commit to user
46
B. Longman Dictionary of the English Language, 1984, wacana adalah
1. Sebuah peercakapan khusus yang alamiah formal dan pengungkapannya
diatur pada ide dalam ucapan dan tulisan. 2.
Pengungkapan dalam sebuah nasihat, risalah, dan sebagainya; sebuah unit yang dihubungkan dengan ucapan atau tulisan.
C. J.S. Badudu, 2000, wacana adalah
1. Rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu
dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.
2. kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat
atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi dan berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaiakan secara
lisan atau tertulis.
D. Hawthorn 1992, wacana adalah
Komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya
ditentukan oleh tujuan sosialnya. E.
Roger Fowler 1977, wacana adalah
Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori; kepercayaan di sini mewakili
pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman.
commit to user
47
F. Foucault 1972, wacana adalah
Wacana kadang kala sebagai bidang dari semua pernyataan
statement,
kadang kala sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang kala praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan.
7.2. Efek dan Fungsi Wacana
Fairclough dalam
syamsuddin, 2008:7-8
menjelaskan wacana
mempunyai tiga efek, yaitu : 1.
Wacana memberikan andil dalam mengkonstruksi identitas social dan posisi subjek.
2. Wacana membantu mnegkonstruksikan relasi social di antara orang-
orang. 3.
Wacana memberikan kontribusi dalam mengkonstruksi sistem pengetahuan dan kepercayaan.
Ketiga efek dari wacana tersebut adalah fungsi dari bahasa dan dimensi bahasa yang secara bersama-sama memberikan sumbangan dalam transformasi
masyarakat. Wacana memberikan fungsi positif bagi perkembangan masyarakat belajar-mengajar, lebih membantu masyarakat agar lebih melek dan tidak bisu
menghadapi informasi-informasi yang digelarkan secara tertentu oleh wacana. Wacana punya salah satu fungsi penting dalam proses kemasyarakatan
jangka panjang, yaitu lebih mampu menciptakan
interstanding
syamsuddin, 2008:8. Interstanding menurut Derrida dalam syamsuddin, 2008:8 :
commit to user
48 “ merupakan produk pengertian lebih mendalam pada diri individu atau
kelompok individu dalam proses interpretasi terhadap seperangkat pesan yang merepresentasikan suatu realitas sosial tertentu dengan lebih
mempertimbangkan keberadaan intersubyektivitas yang tidak dimonopoli oleh obyektivisme yang dikuasi atau dihegemoni secara ideologis tertentu
oleh kelompok dominan yang lebih memaksakan kehendaknya bahwa keseluruhan interpresinyalah yang paling kuasa mengklaim kebenaran atas
interpretasi sepihaknya itu dengan strategi pemaksaan tolok-tolok ukur positivisme atas dasar empirikisme dan dalil-dalil yang sudah kental oleh
kebenaran oleh paradigm kapitalistik yang samasekali tidak memberikan kemerdekaan interpretasi individual sebagai hak azasi ilmiah masing-masing
individu berdasarkan posisi kelas sosialnya masing-masing.”
Wacana menandakan atau memberikan indikasi atau mengkonstruksi ideology dan bahasa beserta perkembangan kedua-duanya kepada masyarakat.
Wacana adalah sebuah kekuatan yang dapat memberikan energy sosialpolitik untuk menghidupkan dinamisasi masyarakat. Wacana juga merupakan arena
komunikasi yang dibangun oleh kelompok masyarakat itu sendiri, untuk dijadikan
pertarungantransaksitawar-menawar ideologi
terutama untuk
mengurangi hegemoni dari kelompok masyarakat yang dominan untuk slalu mempertahankan
statusquo
mereka syamsuddin, 2008:11.
Syamsuddin 2008:13 menjelaskan bahwa wacana merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan suatu makna. Wacana bisa ditempuh melalui membaca
suatu teks. Selain itu wacana juga bisa ditempuh denga cara “membaca“ melalui praktik wacana terhadap “teks kehidupan” yang tidak tertulis seperti cetakan di
atas kertas, akan tetapi berupa fakta, gejala, fenomana dan data yang sebenarnya terjadi.
commit to user
49
7.3 Strategi Wacana
Banyak ahli telah mendefinisikan arti wacana secara beragam. Keberagaman tersebut disesuaikan oleh penggunaan wacana dalam fungsi dan
kasus yang berbeda. Gambar Model Konstruksi Realitas Melalui Media
sumber: Hamad, 2010:45. Gambar di atas menjelaskan bahwa dalam membuat discourse atau
wacana, apapun bentuknya, sudah bisa dipastikan bahwa pembuatnya telah mengatur tiga strategi:
signing, framing,
dan
priming.
Mereka juga pasti sudah mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal mereka dalam mengatur
strategi itu guna menciptakan efek tertentu ditengah khalayaknya Hamad, 2010:6.
Faktor Internal
Proses Konstruksi
Realitas oleh Konstruktor
Faktor
Internal
Discourse dalam Media: dengan
strategi signing, framing, dan priming
Efek di Tengah
Khalayak
commit to user
50
Menurut Hamad 2010:49 yang dimaksud dengan strategi signing adalah strategi penggunaan tanda-tanda bahasa, baik bahasa verbal dalam bentuk kata-
kata maupun nonverbal dalam bentuk gambar, grafik, gerakan, dan sebagainya. Mengacu pada pemikiran Berger, Peter L dan Thomas Luckman dalam
buku,
The Social Construction of Reality, A Treatise ini the Sociology of Knowledge
,dalam Hamad, 2010:49 sistem tanda merupakan alat utama dalam proses kontruksi realitas. Sistem tanda merupakan instrumen pokok untuk
menceritakan realitas. Menurut Tuchman dalam Hamad, 2010:50 bahwa penggunaan bahasa
simbol tertentu menentukan format narasi dan makna tertentu. Sedangkan jika dicermati secara teliti, seluruh proses komunikasi baik melalui media ataupun
tatap muka menggunakan bahasa, baik bahasa verbal maupun non-verbal. Selain itu bahasa mempunyai kekuatan untuk menentukan gambaran mengenai realitas
yang akan muncul di benak khalayak. Strategi Framing adalah strategi yang dikembangkan dengan cara memilah
dan memilih fakta yang tidak akan dimasukkan kedalam wacana. Fakta yang terkait dengan realitas sering lebih banyak dibandingkan dengan tempat dan
waktu yang tersedia. Karena itu fakta harus dipilah dan dipilih mana yang akan dimasukkan dalam wacana dan mana fakta yang akan dikeluarkan dalam wacana..
pemilahan dan pemlihan itu dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu yang digunakan oleh si pembuat wacana, baik faktor internal maupun eksternal
sebagaimana akan dibahas nanti Hamad, 2010:63.
commit to user
51
Strategi priming, adalah strategi mengatur ruang atau waktu untuk mempublikasikan wacana di hadapan khalayak. Masalah utama dalam strategi
priming adalah apakah sebuah wacana akan dipublikasikan atau tidak? Jika ya, beberapa isu ikutannya adalah Hamad, 2010: 71 :
1. Terkait dengan ruang, di ruang mana wacana itu
dipublikasikan? Seberapa luas wacana itu diberi tempat? Apakah wacana itu dipublikasikan di ruang utama dan mudah
dijangkau ataukah di ruang yang tersembunyi dan sulit dilihat? Apakah wacana itu yang dipublikasikan ulang di
tempat yang sama dan atau di tempat lain baik dalam versi yang sama ataupun dengan versi yang berbeda?
2. Terkait dengan waktu kapan wacana itu akan dipublikasikan?
Berapa durasi yang diberikan untuk wacana itu? Apakah wacana itu dipublikasikan dalam waktu luas sehingga
khalayak banyak memperhatikannya ataukah pada waktu yang sempit yang membuat khalayak luput untuk
memperhatikannya? Apakah wacana itu yang dipublikasikan ulang di waktu lain baik dalam versi yang sama ataupun
dengan versi yang berbeda?
7.4 Analisis Wacana
Menurut Alex Sobur 2002:68 pengertian wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapan suatu hal subjek yang disajikan
secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur
commit to user
52
segmental maupun non segmental bahasa. Sedangkan analisis wacana dirumuskan sebagai studi tentang struktur pesan dalam komunikasi Sobur
,
2002:20. Pendekatan terhadap analisis wacana hampir serupa dengan pendekatan dalam analisis isi. Sebelum muncul metode analisis wacana
discourse analysis,
penelitian mngenai isi media banyak dilakukan dengan metode analisis isi
content analysis
. Analisis wacana masuk dalam riset point
media content and stuctur,
karena pada dasarnya pusat perhatian analisis wacana adalah mengenai isi media. Jika analisis kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan “apa”
what,
analisis wacana lebih menekankan pada “bagaimana”
how
dari pesan atau teks komunikasi. Lebih jelasnya perbedaan analisis wacana dan analisis isi, sebagai
berikut Sobur
,
2002:20-22 : a.
Analisis wacana bersifat kualitatif dibandingkan dengan analisis isi yang umumnya kuantitatif. Analisis wacana lebih menekankan pada
pemaknaan teks daripada penjumlahan unit kategori dalam analisis isi. b.
Analisis isi kuantitatif pada umumnya hanya dapat digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest nyata
sedangkan analisis wacana justru berpretensi memfokuskan pada pesan laten tersembunyi.
c. Analisis isi kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa yang
dikatakan” what, tetapi tidak dapat menyelidiki “ bagaimana ia dikatakan”
how.
Hal ini disebabkan bahwa level wacana bukan hanya bergerak pada level makro, isi dari suatu teks, sepeti kata, kalimat,
ekspresi dan retoris.
commit to user
53
d. Analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi. Hal ini
berbeda dengan analisis isi yang memang bertujuan melakukan generalisasi bahan melakukan prediksi.
Guy Cook dalam Eryanto, 2001:8-9 menyebut tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana, yaitu teks, konteks, dan wacana. Eryanto kemudian
menjelaskan ketiga makna tersebut, teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi
komunikasi, ucapan, music gambar, efek suara, citra, dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan memengaruhi
pemakaian bahasa, seperti pastisipan dalam bahasa, situasi dimana teks tersebut diproduksi. Wacana disini, kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks bersama-
sama. Jadi wacana adalah proses komunikasi, yang menggunakan simbol-simbol
yang berkaitan dengan intepretasi dan peristiwa–peristiwa di dalam sistem kemasyarakatan yang luas. Melalui pendekatan wacana pesan-pesan komunikasi,
seperti kata-kata, tulisan, gambar-gambar, dan lain-lain, tidak bersifat netral atau steril. Eksistensinya ditentukan oleh orang–orang yang menggunakannya, konteks
peristiwa yang
berkenaan dengannya,
situasi masyarakat
luas yang
melatarbelakangi keberadaannya, dan lain-lain. Karena itulah, analisis wacana hanya bisa dilakukan dengan metode penelitian kualitatif.
commit to user
54
7.5 Model-Model Analisis Wacana
Banyak tokoh telah membahas studi analisis dengan model dan konsep yang berbeda-beda. Sebagaimana kita ketahui bahwa wacana kaya akan
bermacam pengertian dan dipakai oleh berbagai disiplin ilmu. Berikut penjelasan dari model-model analisis wacana yang telah diciptakan oleh beberapa tokoh.
A. Analisis wacana menurut pandangan Theo Van Leeuwen Eryanto, 171-