BAB V PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui karakteristik umur dan jenis kelamin di sekolah
memiliki UKS dan sekolah tidak memiliki UKS, mengobservasi fasilitas sanitasi dasar di sekolah memiliki UKS dan sekolah tidak memiliki UKS, mengetahui
pelaksanaan UKS di sekolah yang memiliki UKS, serta mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan murid mengenai Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat di sekolah memiliki UKS dan sekolah tidak memiliki UKS di Kecamatan Medan Baru Kota Medan yang dapat dilihat sebagai berikut :
5.1 Gambaran Karakteristik Umur dan Jenis Kelamin
Responden berasal dari kelas kelas III, IV dan V dan umur responden berada pada interval 8-12 tahun. Secara keseluruhan, umur responden paling banyak adalah
10 tahun dengan persentase 32,1. Pada jenis kelamin, jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki dengan persentase 51,4.
Pada penelitian ini umur 10 tahun merupakan umur terbanyak, hal ini dapat dikarenakan responden diambil dari kelas III, IV dan V, sebagian besar kelas IV dan
V berumur 10 tahun. Kedua sekolah menerima murid tahun ajaran baru yang duduk dikelas I dengan usia minimal 6 tahun, sehingga ketika duduk di kelas IV dan V
mereka telah berusia rata-rata 10 tahun. Penelitian yang dilakukan Syahputri 2011 dengan responden murid kelas V
Sekolah Dasar didapatkan umur responden terbanyak adalah 11 tahun 47,7 dan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan 62,9, serupa dengan penelitian tersebut
Universitas Sumatera Utara
Masita 2009 dengan responden murid kelas VI mendapatkan jenis kelamin responden terbanyak adalah perempuan 62.
Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah murid laki-laki hal ini dikarenakan jumlah murid laki-laki pada kelas IV dan V lebih
banyak dari pada perempuan. Hal ini didukung oleh Sugiyanto 2005 yang menyatakan bahwa umur rata-
rata anak di Indonesia memulai pendidikan di Sekolah Dasar adalah 6 tahun, umur yang dianggap anak telah mampu menggunakan logika secara memadai untuk
menerima pengetahuan yang diberikan dari luar.
5.2 Sanitasi Dasar
5.2.1 Sanitasi Dasar di Sekolah yang Memiliki UKS 5.2.1.1 Sarana Air Bersih
Sanitasi dasar pada sekolah diatur dalam Kepmenkes RI No. 1429 tahun 2006. Kualitas air pada sekolah ini baik, air tidak berwarna, berasa dan berbau, hal ini
dikarenakan sumber air berasal dari PDAM yang telah dijamin kualitasnya, namun kuantitas air di sekolah ini belum baik, air tidak mengalir pada siang hari, hal ini
mengakibatkan air yang tersedia hanya sejumlah air yang dapat ditampung didalam bak hingga penuh. Ukuran bak adalah 0,625 m
3
sehingga air yang dapat ditampung dalam bak sampai bak penuh adalah 625 liter, sekolah memiliki 2 jamban untuk
murid sehingga jumlah air bersih adalah 1250 liter, sedangkan kuantitas air bersih yang ditentukan oleh Kepmenkes RI No. 1429 tahun 2006 adalah 11790 liter
15literoranghari.
Universitas Sumatera Utara
Tidak terpenuhinya syarat kuantitas air bersih dikarenakan sumber air sering mengalir hanya pada saat pagi hari, pada siang hari air sering berhenti mengalir.
Kurangnya air bersih dapat menjadi faktor yang mengakibatkan murid tidak melaksanakan tindakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS walaupun mereka
memiliki pengetahuan dan sikap yang baik mengenai PHBS seperti mencuci tangan dengan air bersih serta menggunakan jamban sekolah untuk buang air besar dan
buang air kecil. Tidak ada yang dapat dilakukan pihak sekolah dalam menanggulangi hal
tersebut selain memberikan izin kepada murid-murid untuk dapat menggunakan jamban guru pada siang hari karena jamban guru biasanya masih memiliki air bersih.
Hal ini perlu diatasi mengingat sarana air bersih merupakan kebutuhan utama dalam sanitasi dasar, kurangnya sanitasi dasar dapat mengakibatkan timbulnya
penyakit seperti diare, kecacingan dan penyakit kulit Azwar,1995.
5.2.1.2 Sarana Jamban
Letak jamban terpisah dari ruang belajar, perpustakaan, ruang guru, ruang UKS dan ruang lainnya, jamban terpisah antara laki-laki dan perempuan, lantai tidak
terdapat genangan air, tersedia ventilasi yang langsung berhubungan dengan udara luar, didalam bak tidak ditemukan jentik nyamuk, namun jamban tidak dalam
keadaan bersih terutama pada siang hari hal ini dikarenakan air bersih yang tidak cukup, dengan jumlah murid laki-laki 380 murid dan murid perempuan 406 murid
proporsi jamban pun tidak memenuhi syarat, untuk laki-laki tidak 1:40 dan untuk perempuan tidak 1:25, hanya terdapat 2 jamban di sekolah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Jamban dalam keadaan tidak bersih, terutama ketika siang hari dikarenakan sumber air bersih yaitu PDAM pada siang hari sering tidak mengalirmati sehingga
jamban sering dibiarkan dalam keadaan kotor. Hal ini mengakibatkan timbulnya bau yang tidak sedap dan mengganggu estetika, namun bau yang ditimbulkan tidak
mengganggu murid di dalam kelas dikarenakan letak jamban yang tidak bersebelahan dengan ruang belajar.
Jamban yang hanya berjumlah dua buah dianggap sekolah mampu mencukupi kebutuhan murid, hal ini dikarenakan seluruh murid tidak masuk sekolah dalam
waktu bersamaan, sebagian murid masuk pagi dan sebagian siang, selama ini tidak pernah terdapat antrian panjang murid didepan jamban.
5.2.1.3 Sarana Tempat Sampah
Sarana pembuangan sampah, sekolah hanya memenuhi satu komponen yakni tersedianya tempat penampungan sampah sementara dari masing-masing kelas.
Terdapat tempat sampah di tiap ruangan kelas namun tempat sampah tidak dilengkapi dengan tutup, sehingga belum memenuhi syarat sanitasi dasar sarana pembuangan
sampah, walaupun tanpa tutup namun tidak mengganggu estetika dikarenakan sampah dibuang ketika telah penuh dan walau tidak penuh tetap akan dibuang setiap
harinya ke penampungan sampah sementara, tempat penampungan sampah sementara terletak disebelah salah satu ruang kelas, berbentuk kubus dan terbuat dari bahan
aluminium, sampah menumpuk melebihi wadah penampungnya hal ini dikarenakan sampah diangkut ketika petugas kebersihan melewati sekolah tersebut, biasanya
sekali setiap harinya ketika sore hari dan bila petugas kebersihan tidak mengangkut sampah maka sampah dibiarkan, tidak dibakar ataupun dikubur. Hal ini dapat
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan bau terutama pada saat hujan dan dapat menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk dikarenakan sampah di sekolah paling banyak adalah
sampah plastik yang dapat menampung air saat hujan. Murid yang bersekolah di sekolah ini memiliki tindakan kesehatan yang baik.
Jarang terdapat sampah yang berserakan di dalam kelas maupun dihalaman sekolah, tempat sampah dimasing-masing kelas tidak memiliki tutup namun tidak menganggu
dikarenakan dibuang setiap hari, dan tidak terdapat murid yang bermain didekat tempat pembuangan sampah sementara.
5.2.1.4 Sarana Pembuangan Air Limbah
Sekolah yang memiliki UKS ini memenuhi 4 komponen dalam SPAL yakni memiliki SPAL, SPAL terbuat dari bahan kedap air yakni semen, SPAL mengalir
lancar sehingga tidak mencemari lingkungan hal ini dikarenakan dibersihkan setiap minggunya terutama saat kegiatan gotong royong dilakukan. SPAL tidak tertutup,
namun dibersihkan setiap minggunya oleh petugas kebersihan sekolah sehingga tidak menimbulkan bau atau mengganggu estetika. Saluran Pembuangan Air Limbah
SPAL di sekolah ini baik. Saluran Pembuangan Air Limbah SPAL yang baik disekolah didukung oleh
tindakan murid yang tidak membuang sampah sembarangan dan ikut serta dalam kegiatan gotong royong membersihkan SPAL.
SPAL yang tidak tertutup tidak mengganggu estetika dikarenakan mengalir lancar dan dibersihkan secara rutin. SPAL yang memenuhi syarat sanitasi tidak
menjadi sarang perindukan nyamuk Fresh,2002.
Universitas Sumatera Utara
Total skor maksimal fasilitas sanitasi dasar adalah 20, sekolah ini memiliki total skor 14 dengan persentase 70, berdasarkan kategori yang ada maka sanitasi
dasar di sekolah yang memiliki UKS ini adalah baik. Keberadaan UKS membantu sekolah dalam menanggulangi kelemahan yang
ada pada sanitasi dasar di sekolah tersebut. Berjalannya program UKS memberikan pengetahuan yang lebih pada murid sehingga meminimalisir penyakit yang dapat
terjadi akibat kesehatan lingkungan yang tidak baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Simon 2007 mendapatkan bahwa 85
sekolah yang memiliki sanitasi dasar baik telah menjalankan program UKS. Penelitian Ardiana 2011 didapatkan bahwa sanitasi dasar di sekolah-sekolah
Kecamatan Medan Barat meliputi ketersediaan air bersih dan SPAL seluruhnya baik, sedangkan jamban dan sarana pembuangan sampah sebagian besar 50 tidak
baik. Sesuai dengan uraian dalam Depkes RI 2001 dinyatakan bahwa salah satu
program UKS meliputi menyehatkan lingkungan kehidupan sekolah untuk meningkatkan derajat kesehatan murid.
5.2.2 Fasilitas Sanitasi Dasar di Sekolah yang Tidak Memiliki UKS 5.2.2.1 Sarana Air Bersih
Air bersih memenuhi syarat fisik yakni tidak berwarna, berasa dan berbau dikarenakan air bersumber dari PDAM, air juga memenuhi secara kuantitas hal ini
dapat diketahui dari wawancara dengan beberapa murid, guru serta kepala sekolah yang mengatakan tidak pernah kekurangan air bersih, dari hasil observasi pun
diketahui air mengalir dengan deras baik ketika pagi maupun siang hari.
Universitas Sumatera Utara
Air bersih pada sekolah ini mengalir lancar, namun tidak didukung oleh tindakan murid. Terdapat beberapa murid yang tidak mencuci tangan setelah bermain
atau berolahraga, padahal terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih yang selalu mengalir dan sabun. Mereka beralasan malas dan merasa dapat
membersihkan tangan dengan hanya menggosokkan kedua tangan. Tempat cuci tangan yang tersedia terlihat hanya dimanfaatkan oleh guru.
Hal ini terjadi dapat diakibatkan kurangnya informasi kesehatan yang didapat dari sekolah dan tidak adanya sanksi ataupun teguran yang didapat murid bila tidak
berperilaku hidup bersih dan sehat. Menurut Notoadmodjo 2003 selain ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku
para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku kesehatan pada seseorang.
5.2.2.2 Sarana Jamban
Jamban terpisah dari ruang lainnya, jamban terpisah antara laki-laki dan perempuan, jamban bersih, lantai tidak terdapat genangan air, tersedia ventilasi yang
langsung berhubungan dengan udara luar, bak tidak menjadi tempat perindukan nyamuk, dengan jumlah murid laki-laki di sekolah ini 70 murid dan murid perempuan
80 murid maka proporsi jamban untuk laki-laki 1:40 dan untuk perempuan 1:25 tidak terpenuhi. Jamban hanya berjumlah dua buah dan dirasakan telah mencukupi oleh
sekolah, hal ini dapat dilihat dari tidak adanya antrian panjang murid didepan jamban dan seluruh murid juga tidak masuk sekolah dalam waktu yang bersamaan, terdapat
kelas pagi dan kelas siang. Jamban dalam keadaan bersih hal ini dikarenakan air
Universitas Sumatera Utara
bersih yang tersedia cukup dan sekolah memiliki petugas kebersihan yang membersihkan jamban setiap harinya.
Tersedianya jamban tidak didukung oleh tindakan murid di sekolah ini, hal ini dapat terlihat dari adanya 15 murid dengan persentase 21,4 yang mengaku tidak
menggunakan jamban sekolah saat ingin buang air besar buang air kecil, berdasarkan wawancara mereka yang tidak menggunakan jamban memilih buang air kecil di
rumah mereka karena dekat dan sebagian dibelakang sekolah dengan alasan agar lebih cepat.
Perilaku murid yang tidak mendukung penyehatan lingkungan sekolah dapat dikarenakan kebiasaan, tidak terdapat guruwarga sekolah yang memberi
sanksiteguran ketika murid tidak menjaga kebersihan sekolah sehingga murid merasa tidak perlu melaksanakan perilaku kesehatan.
Tidak adanya salah satu faktor penyebab murid berperilaku kesehatan seperti faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat menjadikan perilaku
kesehatan yang diharapkan tidak terjadi Notoatmodjo, 2003.
5.2.2.3 Sarana Tempat Sampah
Tiap ruangan terdapat tempat sampah dengan tutup, terdapat tempat penampungan sampah sementara, tempat penampungan sampah sementara terletak
lebih 10 meter dari ruang kelas. Tempat sampah yang tersedia dimasing-masing kelas tidak dimanfaatkan
dengan baik oleh murid di sekolah ini, hal ini terlihat dari masih banyak terdapat sampah kertas berserakan di lantai kelas, hal ini mengganggu estetika. Letak tempat
penampungan sampah sementara 10 meter dari ruang kelas, namun murid sekolah
Universitas Sumatera Utara
ini sering bermain disekitar tempat penampungan sampah sementara untuk mencari benda yang dapat dijadikan mainan mereka seperti bekas botol air minum.
Sarana yang baik bila tidak didukung dengan perilaku kesehatan yang baik dapat menyebabkan tidak tercapainya kesehatan lingkungan sekolah, perilaku yang
tidak baik dapat disebabkan kurangnya kesadaran murid mengenai pentingnya menjaga kesehatan lingkungan sekolah.
Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo 2003, perilaku kesehatan tidak akan terwujud bila tidak terdapat faktor pendukung misalnya pengetahuan maupun sikap
untuk terjadinya perilaku tersebut.
5.2.2.4 Sarana Pembuangan Air Limbah
Sekolah ini memiliki SPAL, SPAL terbuat dari bahan kedap air, namun SPAL tidak tertutup dan tidak mengalir lancar. Saluran Pembuangan Air Limbah tidak
mengalir lancar hal ini dikarenakan tidak pernah dibersihkan, terdapat sampah yang mengakibatkan air tergenang dan ketika hujan turun air limbah akan naik dan
mencemari lingkungan. Selain mencemari lingkungan hal ini juga berakibat menimbulkan tempat perkembangbiakkan nyamuk.
Hasil penelitian lain mengenai sanitasi dasar, penelitian Nora 2006 yang menyatakan hanya 37,5 SPAL Sekolah Dasar Negeri di Kota Langsa memenuhi
syarat, penelitian Simon 2007 menyatakan 65 SPAL Sekolah Dasar di Jawa Barat memenuhi syarat kesehatan.
Total skor maksimal fasilitas sanitasi dasar di sekolah adalah 20, sekolah yang tidak memiliki UKS ini memiliki total skor 16 dengan persentase 80, berdasarkan
kategori yang ada maka sanitasi dasar di sekolah yang tidak memiliki UKS ini adalah
Universitas Sumatera Utara
baik, namun fasilitas sanitasi dasar yang baik bila tidak didukung oleh tindakan kesehatan yang baik pula maka akan tetap mengganggu kesehatan.
Skor yang tinggi pada sanitasi sekolah yang tidak memiliki UKS dapat disebabkan sekolah tersebut baru memperlengkapi dan memperbaiki sarana
sanitasinya sebulan sebelum penelitian dilakukan. Keberadaan sanitasi yang baik dapat mendukung kebiasaan hidup bersih dan
sehat pada murid di sekolah, namun bila pengetahuan murid akan kesehatan tidak baik maka tindakan kesehatan tidak akan terlaksana dengan baik.
Sanitasi dasar yang baik juga harus diimbangi dengan pengetahuan, sikap dan tindakan mengenai PHBS yang baik, bila tidak maka kesehatan lingkungan sekolah
belum terwujud Sayifudin,2010.
5.3 Pelaksanaan UKS di Sekolah Memiliki UKS
5.3.1 Pendidikan Kesehatan
Sekolah memberikan pelajaran tentang pendidikan kesehatan dalam tahun ajaran 20122013, pelajaran yang diberikan adalah mengenai pentingnya sarapan,
pelajaran ini diberikan oleh guru wali kelas masing-masing kelas yang diberikan setiap saat ketika guru merasa diperlukan. Penyuluhan mengenai memelihara
kesehatan diri dengan cara mencuci tangan yang baik, kebiasaan hidup sehat yang dapat menjauhkan diri dari penyakit seperti membiasakan sarapan di pagi hari,
informasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS juga pernah dilakukan masing-masing sebanyak sekali oleh petugas kesehatan pada tahun ajaran 20122013
ini. Penyuluhan mengenai bahaya narkoba juga pernah dilakukan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas yang dilakukan dengan memberikan brosur mengenai
Universitas Sumatera Utara
bahaya narkoba pada murid di sekolah, penyuluhan mengenai manfaat olah raga bagi kesehatan dilakukan oleh guru olahraga setiap jam pelajaran olahraga. Sekolah belum
pernah memberi penyuluhan mengenai pemberantasan sarang nyamuk, namun setiap saat murid diingatkan agar menjaga kebersihan laci meja dan membuang sampah
pada tempatnya agar tidak menjadi sarang nyamuk. Pelaksanaan program pendidikan kesehatan berjalan dengan baik disebabkan
oleh dukungan tenaga kesehatan Puskesmas serta peran guru di sekolah tersebut. Program UKS dapat berjalan dengan baik apabila terdapat kerjasama yang
baik antara sekolah dengan tenaga kesehatan Puskesmas di wilayah sekolah tersebut Tim Pembina UKS Pusat, 2003
Hasil penelitian yang sama, Dilan 2008 dengan jumlah sampel sebanyak 127 responden dimana hasil penelitian menunjukkan evaluasi pelaksanaan program UKS
pada SD Atmajaya Bandung dalam hal pendidikan kesehatan cukup baik dengan tingkat pengelolaan yang sangat partisipatif.
5.3.2 Pelayanan Kesehatan
Sekolah ini hanya melakukan pemberian pelajaran mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan, ini dilakukan pada saat kegiatan ekstrakulikuler pramuka
maupun olahraga. Ketika terdapat murid yang sakit, murid akan dilayani di UKS oleh guru yang bertanggung jawab terhadap UKS, jika kondisi murid tidak membaik maka
guru akan memberitahu orangtua murid tersebut sehingga murid akan dijemput pulang atau segera dibawa ke Puskesmasrumah sakit terdekat untuk mendapat
pertolongan.
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan kesehatan yang kurang di sekolah ini dikarenakan tidak terdapatnya guru yang dapat berjaga di dalam ruang UKS selama jam pelajaran sekolah
berlangsung, kurangnya kerjasama dengan tenaga kesehatan Puskesmas dalam hal pelayanan kesehatan juga menjadi salah satu faktor.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dilan 2008 yang menunjukkan bahwa program pelayanan kesehatan di UKS SD Atmajaya Bandung belum
terlaksana dengan baik. Penelitian lain yang tidak sejalan adalah penelitian Masita 2010 hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 80 pelayanan kesehatan telah
diselenggarakan dengan baik di SD RA.Kartini Tebing Tinggi. Pelayanan kesehatan harus didukung oleh kerjasama yang baik dengan
Puskesmas di wilayah kerja sekolah Sayifudin, 2010.
5.3.3 Penyehatan Kesehatan Lingkungan Sekolah
Program penyehatan lingkungan seperti tersedianya air bersih secara kuantitas dan kualitas belum terlaksana disekolah ini, hal ini dapat dilihat kuantitas air yang
tidak mencukupi, ketika siang hari air telah habis. Jadwal kebersihan kelas berjalan dengan baik di sekolah, dilaksanakan oleh 5 atau 6 orang murid, mereka bertanggung
jawab pada kebersihan kelas pada hari yang ditentukan. Tempat pembuangan sampah terdapat pada masing-masing kelas walau tidak memiliki tutup. Sekolah ini memiliki
kegiatan gotong royong yang dilakukan setiap hari sabtu, hal ini untuk memupuk rasa cinta terhadap lingkungan sedari dini. Berdasarkan skor yang diperoleh, program
penyehatan lingkungan di sekolah ini berjalan dengan baik. Kesehatan lingkungan yang baik didukung oleh peran serta guru serta murid.
Murid di sekolah ini telah sadar akan pentingnya kesehatan lingkungan sekolah.
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan yang sehat dapat meminimalisir penyakit seperti malaria, kecacingan maupun diare pada anak-anak Wardhana, 2004.
Hasil penelitian Rossa 2007, di Kecamatan Pagu, Yogyakarta menunjukkan bahwa 38 sekolah menjalankan dengan buruk program kesehatan lingkungannya
dan hanya sekitar 31 sekolah yang program kesehatan lingkungannya tergolong baik.
5.4 Gambaran Perbandingan Pengetahuan Mengenai Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat pada Murid di Sekolah Memiliki UKS dengan Sekolah Tidak Memiliki UKS
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sekolah yang memiliki UKS memiliki mean skor pengetahuan 40,2 dan standar deviasi 3,1 sedangkan sekolah
yang tidak memiliki UKS memiliki mean skor pengetahuan 32,9 dan standar deviasi 8,8. Hal ini memperlihatkan adanya perbedaan skor pengetahuan antara sekolah
memiliki UKS dengan sekolah tidak memiliki UKS. Berdasarkan hasil uji T terhadap skor pengetahuan didapatkan nilai signifikansi 0,001
0,05 maka H ditolak,
terdapat perbedaan pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada murid disekolah memiliki UKS dengan sekolah tidak memiliki UKS.
Perbedaan ini dikarenakan murid yang bersekolah di sekolah yang memiliki UKS mendapatkan penyuluhan mengenai PHBS pada tahun ajaran terakhir baik dari
guru maupun tenaga kesehatan Puskesmas yang datang ke sekolah sedangkan berdasarkan kuesioner murid yang bersekolah di sekolah yang tidak memiliki UKS
sebanyak 53 murid 75 tidak pernah menerima penyuluhan kesehatan mengenai PHBS baik disekolah maupun diluar sekolah, sisanya mengaku pernah sehingga
Universitas Sumatera Utara
murid di sekolah yang memiliki UKS memiliki pengetahuan yang lebih dari murid di sekolah yang tidak memiliki UKS.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sahri 2012 mengenai hubungan program Usaha Kesehatan Sekolah UKS dengan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat PHBS pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Pacitan tahun 2012 yang memiliki hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara program UKS dengan
pengetahuan murid di sekolah dasar tersebut, hal ini juga didukung oleh penelitian Masita 2011 mengenai pelaksanaan program UKS dan kebiasaan hidup bersih dan
sehat murid kelas VI SD RA Kartini Kota Tebing Tinggi yang menunjukkan hasil pencapaian kegiatan program UKS yang baik 90 diikuti oleh
pelaksanaan PHBS yang juga baik di lingkungan sekolah, rata-rata mencapai diatas 90.
Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada murid melalui program UKS mempengaruhi pengetahuan mengenai PHBS siswa Sekolah Dasar. Guru UKS
mempunyai tanggungjawab terhadap materi pendidikan kesehatan dan olahraga yang sangat terkait dengan perkembangan psikologi anak didik usia 6
– 12 tahun Purwoko,2001
Hal ini diperkuat oleh Effendi 1998 dengan berjalannya program UKS di sekolah meningkatkan perilaku kesehatan murid sehingga menimbulkan suasana yang
harmonis dalam lingkungan sekolah.
5.5 Gambaran Perbandingan Sikap Mengenai Perilaku Hidup Bersih dan