Edible Coating Efek daya hambat kitosan sebagai edible coating terhadap mutu daging sapi selama penyimpanan suhu dingin

Tabel 3 Batas maksimum cemaran mikroba pada daging cfug No Jenis cemaran mikroba Batas maksimum cemaran mikroba Daging segarbeku Daging tanpa tulang 1. Angka lempeng total bakteri ALTB 1x10 4 1x10 4 2. Escherichia coli 5x10 1 5x10 1 3. Staphylococcus aureus 1x10 1 1x10 1 4. Clostridium sp. 5. Salmonella sp. negatif negatif 6. Coliform 1x10 2 1x10 2 7. Enterococci 1x10 2 1x10 2 8. Campylobacter sp. 9. Listeria sp. Keterangan : dalam satuan MPNgram dalam satuan kualitatif Sumber: BSN 2000 Tabel 4 Syarat mutu mikrobiologis daging sapi No. Jenis uji Satuan Persyaratan 1. Total Plate Count TPC cfug 1x10 6 2. Coliform cfug 1x10 2 3. Staphylococcus aureus cfug 1x10 2 4. Salmonella sp. per 25 g negatif 5. Escherichia coli cfug 1x10 1 Sumber: BSN 2008

2.3 Edible Coating

Edible coating merupakan suatu lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan, dibentuk untuk melapisi makanan coating atau diletakkan di antara komponen makanan yang berfungsi sebagai penghalang terhadap perpindahan massa kelembaban, oksigen, cahaya, lipid, zat terlarut, sebagai pembawa aditif, untuk meningkatkan penanganan suatu makanan dan merupakan barrier terhadap uap air dan pertukaran gas O 2 dan CO 2 Bourtoom 2008. Edible coating dapat melindungi produk segar dan dapat juga memberikan efek yang sama dengan modified atmosphere storage dengan menyesuaikan komposisi gas internal. Keberhasilan edible coating untuk buah tergantung pada pemilihan film atau coating yang memberikan komposisi gas internal yang dikehendaki sesuai untuk produk tertentu Park 2002. Komponen edible coating terdiri dari tiga kategori yaitu hidrokoloid, lipid dan kombinasinya. Hidrokoloid terdiri atas protein, turunan selulosa, alginat, pektin, tepung starch dan polisakarida lainnya, sedangkan lipid terdiri dari lilin waxs, asilgliserol dan asam lemak Krochta dan Mulder-Johnston 1997. Edible coating biasanya langsung digunakan dan dibentuk diatas permukaan produk misalnya buah-buahan dan sayuran yang bertujuan untuk meningkatkan mutu produk. Hal yang sama juga dikemukakan oleh McHugh dan Senesi 2000, bahwa edible coating berfungsi sebagai penahan barrier dalam pemindahan panas, uap air, O 2 dan CO 2 atau dengan adanya penambahan bahan tambahan misalnya bahan pengawet dan zat antioksidan maka dapat dinyatakan bahwa kemasan tersebut memiliki kemampuan antimikroba dan antioksidan. Wong et al. 1994 menyatakan, bahwa secara teoritis bahan edible coating harus memiliki sifat antara lain, menahan kehilangan kelembaban produk, memiliki permeabilitas selektif terhadap gas tertentu, mengendalikan perpindahan padatan terlarut untuk mempertahankan warna pigmen alami dan gizi, berfungsi sebagai pengawet dan mempertahankan warna sehingga menjaga mutu produk. Kemasan dengan sifat antimikroba diharapkan dapat mencegah kontaminasi patogen dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme pembusuk yang terdapat dalam permukaan bahan pangan. Substansi antimikroba yang diformulasikan dalam bahan pangan atau pada permukaan bahan pangan tidak cukup untuk mencegah pertumbuhan bakteri patogen dan mikroorganisme pembusuk dalam bahan pangan Ouattara et al. 2000. Kitosan merupakan salah satu jenis polisakarida turunan kitin mempunyai sifat dapat membentuk film yang kuat, elastis, fleksibel dan sulit dirobek sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengemas Butler et al. 1996. Jenis kemasan yang banyak dibuat dari kitosan adalah jenis edible film atau coating. Sifatnya yang edible dapat dimakan merupakan keunggulan kitosan sehingga dapat digolongkan ke dalam bahan kemasan yang ramah lingkungan. Sifat lain dari kitosan sebagai bahan edible coating adalah sebagai penahan barrier yang baik bagi gas dan uap air karena struktur matriksnya. Sifat barrier kitosan ini lebih baik dari pada polimer berbasis makhluk hidup biobased polymer lainnya. Kitosan juga mempunyai sifat antimikrobial dan biodegradable Steinbüchel dan Rhee 2005 diacu dalam Bourtoom 2008. Menurut Alamsyah 2006 diacu dalam Suptijah et al. 2006 menyatakan bahwa penggunaan kitosan sebagai bahan pengawet dan edible coating yang efektif untuk mencegah kerusakan kualitas dan memperpanjang umur simpan produk pangan sangatlah potensial. Menurut, Durango et al. 2006 menyebutkan penggunaan kitosan 1,5 dengan penambahan yam starch pada pembuatan edible coating untuk produk wortel yang diolah dengan proses minimal menjadi alternatif dalam menghambat pertumbuhan bakteri asam laktat, total coliform, kamir dan kapang selama penyimpanan. Beberapa teknik aplikasi edible coating menurut Krochta et al. 1994, yaitu : 1. Pencelupan dipping Proses ini biasanya digunakan dalam produk yang memiliki permukaan kurang rata. Setelah pencelupan kelebihan bahan setelah coating biasanya dibiarkan terbuang. Produk kemudian dibiarkan dingin hingga edible coating menempel. Teknik ini telah diaplikasikan pada daging, ikan, produk ternak buah dan sayuran. 2. Penyemprotan sprying Teknik ini menghasilkan produk dengan lapisan tipis dan biasa digunakan untuk produk yang mempunyai dua sisi, seperti pada produk pizza. 3. Pembungkusan Teknik ini digunakan untuk pembentukan film yang berdiri sendiri atau terpisah dari produk. Teknik ini diadobsi dari teknik yang dikembangkan untuk yang bukan pelapisan 4. Pemolesan brushing. Teknik ini digunakan untuk memoleskan edible coating pada produk. Edible film atau coating telah diteliti kemampuannya dalam mengurangi kehilangan akan air, oksigen, aroma, dan bahan terlarut pada beberapa produk. Sehingga ini menjadi salah satu metode paling efektif untuk menjaga kualitas makanan. Kemampuan ini dapat ditingkatkan lagi dengan penambahan antioksidan, antimikroba, pewarna, flavor, fortified nutrient dan rempah. 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai Januari 2011, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan, Laboratorium Diversifikasi dan Formulasi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Laboratorium Pengolahan Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB dan PUSLIT Biologi dan Zoologi LIPI Cibinong Bogor.

3.2 Alat dan Bahan