tablet kjeldahl. Sampel dididihkan sampai berwarna jernih sekitar 1-1,5 jam; didinginkan dan dipindahkan ke alat destilasi. Lalu dibilas dengan air
sebanyak 5-6 kali dengan akuades 20 ml dan air bilasan tersebut juga dimasukkan di bawah kondensor dengan ujung kondensor terendam di dalamnya.
Ke dalam tabung reaksi ditambahkan larutan NaOH 40 sebanyak 20 ml. Cairan dalam ujung kondensor ditampung dengan erlenmeyer 125 ml berisi larutan
H
3
BO
3
dan 3 tetes indikator campuran metil merah 0,2 dalam alkohol dan metilen blue 0,2 dalam alkohol dengan perbandingan 2:1 yang ada di bawah
kondensor. Destilasi dilakukan sampai diperoleh kira-kira 200 ml destilat yang bercampur dengan H
3
BO
3
dan indikator dalam erlenmeyer. Destilat dititrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah.
Hal yang sama juga dilakukan terhadap blanko. Kadar protein dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Faktor konversi = 6,25
3.4.4 Analisis pH Apriyantono et al. 2002
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Daging sapi ditimbang sebanyak 5 gram kemudian dihomogenasi dengan 90 ml air destilat.
Kemudian pH homogenasi diukur dengan menggunakan pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi dengan buffer standar pH 4 dan 7.
3.4.5 Analisis derajat deasetilasi Khan et al. 2002
Penentuan derajat deasetilasi kitosan dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometer Infra Red FTIR. FTIR ini menggunakan panjang gelombang
berkisar antara 4000 cm
-1
sampai dengan 400 cm
-1
. Penentuan derajat deasetilasi DD kitosan diukur dengan menggunakan FTIR. Puncak tertinggi dicatat dan
diukur dari garis dasar yang dipilih. Nilai absorbans dapat diukur dengan menggunakan rumus :
Protein = N x Faktor konversi Nitrogen =
�� � � � � ,
�
�
dengan P
=jarak antara garis dasar dengan garis singgung antara dua puncak tertinggi dengan panjang gelombang 1655 cm
-1
atau 3450 cm
-1
P =jarak antara garis dasar dengan lembah terendah dengan panjang
gelombang 1655 cm
-1
atau 3450 cm
-1
A =absorbans panjang gelombang 1655 cm
-1
atau 3450 cm
-1
Derajat deasetilasi DD dapat dihitung dengan membandingkan nilai absorbans pada bilangan gelombang 1655 cm
-1
serapan pita amida dengan bilangan gelombang 3450 cm
-1
serapan pita hidroksi, kitin yang tidak terdeasetilasi menghasilkan nilai perbandingan A
1655
A
3450
= 1,33. DD dihitung dengan persamaan :
Keterangan : A
1655
: nilai absorbansi pada 1655 cm
-1
A
3450
: nilai absorbansi pada 3450 cm
-1
3.4.6 Uji mikrobiologi atau Total Plate Count TPC Fardiaz 1992
Prinsip kerja dari analisis TPC adalah perhitungan jumlah koloni bakteri yang ada di dalam sampel dengan pengenceran sesuai keperluan dan dilakukan
secara duplo. Seluruh pekerjaan dilakukan secara aseptik untuk mencegah kontaminasi yang tidak diinginkan dan pengamatan secara duplo dapat
meningkatkan ketelitian. Jumlah koloni bakteri yang dapat dihitung adalah cawan petri yang mempunyai koloni bakteri antara 30-300 koloni.
Sebanyak 10 gram sampel yang dihaluskan terlebih dahulu, dilarutkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 90 ml larutan NaCl 0,85 larutan garam
fisiologisgarfis sehingga didapatkan pengenceran 10
-1
. Sebanyak 1 ml dari larutan tersebut dipipet, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah
berisi 9 ml larutan garam fisiologis untuk memperoleh pengenceran 10
-2
. �� � � ��� � �� = −
� �
� ,
�
A
=
���
� �
Pengenceran dilakukan sampai didapat pengenceran 10
-5
dan disesuaikan dengan pendugaan tingkat kebusukan daging sapi pada saat pengamatan. Dari setiap
tabung reaksi pengenceran tersebut diambil dengan menggunakan pipet sebanyak 1 ml selanjutnya dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah disterilkan. Setiap
pengenceran dilakukan secara duplo. Kemudian setiap cawan tersebut digerakkan secara melingkar di atas meja supaya media NA merata. Setelah NA membeku,
cawan petri diinkubasi dalam inkubator selama 48 jam pada suhu 30
o
C, cawan petri tersebut diletakkan secara terbalik.
Setelah masa inkubasi, koloni yang tumbuh pada cawan petri dihitung dengan jumlah koloni yang dapat diterima 30-300 koloni percawan. Nilai TPC
dapat dihitung dengan memakai rumus berikut:
Data yang dilaporkan sebagai Standard Plate Count SPC harus mengikuti syarat-syarat sebagai berikut:
1 Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka, yaitu angka pertama dan
kedua. Jika angka ketiga sama dengan atau lebih besar dari lima, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi dari angka kedua.
2 Jika semua pengenceran yang dibuat untuk pemupukan menghasilkan kurang
dari 30 koloni pada cawan petri, hanya koloni pada pengenceran terendah yang dihitung, hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan
faktor pengencer, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan. 3
Jika semua pengenceran yang dibuat untuk pemupukan menghasilkan lebih dari 300 koloni, hanya jumlah koloni pada pengenceran tertinggi yang
dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 300 dikalikan dengan faktor pengencer.
4 Jika cawan dari dua tingkat pengenceran menghasilkan koloni dengan jumlah
antara 30-300, dimana perbandingan antara jumlah koloni tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran tersebut lebih dari satu atau sama dengan
dua, maka tentukan rata-rata dari kedua nilai tersebut dengan memperhitungkan pengencerannya. Jika perbandingan antara nilai tertinggi
Unit per ml atau per gr = Jumlah koloni per cawan x
dan nilai terendah lebih besar dari dua, maka yang dilaporkan hanya hasil nilai terkecil.
5 Jika digunakan dua cawan petri duplo pengenceran, data yang diambil harus
dari kedua cawan tersebut.
3.4.7 Pengamatan mikrostruktur Edible Coating dengan Scanning Electron