dengan air Serbuk Carica Papaya L. direndam dengan etanol 70 sambil di aduk selama 30 menit lalu diamkan selama 24 jam Daun papaya Carica Papaya L. dikeringkan pada suhu 60-70 o C Daun digiling dengan menggunakan blender hingga berupa serbuk filltrat Ampas Pembuatan gel ekstrak Daun papaya Carica Papaya L. 75 Ekstrak kental Daun papaya Carica Papaya L. dengan konsentrasi 100 Diuapkan dengan vacuum rotary evaporator dengan suhu 70 o C c. Cara pengaplikasian gel 1 Siapkan gel ekstrak daun papaya Carica papaya L. 75. 2 Ambil gel dengan menggunakan micro brush sekitar 0,01mm dan oleskan pada luka gingiva tikus satu kali sehari selama 7 hari. 3 Perlakuan tersebut terus dilakukaan dimulai pada hari ke-1 setelah 24 jam gingiva berkontak dengan hidrogen peroksida 35 sampai luka pada gingiva tikus Sprague dawley jantan sembuh sesuai dengan indikator atau parameter sembuhnya luka. d. Persiapan hewan uji Sebelum dilakukan perlakuan, hewan uji diadaptasikan diaklimatisasi selama 3 hari. Hewan uji yang berjumlah 33 ekor dibagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok I diaplikasikan kenalog sebanyak 11 ekor, kelompok II perlakuan gel ekstrak daun papaya konsentrasi 75 sebanyak 11 ekor, kelompok kontrol III diaplikasikan aquades sebanyak 11 ekor. Masing-masing kelompok dikandang yang berbeda dan diletakkan pada kondisi lingkungan yang sama serta diberi kode nomer. 2. Jalannya penelitian a. Induksi luka pada tikus Sprague dawley jantan Tikus yang sudah diadaptasikan dengan lingkungan laboratorium selama satu minggu diolesi hidrogen peroksida 35 menggunakan micro brush dan ditunggu hinga 24 jam. Luka yang akan nampak adalah luka melepuh berwarna keputihan yang diakibatkan dari iritasi zat kimia yang tergolong sebagai luka bakar Sjamsuhidayat dan Jong, 2012. Tiga puluh tiga ekor tikus dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol positif diaplikasikan kenalog 10 kelompok I, Kelompok perlakuan gel ekstrak daun papaya 75 II, kelompok positif aplikasi aquades kelompok III. Hari ke nol 0, 33 ekor tikus putih Sprague Dwaley jantan di beri perlukaan dengan mengoleskan hidrogen peroksida 35, kemudian diberi perlakuan pada hari ke-1 yaitu setalah 24 jam pasca perlakuan hidrogen peroksida 35 . Pada masing-masing kelompok pada hari ke-1, ke-3, ke-5 dan ke- 7 setelah dibuat perlukaan ambil 1 ekor tikus secara random dari tiap kelompok perlakuan lalu diukur diameter luka menggunakan jangka sorong serta diambil foto luka nya dengan jarak foto yang disesuaika pada setiap kali foto, setelah itu tikus-tikus yang telah diukur dan di foto akan dikorbankan untuk diambil rahangnya dekapitulasi rahang. b. Pemberian Perlakuan gel ekstrak Tikus yang sudah dikelompokkan dan diukur diameternya diberikan perlakuan sesuai kelompoknya. Kelompok I adalah kelompok hewan uji kontrol positif dengan diberikan kenalog. Kelompok II adalah kelompok hewan uji dengan kontrol positif yang diberikan aquades. Kelompok III adalah kelompok hewan uji diberi sediaan gel ekstrak daun papaya Carica papaya L.. Pemberian setiap perlakuan dilakukan setiap hari dengan volume 0,1 ml sampai luka pada tikus sembuh. c. Evaluasi luka Evaluasi luka dilakukan pada hari ke-1 sebelum diberi perlakuan menggunakan gel ekstrak daun papaya 75, kenalog , dan aquades untuk melihat luka yang sedang mengalami inflamasi setelah 24 jam terkena hidrogen peroksida 35, lalu diamati lagi pada hari ke- 1, ke-3 , ke-5 dan ke-7 pasca diberi perlakuan. Jalannya evaluasi melalui pengamatan lama waktu penyembuhan luka dengan indikator pengecilan diameter luka Rahman dkk.,2013. Selain itu juga dilakukan pengambilan foto dengan jarak kamera dan luka yang disamakan setiap kali diamati. d. Pembuatan preparat Organ rahang yang telah didekapitulasi kemudian dimasukkan ke formalin 10 untuk disimpan dan selanjutnya dibuat preparat. Metode pembuatan preparat histopatologi berdasarkan Dirjen Kesehatan Hewan 1999 adalah sebagai berikut : 1 Spesimen diambil segera setelah hewan mati, jika terlambat akan terjadi autolisis sehingga akan mengacaukan interpretasi. 2 Dilakukan pemotongan jaringan untuk spesimen agar berisi jaringan yang mengalami perubahan dari jaringan normal, penelitian ini menggunakan pemotongan melintang. 3 Tebal spesimen tidak boleh lebih dari 5mm untuk mempermudah penetrasi cairan fiksasi. 4 Spesimen difiksasi segera dengan formalin 10. 5 Perbandingan volume spesimen dengan larutan formalin adalah 1:10, agar didapat hasil fiksasi yang sempurna. 6 Setiap kontainer spesimen diberi label yang berisi informasi tentang identitas hewan, tanggal pengambilan spesimen, macam spesimen dan bahan pengawet yang dipakai. 7 Kontainer tersebut harus tertutup rapat dan tidak boleh bocor. 8 Dihindarkan agar tidak membekukan jaringan yang akan dipilih dengan pemeriksaan histopatologi. Untuk melihat sel PMN maka digunakan perwarnaan dengan HE. Jaringan yang akan diberi pewarnaan diparafinisasi dengan menggunakan larutan Xylol dan alkohol yang dilanjutkan dengan proses rehidrasi dengan alkohol, kemudian dicuci dengan air mengalir dan dibilas dengan aquades lalu dilap. Kaca benda kemudian dimasukkan kedalam Hematoksilin Meyers dan dicuci dengan air mengalir serta dibilas dengan aquades. Proses pewarnaan dilanjutkan dengan memasukkan kaca benda ke dalam Mallory untuk pewarnaan dilanjutkan dengan memasukkan kaca benda ke dalam Mallory untuk pewarnaan Mallory, lalu pewarnaan dinilai dibawah mikroskop cahaya. Bila pewarnaan telah dianggap baik maka selanjutnya adalah proses dehidrasi dengan alkohol secara bertingkat kemudian dilap, setelah itu, dimasukkan kedalam larutan Xylol dan terakhir objek glass ditutup dengan deck glass dan dilakukan pengamatan dengan mikroskop cahaya dengan perbesaran 40x. e. Pembacaan preparat histopatologi Kriteria penilaian histologi sel PMN dibuat berdasarkan jumlah sel nya. Dilihat dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 40x. dilakukan penjumlahan sel PMN dengan cara melihat pada 5 lapang pandang lalu di bagi sejumlah lapang pandangnya dan di ambil nilai rata-ratanya pada setiap sediaan preparat.

H. Analisi Data

1. Uji normalitas yang digunakan adalah Saphiro Wilk karena sampel 50 2. Jika distribusi data normal maka akan dilakukan analisa dengan uji One Way Anova. Perbedaan dianggap bermakna jika p 0,05 3. Jika distribusi data tidak normal maka akan dilakukan analisa dengan uji Kruskal Wallis. Perbedaan dianggap brmakna jika p0,05 4. Uji lanjutan dengan menggunakan uji Least Significant Difference untuk mengetahui perbedaan tiap kelompok

I. Etik Penelitian

Penelitian dilakukan dengan melindungi hak subyek selama proses penelitian, untuk itu peneliti mengajukan ethical clearance dan mendapatkan persetujuan dari Tim Komite Etik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bahwa penelitian dilakukan tidak melanggar kode etik penelitian. Manfaat yang diharapkan adalah untuk membuktikan secara ilmiah tentang efektifitas gel ekstrak daun pepaya Carica papaya L. terhadap penurunan diameter luka pada proses penyembuhan luka pada gingiva tikus Sprague Dawley jantan akibat efek samping bleaching kandungan hidrogen peroksida 35.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Desain penelitian ini adalah eksperimental in vivo pada hewan uji. Penelitian ini menggunakan subjek 33 ekor tikus spraguey dawlew jantan yang diseleksi berdasarkan kriteria inklusi penelitian, yaitu jenis kelamin jantan, umur 2-3 bulan, berat badan 250-300 gram, kondisi sehat, dan aktif.. Pada penelitian ini, sebelum subjek dilakukan induksi luka, tikus Spraguey dawley jantan jantan dilakukan anestesi dengan inhalasi clorofom untuk mengurangi rasa sakit. Clorofom akan menghasilkan efek sedasi dan tikus akan sedikit tenang saat diberikan perlukaan. Tikus didiamkan hingga lemas, dilanjutkan dengan induksi luka menggunakan larutan hidrogen peroksida 35 yang di aplikasikan menggunakan micro brush pada daerah gingival gigi anterior mandibula tikus. Pemberian aplikasi gel ekstak daun pepaya konsentrasi 75 dan kenalog dilakukan setelah 24 jam pasca induksi luka sesuai kelompok perlakuan, diaplikasikan pada gingiva tikus yang telah di beri perlukaan dengan menggunakan micro brush tanpa adanya kontak antara brush dengan area luka. Kelompok kontrol positif pada penelitian ini menggunakan kenalog. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran diameter luka menggunakan sliding caliper pada beberapa tikus yang dilakukan bersamaan dengan dekapitulas pada hari ke-1 , ke-3, ke-5dan ke-7 sebanyak empat kali yaitu dekapitulasi rahang pada hari pertama, ketiga, kelima dan ketujuh pasca diberi 51