Uji mikrobiologi atau Total Plate Count TPC Fardiaz 1992

dan nilai terendah lebih besar dari dua, maka yang dilaporkan hanya hasil nilai terkecil. 5 Jika digunakan dua cawan petri duplo pengenceran, data yang diambil harus dari kedua cawan tersebut.

3.4.7 Pengamatan mikrostruktur Edible Coating dengan Scanning Electron

Microscopy SEM Lin et al. 2002 Pengamatan terhadap mikrostruktur edible coating yang terbentuk pada daging sapi diamati dengan Scanning Electron Microscopy SEM. Prinsip alat ini yaitu pancaran elektron yang diradiasi terhadap specimen akan menyebabkan adanya elektron yang meloncat dan sebagian yang lain diserap. Jika sampel tidak memiliki konduktivitas elektrik, elektron yang diserap akan memberikan arus pada spesimen. Hal ini menyebabkan terjadinya kesalahan pengamatan. Sehingga untuk menghindari kesalahan ini dilakukan pelapisan metal dalam ruang hampa, pengamatan dengan accelerating voltage rendah, dan pengamatan dalam tingkat kehampaan untuk mencegah spesimen menerima arus. Analisis ini menggunakan alat SEM JEOL JSM 5310 LV Scanning Microscope. Preparasi sampel untuk pengamatan ini dimulai dengan pengeringan sampel dengan freeze drying sampai kadar air mencapai 2 atau kurang. Sampel yang sudah kering dipotong dengan ukuran 0,5 cm x 0,5 cm. Setelah preparasi, sampel diletakkan pada logam yang dilapisi karbon untuk selanjutnya dilakukan pelapisan emas Au 300 Å di dalam Magnetron Sputtering Device yang dilengkapi dengan pompa vakum. Pada proses vakum terjadi loncatan logam emas ke arah sampel, sehingga melapisi sampel. Sampel yang telah dilapisi emas diletakkan pada lokasi sampel dalam mikroskop elektron, dan dengan terjadinya tembakan elektron ke arah sampel, maka akan terekam ke dalam monitor dan kemudian dilakukan pemotretan.

3.5 Rancangan Percobaan dan Analisis Data Steel dan Torrie 1993

Rancangan percobaan pada penelitian utama digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan konsentrasi kitosan terhadap parameter subjektif dan objektif yaitu rancangan acak lengkap RAL. Perlakuan yang diberikan yaitu konsentrasi kitosan. Perlakuan konsentrasi kitosan terdiri dari 4 taraf, yaitu K0 daging sapi tanpa penambahan kitosankontrol, K1 daging sapi dengan penambahan kitosan 1, K2 daging sapi dengan penambahan kitosan 2 dan K3 daging sapi dengan penambahan kitosan 3. Menurut Steel dan Torie 1993 dengan model uji rancangan acak lengkap sebagai berikut : Keterangan : Y ij = nilai pengamatan pada suatu perlakuan ke-i i = 1,2,3,4, ulangan ke-j j = 1, 2 µ = nilai rata-rata τ i = pengaruh perlakuan konsentrasi kitosan ke-i i = 1,2,3,4 ε ij = galat pada perlakuan ke i i = 1,2,3,4 dan ulangan ke j j = 1, 2 i = perlakuan ke i j = ulangan ke j Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini bterdiri dari 1 perlakuan yaitu penambahan kitosan dengan konsentrasi yang berbeda dan dilakukan penyimpanan selama 4 hari. Perlakuan daging sapi terdiri dari 4 taraf, yaitu : 1. Kontrol kitosan 0 2. Kitosan 1 3. Kitosan 2 4. Kitosan 3 Data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam oneway ANOVA. Apabila hasil analisis ragam memberikan pengaruh yang berbeda nyata tolak H o , maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan. Analisis data hasil uji selama penyimpanan menggunakan uji deskriptif. Uji deskriptif dilakukan untuk melihat pengaruh penggunaan kitosan dengan konsentrasi yang berbeda terhadap beberapa parameter yang diamati, berupa analisis pH daging, analisis kadar protein dan analisis kadar air pada penyimpanan hari ke- 0, 2 dan 4, sedangkan analisis mikrostruktur daging sapi dengan perlakuan konsentrasi 1 dilakukan dengan pengamatan menggunakan Scanning Electron Microscopy SEM Yij = µ + αi + ε ij 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Tahapan penelitian pendahuluan ini dilakukan untuk mengetahui mutu kitosan komersil yang digunakan, antara lain meliputi kadar air, kadar abu, kadar nitrogen, kadar protein, derajat deasetilasi, bentuk patikel dan warna larutan.

4.1.1 Identifikasi kitosan komersil

Kitosan merupakan komponen glukosamin dan juga merupakan turunan kitin melalui proses deasetilasi dan banyak terkandung pada lapisan cangkang kepiting, krustasea dan juga terdapat pada serangga, alga, diatom dan kapang Rinaudo 2006. Kitin dan kitosan merupakan senyawa kimia yang mudah menyesuaikan diri, hidrofobik, memiliki reaktivitas kimia yang tinggi yang disebabkan oleh kandungan gugus OH dan gugus NH 2 yang bebas serta ligan yang bervariasi Prashanth dan Tharanathan 2006. Kitosan yang digunakan pada penelitian ini adalah kitosan komersil yang didapatkan dari PT. Vital House Indonesia Gambar 4. Kitosan tersebut kemudian dilarutkan dalam asam organik yaitu asam asetat dengan konsentrasi 1,5 vv. Pemilihan pelarut kitosan yaitu asam asetat 1,5 yang digunakan untuk melarutkan kitosan didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ornum 1992, pelarut kitosan yang baik adalah asam formiat dan asam asetat dengan konsentrasi masing-masing 0,2-1,0 dan 1,0-2,0. Kitosan lebih mudah larut dalam asam asetat 1-2 dan akan membentuk suatu garam ammonium asetat Tang et al. 2007. Gambar 4 Kitosan