commit to user
33
Melliana mengungkapkan mengenai hubungan psikologis dan bentuk tubuh. Dimana tubuh menjadi salah satu faktor penentu kondisi psikologis
seseorang. Bukan saja karena pengaruh faalinya yang langsung, melainkan juga secara tidak langsung melalui proses mental yang dilekatkan seseorang terhadap
tubuhnya 2006:49-50.
5.3 Tubuh Langsing, Wajah yang Cantik, dan Fit
Tubuh telah menjadi objek besar dalam proses teoresasi beberapa tahun terakhir ini. Para feminist berpendapat bahwa dalam meneorikan tubuh, tindakan
memiliki kaitan secara khusus terhadap perempuan, karena secara konvensional gender melekatkannya dengan tubuh Gamble, 2004:147.
Tubuh yang diidealkan pada tahun 1990-an adalah tubuh muda kurus semampai yang terpersonifikasi dalam model Kate Moss. Pada penelitian yang
dilakukan pada majalah
Glamour
pada tahun 1984 atas 33.000 perempuan yang mengungkapkan bahwa penurunan berat badan telah menjadi obsesi tertinggi, di
atas obsesi untuk mencapai kesuksesan dalam cinta dan pekerjaan Gamble, 2004:149.
Myra Macdonald 1995:198 mengungkapkan, ada dua faktor yang diabaikan dalam pembentukan tubuh yang ideal. Yang pertama adalah tubuh
ramping ideal, membuat tubuh yang
montok
diacuhkan secara terbuka. Hal ini karena pengaruh pria yang lebih menyukai tubuh yang tidak terlalu kurus dan
dengan ukuran dada yang proporsional yang sama dengan model yang ada pada media popular. Yang kedua adalah meskipun industry fashion mengingatkan pada
commit to user
34
dominasi pria, dua perancang ternama memikirkan untuk mengenalkan pakaian yang dapat membuat perempuan nampak langsing.
Sebuah keindahan ideal berdasarkan pada tipe tubuh anak remaja ditemukan dalam pemujaan terhadap kekurusan, kulit terang dan keanggunan
mengudara dalam balet klasik. Tekanan untuk mendapatkan berat badan ringan dalam model-model fesyen telah melahirkan eating disorder yang tinggi di antara
para model. Selain itu, tekanan ini juga menciptakan kecenderungan berbahaya terhadap gejala eating disorder di antara anak perempuan belasan tahun yang
sekarang menganggap good looks penampilan menarik sebagai kehormatan moral, bukannya good works yang dianut pada era seabad silam. Gamble,
2004:149. Secara tidak sadar, media yang menggembar-gemborkan kecantikan fisik
perempuan sama halnya dengan melakukan objektivikasi tubuh perempuan. Pada tahun 1940an banyak pemahat patung membuat patung perempuan telanjang.
Dalam catatan Clark, salah satu pemahat patung perempuan telanjang, tubuh perempuan disusun dan disempurnakan ke dalam sebuah bentuk yang diidealkan,
yang berfungsi sebagai simbol dari kecantikan perempuan yang dijadikan objek. Dalam wacana mengenai kesempurnaan ini, tidak ada indikasi kekuatan politik,
ketidakteraturan atau individualitas yang mengganggu pandangan tersebut Gamble, 2004:151.
Aristoteles berpendapat bahwa wajah lebih dari kecantikan. Aristoteles dalam Synnot 1993:147 berpendapat bahwa wajah adalah bagian tubuh yang
secara khusus cocok dalam mengindikasikan karakter mental.
commit to user
35
“Wajah jika terlihat tembem menunjukkan kemalasan, seperti anak sapi; jika kurus kering berarti menunjukkan kerajinan, dan jika tulang pipinya menonjol menunjukkan
kepengecutan, analog dengan keledai dan rusa. Wajah yang kecil menunjukkan jiwa yang kerdil, seprti kucing dan kera; wajah yang besar berarti tidak bersemangat hidup,
seperti keledai dan sapi. Maka dari itu wajah jangan besar atau kecil: ukuran sedanglah yang paling baik”
Wajah juga menjadi penentu dasar bagi persepsi mengenai kecantikan atau kejelekan individu, dan semua persepsi ini secara tidak langsung membuka
penghargaan diri dan kesempatan hidup kita. Wajah sungguh-sungguh menyimbolkan diri, dan menandai banyak hal dari bagian diri yang berbeda.
Lebih daripada bagian tubuh lainnya, kita mengidentifikasikan wajah sebagai aku atau kamu Synnot, 1993:136.
Synnot 1993:136 menambahkan mendalamnya dan meningkatnya makna social atas kecantikan pada umumnya, dan wajah pada khususnya,
membuat peningkatan di bidang ekonomi. Di Amerika Serikat, kecantikan meningkat dari 40 pada tahun 1914 menjadi 18,5 Miliar pada tahun 1990.
Kaczorowski Synnot, 1993:142 menunjukkan bahwa daya tarik fisik memiliki efek yang positif dan mendasar bagi keberhasilan social-ekonomi dan
terkait erat dengan pendapatan dan prestise yang memiliki daya tarik, memiliki pendapatan yang tinggi dibandingkan dengan hanya 27 persen yang tidak
menarik. Dalam bahasa ekonomi, penampilan yang baik memperoleh pendapatan rata-rata 75 lebih besar daripada mereka yang tidak menarik, dan yang tidak
menarik atau jelek memperoleh 57 pendapatan mereka dari mereka yang
commit to user
36
menarik. Sedangkan penampilan yang sedang-sedang saja bergerak disekitar angka-angka itu.
Lola Young dalam Hollows 2000:181 berpendapat bahwa citra perempuan Eropa Kulit putih sebagai standar kecantikan merajalela: pelbagai citra
tersebut adalah kutub yang berlawanan sekaligus juga bergantung pada citra feminitas dan seksualitas perempuan kulit hitam.
Gagasan gaya feminis, entah mengutamakan gaya maskulin atau feminine, diperumit oleh ras dan juga seksualitas. Feminis kulit hitam mencoba
menentang bagaimana praktik fesyen dan kecantikan menganggap bahwa kecantikan feminism disamakan dengan kecantikan feminine kulit putih. Bagi
banyak perempuan kulit hitam, kecenderungan pada penampilan yang lebih ‘alamiah’ mungkin dimotivasi oleh politik gender, tapi sangat dipengaruhi oleh
paksaan gerakan kekuasaan kulit hitam pada pendefinisian ulang ‘Kulit Hitam’ dan merayakan ‘Afrosentrisitas’.
Menurut Aquarini 2003:89 Ketika gagasan bahwa kebudayaan adalah partikularistik, kebudayaan hanyalah particular ketika ia dibandingkan dengan apa
yang dianggap universal. Karena itu, untuk menempatkan pemikiran itu ke dalam tulisan ini, mengatakan bahwa suatu tipe atau jenis tubuh tertentu lebih diterima
dan diterima daripada tipe serta jenis tubuh yang lain berhubungan dengan konsep adanya tubuh yang dianggap universal, yang kemudian menjadi tolok ukur atas
tubuh-tubuh lain, sedemikian sehingga tubuh lain itu dihirarkikan dan dibandingkan dengan tubuh “universal” itu. Dalam hal ini, tipe serta jenis tubuh
tertentu yang dinormalisasikan menjadi tubuh yang disukai secara universal, yang
commit to user
37
dalam hal ini membangun konstruksi identitas dari pemilik berbagai tipe dan jenis tubuh.
Tubuh yang ditampilkan sebagai yang disukai dan dianggap ideal secara universal adalah kulit putih. Kulit tubuh putih dimaknai sebagai berbudaya dan
sebagai kebudayaan, serta pada saat yang sama sebagai beradab dan peradaban itu sendiri. Dari sudut pandang ini, representasi ke-putih-an bukan saja menciptakan
hasratkebutuhan untuk menjadi putih secara fisik, tetapi juga untuk menjadi beradab dan berbudaya. Universalitas tubuh kulit putih tidak begitu saja muncul
dari atau dihasilkan oleh hasrat terhadap transformasi ragawialamiah, tetapi lebih penting dari itu, yakni muncul dari dan dihasilkan oleh hasrat terhadap
transformasi budayacultural Prabasmoro, 2003:90 Meskipun para kritikus feminist tidak sependapat mengenai pentingnya
praktik fesyen dan kecantikan, tapi mereka cenderung memilki ketertarikan yang sama pada cara praktik fesyen dan kecantikan menghasilkan identitas yang
digenderkan. Tahun 90 an, hal yang lebih baru lagi, daya tarik yang berani girl power
dipasangkan dengan kelaki-lakian dalam sebuah periode di mana anak perempuan harus bergaya seperti anak laki-laki sebagai wujud kemajuan, bukti adanya
elemen-elemen vitalitas dan varietas idealisasi yang kokoh tentang tubuh kurus yang didukung oleh fesyen milyaran dollar, industry-industri kosmetik dan
pelangsing Gamble, 2004:149. Bagi Elizabeth Wilson dalam
Adorned in Dreams,
fesyen terombang- ambing antara dua kutub antara ‘natural’ dan ‘tiruan’. ‘Naturalisme’ fesyen
hippie
commit to user
38
tahun 70-an dibentuk oleh ideology ‘otentisitas’. Adanya pendapat bahwa fesyen identik dengan objektivikasi berujung pada penolakan fesyen. Janet Radcliffe
Richards berpendapat bahwa mencoba untuk mewujudkan seseorang dalam versi yang maksimal adalah upaya untuk menciptakan sebuah kesan keliru. Sedangkan
Susan Bordo mendeskripsikan bahwa sifat ‘plastis’ tubuh itulah paradigm postmodern. Dalam ‘
Material Girl: the Effacements of Posmodern Culture’,
ia mengutip majalah
Fit:
‘Tantangan tersebut menampilkan diri untuk menyusun kembali pelbagai hal. Terserah kepada Anda bagaimana memahatnya. Analah
pemahatnya, Proses pemahatan ini mungkin melibatkan kerja keras dalam sebuah klub kesehatan atau operasi plastik, sebuah fenomena yang berkembang
dikalangan usia 35 tahunan. Dengan demikian, tubuh yang dianggap ideal pada tahun 90-an bercirikan kurus, kuat, androginik, dan sehat secara fisik; yang
mencirikan ini dari nilai-nilai budaya Barat yang berupa otonomi, ketegaran, daya saing, kemudaan, control diri; sebuah maskulinisasi dari tubuh perempuan sesuai
dengan tuntutan daya saing baru dalam dunia kerja Gamble, 2004:160. Kesehatan tubuh dan bagaimana tubuh dimunculkan dalam publik ikut
mempengaruhi citra tubuh dalam masyarakat. Communicating the Modern Body: Fritz Kahn’s Popular Images of Human Physiology as an industrialized World.
Cornelius Borck, McGill University mengungkapkan: “Three other branches of visualization strategy shaping the contemporary
repertoire of visual formats should, at least briefly, be mentioned here; these lay outside of the public health sector, but relied hardly less on
communicating the human, social, and political body. the first is the development of graphic language for visualizing collective such as the
population or statistical bodies of data the second is the professionalization of industrial design and exhibitation-making at he
Bauhaus; and the third, finally, is the hybridization of bodies and
commit to user
39
machines in the new genre of photomontage by Dada artists like Raoul Hausman and Hannah Hoch.” Borck, 2007.
Myra Macdonald 1995:203 menjelaskan bahwa ada hubungan yang kuat antara kecantikan dan kesehatan, untuk menciptakan bentuk feminin. Praktik-
praktik olahraga seperti berenang dan fitnes juga dianggap sebagai perubahan yang positive, diamana harga diri dan kesehatan menjadi sorotan utama.
Meskipun pada saat itu aerobik masih dianggap sebagai praktik glamour. Namun, ironisnya industry fesyen yang menangkap fenomena ini menjadikan praktik-
praktik tersebut sebagai industry garmen. Akibatnya adalah perkembangan pakaian aerobic dan fitness.
Macdonald 1995:2003 menambahkan bahwa remajapada tahun 80an menyambut baik adannya praktik fitness dan kesehatan. Mereka telah putus asa
dengan cara berpuasa dan penggunaan korset untuk membentuk tubuh yang ideal.
More
Pada tahun 1990, meluncurkan fitur yang menjelaskan bentuk dan ukuran tubuh remaja. Namun pada saat yang sama fitur fitness bermunculan dengan
mengusung pesan tubuh yang ideal dan kesehatan tubuh. Macdonald mengungkapkan bahwa perempuan sekarang berjanji untuk menjadi “superhealth”
dalam benak mereka. Menurut Myra Macdonald 1995:204 latihan dan fitness adalah cara
yang nyata untuk mewujudkan kepuasan terhadp diri sendiri, memanfaatkan nasehat atas diri sendiri. Namun banyak cerdik untuk menyamarkan kekurangan
yang ada pada tubuh perempuan, dan hal itu dianggap wajar, karena itu merupakan bagian dari kondisi patologi dari sifat feminitas.
commit to user
40
6. PEREMPUAN DALAM MEDIA PEREMPUAN 6.1 Bias Gender di media.