91
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, bahwa kepemilkan instistusional bukanlah variabel pemoderasi hubungan manajemen laba
terhadap return saham, ini dapat diartikan bahwa ada atau tidak adanya saham oleh kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan
dengan aktivitas manajemen laba terhadap return saham. Hal ini terjadi karena perusahaan akan tetap melakukan manajemen laba atau tidak
melakukan manajemen laba dengan atau tanpa adanya kepemilikan institusional. Sehingga kepemilikan institusional tidak menjadi motivasi
bagi seorang manajer perusahaan melakukan aktivitas manajemen laba. Penelitian ini mendukung penelitian Nur’ainy 2009 dan Sugiyanto
2011 yang menemukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara kepemilikan institusional dengan return saham. Namun tidak sejalan
dengan penelitian Herawaty 2008, Ferdiansyah dan Purnamasari 2012 serta Ajiwanto dan Herawati 2013 yang menemukan bahwa terdapat
pengaruh antara kepemilikan institusional dengan return saham.
5. Interaksi antara Manajemen Laba dengan Komite Audit terhadap
Return Saham
Hasil moderated regresion analysis MRA atau uji interaksi menunjukkan bahwa variabel manajemen laba, komite audit dan moderasi
komite audit mampu menjelaskan 2.8 return saham. Manajemen laba, komite audit dan moderasi komite audit secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap return saham. Namun secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham. Variabel moderasi komite audit menunjukkan
92
tingkat signifikansi sebesar 0.458 0.005, hal ini menandakan bahwa komite audit bukanlah variabel pemoderasi hubungan antara manajemen
laba terhadap return saham. Berdasarkan hasil perhitungan ditemukan bahwa komite audit
bukanlah variabel pemoderasi hubungan manajemen laba terhadap return saham, ini dapat diartikan bahwa komposisi komite audit tidak
berpengaruh secara signifikan dengan praktik manajemen laba terhadap return
saham. Hal ini terjadi karena diberlakukannya peraturan Kep- 643BL2012 Peraturan No. IX.I.5 tentang komposisi komite audit yaitu
terdapat minimal satu komisaris independen yang merangkap sebagai ketua komite audit dan 2 orang lainnya berasal dari pihak luar. Dengan
adanya peraturan ini, maka rata-rata komposisi komite audit perusahaan yang dijadikan sample penelitian sama besar, sehingga tidak dapat dilihat
pengaruhnya dalam memoderasi hubungan manajemen laba terhadap return
saham. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Melzatia
2004 dan Ajiwanto dan Herawati 2013, menemukan bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Namun tidak
sejalan dengan penelitian Herawaty 2008, menemukan bahwa komite audit berhasil memoderasi hubungan earnings management terhadap nilai
perusahaan.
93
6. Interaksi antara Manajemen Laba dengan Komisaris Independen
terhadap Return Saham
Hasil moderated regresion analysis MRA atau uji interaksi menunjukkan bahwa variabel manajemen laba, komisaris independen dan
moderasi komisaris independen mampu menjelaskan 2.8 return saham. Manajemen laba, komisaris independen dan moderasi komisaris
independen secara simultan berpengaruh terhadap return saham. Namun secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham. Variabel moderasi
komite audit menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0.993 0.005, hal ini menandakan bahwa komisaris independen bukanlah variabel
pemoderasi hubungan antara manajemen laba terhadap return saham. Berdasarkan hasil perhitungan ditemukan bahwa komisaris independen
bukanlah variabel pemoderasi hubungan manajemen laba terhadap return saham, ini dapat diartikan bahwa komposisi komisaris independen tidak
berpengaruh secara signifikan dengan praktik manajemen laba terhadap return
saham. Hal ini terjadi karena dalam Undang-undang RI No. 40 tahun 2007 pasal 108 diatur mengenai komposisi komisaris independen
yaitu minimal terdapat 1 orang komisaris independen dan 2 orang anggota komisaris. Adanya peraturan ini membuat komposisi komisaris
independen antar perusahaan sama besarnya, karena memiliki komposisi komisaris independen yang sama maka variabel ini tidak memiliki
pengaruh terhadap hubungan manajemen laba terhadap return saham.
94
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sugiyanto 2011 dan Ajiwanto dan Herawati 2013, yang menemukan bahwa
komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Namun tidak sejalan dengan penelitian Herawaty 2008 menemukan
bahwa komisaris independen mampu mengurangi pengaruh manajemen laba terhadap return saham.
95
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Good Corporate Governance
GCG dan kualitas audit dalam memoderasi hubungan manajemen laba terhadap return saham. Sampel penelitian ini berjumlah 258
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 sampai dengan 2014. Berdasarkan data yang telah dikumpulan dan hasil
pengujian yang telah dilakukan terhadap rumusan masalah dengan menggunakan analisis regresi dan model regresi moderate uji interaksi atau
lebih dikenal dengan nama MRA Moderated Regresion Analysis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham dengan tingkat signifikansi sebesar 0.002.
.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ferdiansyah dan Purnamasari 2012,
namun bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bangun dan Safei 2011 serta Nuryaman 2013 yang menemukan adanya pengaruh
negatif dan signifikan antara manajemen laba terhadap return saham. 2. Interaksi antara manajemen laba dengan kualitas audit berpengaruh
signifikan terhadap return saham. Hal ini dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat signifikansi variabel moderasi sebesar 0.043. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Nuryaman 2013 dan Herawaty 2008 bahwa kualitas audit berhasil memoderasi hubungan manajemen laba dengan