Peran Good Corporate Governance dan Kualitas Audit dalam Memoderasi Hubungan Manajemen Laba terhadap Return Saham

(1)

i PERAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS

AUDIT DALAM MEMODERASI HUBUNGAN MANAJEMEN LABA TERHADAP RETURN SAHAM

Oleh:

Inayah Ats’tsaqafiyah

NIM : 1112082000009

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ii

PERAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT DALAM MEMODERASI HUBUNGAN MANAJEMEN

LABA TERHADAP RETURN SAHAM

Oleh:

Inayah Ats’tsaqafiyah NIM : 1112082000009

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Inayah Ats’tsaqafiyah

2. Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 09 Agustus 1994 3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Anak ke- dari : 3 dari 6 bersaudara

6. Alamat : Perum. Kopra Blok B9/No 4

Bumi Ciangsana Damai

Kec. Gunung Putri, Kab. Bogor 16968

7. Telepon : 085711597216

8. Email : inayahat@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. RA Al-Jihad Tahun 1999-2000

2. MI Al-Jihad Tahun 2000-2002

3. SDN Danau Batur Tahun 2002-2003

4. SDS Hang Tuah 7 Tahun 2003-2006

5. SMPN 9 Bekasi Tahun 2006-2009

6. SMAN 7 Bekasi Tahun 2009-2012

7. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012-2016

III. LATAR BELAKANG ORANG TUA

1. Ayah : Wahyudin

2. Ibu : Zainiah Sulaiman

9. Alamat : Perum. Kopra Blok B9/No 4

Bumi Ciangsana Damai

Kec. Gunung Putri, Kab. Bogor 16968


(8)

viii

ROLE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE AND AUDIT QUALITY IN MODERATED RELATIONS BETWEEN EARNINGS

MANAGEMENT ON STOCK RETURN ABSTRACT

This research purpose is to find the role of good corporate governance and audit quality in moderated relations between earnings management on stock return. This research using secondary data asa sample of 258 manufacturing companies listed Indonesia Stock Exchange on period 2012-2014 with purposive sampling method.

Role of good corporate governance proxied by managerial stock ownership, institusional stock ownership, audit committee, independent commissioner. Audit quality proxied by dummy variable, score 1 for the big four accountant public and 0 for non big four. Earnings management proxied by Discretionary Accruals modified Jones method. Stock return proxied by actual return. Variables on this research are be measured by regression analysis and Moderated Regresion Analysis (MRA).

Result of this research find that earnings management has positve and significant impact on stock return and find that only managerial stock ownership and audit quality can be a moderating variable in the relations earnings management on stock return.

Keyword: good corporate governance, managerial stock ownership, institusional stock ownership, audit committee, independent commissioner, audit quality, earnings management, stock return.


(9)

ix

PERAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT DALAM MEMODERASI HUBUNGAN MANAJEMEN LABA TERHADAP

RETURN SAHAM ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran good corporate governance dan kualitas audit dalam memoderasi hubungan manajemen laba terhadap return saham. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan sampel 258 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014 dan diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling.

Peran good corporate governance diproksikan dengan menggunakan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit dan komisaris independen. Kualitas audit menggunakan variabel dummy, dimana angka 1 untuk KAP The Big Four dan angka 0 untuk KAP Non Big Four. Manajemen laba diproksikan dengan Discretionary Accruals model modified Jones. Return saham diproksikan dengan actual return. Variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan model regresi dan Moderated Regresion Analysis (MRA) untuk menilai hipotesis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara manajemen laba terhadap return saham, serta menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan kualitas audit berhasil memoderasi hubungan manajemen laba dan return saham.

Kata kunci: good corporate governance, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, komisaris independen, kualitas audit, manajemen laba, return saham.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Assalmu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Good Corporate Governance dan Kualitas Audit dalam Memoderasi Hubungan Manajemen Laba terhadap Return Saham”

dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. teladan bagi insan di muka bumi.

Skripsi ini merupakan tugas yang diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu tersusunnya skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tua (Umi dan Abi) yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, doa serta dukungan finansial yang tiada hentinya kepada penulis. 2. Bapak Dr.Arief Mufraini,Lc.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Yessi Fitri,SE,M.Si.,Ak.,CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Hepi Prayudiawan,SE.,MM.,Ak.,CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dr. Yahya Hamja,MM selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, serta memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Reskino,SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, serta dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.


(11)

xi

8. Kedua orang kakak (Zahrotul Wardah dan Fahrunnisa) serta tiga orang adik (Arfan Zidni, Irfan Zidni dan Abdan Syakura) yang telah memberikan doa, motivasi dan inspirasi dan bantuan yang tiada hentinya kepada penulis.

9. Tody Isfitazli yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, motivasi dan doa serta meluangkan banyak waktu kepada penulis. Terima kasih.

10.Sahabat dan keluarga di kampus (Anin, Elsa, Haifa, Laila, Lidiyna, Muthia, Nida, Nova, Opi, Rini, Tasya, Tuti) yang telah memberikan semangat dan membantu penulis. See you on top!

11.Teman seperjuangan dari mulai Ujian Komprehensif hingga Sidang Skripsi (Elsa, Nida, Rita, Yudhi & Refan), terima kasih atas semangat dan doanya. Bangga bisa bersama-sama kalian hingga selesai.

12.Teman seperjuangan alias Perempuan Tangguh (Desi, Dina, Indah, Lia) yang berjuang bersama penulis, menemani penulis dan membantu serta memberikan motivasi kepada penulis.

13.Seluruh teman Akuntansi 2012 (khususnya Akuntansi A dan Kelas Konsentrasi Audit) yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.

14.KKN Katulistiwa (Anita, Aziz, Givela, Haris, Ica, Ijal, Joni, Mba Ulya, Miqdad, Qori, Vita, Windy, Yunisa, dan Zakky) yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.

Akhir kata, Penulis sadar bahwa skripsi ini masih perlu banyak saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, Maret 2016


(12)

xii DAFTAR ISI

COVER

COVER DALAM……… ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI………. iii

LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF……….. iv

LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI……….. v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……… vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………... vii

ABSTRACT……….. viii

ABSTRAK……….. ix

KATA PENGANTAR………. x

DAFTAR ISI……… xii

DAFTAR TABEL……… xv

DAFTAR GAMBAR………... xvi

DAFTAR LAMPIRAN……… xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Perumusan Masalah………... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur………... 12

1. Agency Theory……….. 12

2. Signaling Theory……….. 14

3. Manajemen Laba……….. 16

4. Kualitas Audit……….. 20

5. Good Corporate Governance…………... 21

6. Pasar Modal………. 27

7. Return Saham……….. 30

B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu………... 33


(13)

xiii

D. Perumusan Hipotesis……….. 42

1. Pengaruh Manajemen laba dengan Return Saham…. 42 2. Hubungan Manajemen Laba dengan Kualitas Audit terhadap Return Saham... 43

3. Hubungan Manajemen Laba dengan Kepemilikan Manajerial terhadap Return Saham……… 44

4. Hubungan Manajemen Laba dengan Kepemilikan Institusional terhadap Return Saham………. 45

5. Hubungan Manajemen Laba dengan Komite Audit terhadap Return Saham……….. 46

6. Hubungan Manajemen Laba dengan Komisaris Independen terhadap Return Saham……….. 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian………... 49

B. Metode Penentuan Sampel……….. 49

C. Metode Pengumpulan Data………. 50

D. Metode Analisis Data……….. 50

1. Statistik Deskriptif………. 50

2. Uji Asumsi Klasik………. 50

a. Uji Multikolonieritas………... 50

b. Uji Autokolerasi……….. 51

c. Uji Heteroskedastisitas……… 51

d. Uji Normalitas………. 52

3. Uji Hipotesis………. 53

a. Analisis Regresi……….. 53

b. Moderated Regression Analysis (MRA)…………. 54

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian………... 58

1. Return Saham (Y)………. 58

2. Manajemen Laba (X1)……….. 58

3. Kualitas Audit (X2)……….. 60


(14)

xiv

5. Kepemilikan Institusional (X4)………. 61

6. Komite Audit (X5)………. 61

7. Komisaris Independen (X6)……….. 61

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian……… 62

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian………. 63

1. Statistik Deskriptif………. 63

2. Hasil Uji Asumsi Klasik……… 65

3. Hasil Uji Hipotesis……… 70

C. Pembahasan……… 85

1. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Return Saham… 85 2. Interaksi antara Manajemen Laba dengan Kualitas Audit terhadap Return Saham………. 87

3. Interaksi antara Manajemen Laba dengan Kepemilikan Manajerial terhadap Return Saham……… 89

4. Interaksi antara Manajemen Laba dengan Kepemilikan Institusional terhadap Return Saham………. 90

5. Interaksi antara Manajemen Laba dengan Komite Audit terhadap Return Saham……….. 91

6. Interaksi antara Manajemen Laba dengan Komisaris Independen terhadap Return Saham……….. 93

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……… 95

B. Implikasi……… 98

C. Keterbatasan……….. 100

D. Saran……….. 100

DAFTAR PUSTAKA……… 102


(15)

xv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu 34

4.1 Tahapan Seleksi Sampel 63

4.2 Statistik Deskriptif 63

4.3 Hasil Uji Multikolonieritas 65

4.4 Hasil Uji Autokolerasi 66

4.5 Hasil Uji Glejser 68

4.6 Hasil Uji Koefiensi Determinasi (R2) Variabel Y dan X1 71

4.7 Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X1 dan X2 71

4.8 Hasil Uji Koefiensi Determinasi (R2) Variabel Y, X1 dan X2 72

4.9 Hasil Uji Statistik F Variabel Y, X1 dan X2 73

4.10 Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X1 dan X2 74

4.11 Hasil Uji Koefiensi Determinasi (R2) Variabel Y, X1 dan X3 75

4.12 Hasil Uji Statistik F Variabel Y, X1 dan X3 76

4.13 Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X1 dan X3 77

4.14 Hasil Uji Koefiensi Determinasi (R2) Variabel Y, X1 dan X4 78

4.15 Hasil Uji Statistik F Variabel Y, X1 dan X4 79

4.16 Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X1 dan X4 80

4.17 Hasil Uji Koefiensi Determinasi (R2) Variabel Y, X1 dan X5 81

4.18 Hasil Uji Statistik F Variabel Y, X1 dan X5 81

4.19 Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X1 dan X5 82

4.20 Hasil Uji Koefiensi Determinasi (R2) Variabel Y, X1 dan X6 83

4.21 Hasil Uji Statistik F Variabel Y, X1 dan X6 84


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1.1 Kasus Eksekusi Tindak Pindana Korupsi di Indonesia 6

2.1 Kerangka Pemikiran 40

4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas 67

4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram 69


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Perhitungan Variabel Independen 107

2 Perhitungan Variabel Dependen 121

3 Perhitungan Variabel Moderasi 130


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah perusahaan didirikan untuk mendapatkan laba yang berkelanjutan dan tetap bertahan serta menguasai pasar yang ada. Dengan seluruh kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan dari segi keuangan berupa modal, maupun segi non-keuangan berupa sumber daya manusia (tenaga kerja), perusahaan diharapkan mampu mencapai target atau tujuan perusahaan berdasarkan visi-misi yang telah dirumuskan. Sejalan dengan perkembangan ekonomi yang semakin pesat, tidak dapat dipungkiri bahwa keuangan dapat menjadi salah satu penghambat perusahaan untuk dapat tetap bertahan dan berada pada posisi teratas atau menguasai pasar. Banyak cara yang dapat ditempuh oleh perusahaan untuk mengatasi masalah pendanaan, salah satunya dengan melakukan kredit kepada pihak bank. Dana (modal) yang diperlukan perusahaan untuk melakukan pembangunan semakin tinggi, sedangkan di lain pihak kemampuan pemerintah dalam menyediakan kebutuhan dana semakin terbatas. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, perekonomian Indonesia memerlukan alternatif sumber dana selain melalui kredit bank yaitu melalui pasar modal.

Menurut Samsul (2008) para emiten melihat pasar modal sebagai sarana untuk mencari tambahan modal. Paresetya (2011) menyatakan bahwa meningkatkan modal sendiri jauh lebih baik daripada meningkatkan modal pinjaman, khususnya untuk menghadapi persaingan yang semakin tajam di era


(19)

2

globalisasi. Untuk itu pasar modal memberikan solusi yang dapat dipertimbangkan dalam hal pendanaan yaitu dengan cara mengubah status perusahaan dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka melalui penawaran saham kepada pihak publik (Go Public) dan mencatatkan sahamnya di PT Bursa Efek Indonesia.

Saat perusahaan telah resmi terdaftar di Bursa Efek Indonesia maka segala hal yang berkaitan dengan kinerja perusahaan dilaporkan kepada publik dan akan sangat mendapat perhatian serius dari para calon investor. Perusahaan tersebut akan sangat berhati-hati dalam menerbitkan laporan keuangan serta hal-hal lain berkaitan dengan kinerja perusahaan karena akan menjadi pertimbangan investor dalam mengambil keputusan investasinya. Hal ini sejalan dengan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) no: KEP-431/BL/2012 menimbang dalam butir a bahwa “Laporan tahunan Emiten dan Perusahaan Publik merupakan sumber informasi penting tentang kinerja perusahaan dan prospek perusahaan bagi pemegang saham dan masyarakat sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.” Sehingga dapat disimpulkan bahwa laporan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan go public merupakan sumber informasi yang dijadikan acuan bagi pemegang saham untuk melakukan investasi.

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan pada dasarnya merupakan ringkasan kinerja perusahaan. Terdapat banyak sekali informasi yang termuat di dalam laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan,


(20)

3

diantaranya memuat informasi mengenai laba dan laporan tata kelola perusahaan yang baik (laporan good corporate governance). Menurut Bangun dan Safei (2011), menyatakan bahwa kebanyakan investor hanya menaruh perhatian pada informasi laba, tanpa memerhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Mengingat pentingnya informasi laba sebagai dasar pertimbangan seseorang mengambil keputusan investasi, maka pihak manajer perusahaan berusaha sebaik mungkin agar laba yang termuat dalam laporan tahunan publikasi memberikan sinyal positif kepada calon investor untuk melakukan investasi. Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan oleh pihak manejer perusahaan adalah dengan melakukan manajemen laba. Menurut Ferdiansyah dan Purnamasari (2012), mengingat pentingnya peranan laba dalam berbagai proses pengambilan keputusan, terdapat tendensi bagi manajer untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan perusahaan dengan berbagai motif tertentu yang dikenal dengan nama manajemen laba atau earnings management. Sulistyanto (2008) menyatakan bahwa manajemen laba dapat dikatakan sebagai upaya manajerial untuk mengintervensi informasi dalam laporan keuangan dengan cara memanfaatkan kebebasan memilih dan menggunakan metode akuntansi dan menentukan nilai estimasi akuntansi. Aktivitas manajemen laba dilakukan manajer dengan memanfaatkan kelemahan pihak lain yang tidak mempunyai sumber dan akses yang memadai untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan.

Menurut Sulistyanto (2008), aktivitas manajemen laba sebenarnya merupakan upaya manajer untuk memaksimalkan kesejahteraan dan


(21)

4

kepentingan pribadi. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meminimalkan aktivitas manajemen laba, diantaranya adalah dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Penerapan good corporate governance di Indonesia mulai terdengar pada tahun 1997 saat terjadi krisis ekonomi. Diambil dari website resmi BPKP (www.bpkp.go.id), corporate governance yang buruk disinyalir sebagai salah satu sebab terjadinya krisis ekonomi politik Indonesia yang dimulai tahun 1997 yang efeknya masih terasa hingga saat ini. Krisis tersebut mendorong pemerintah Indonesia untuk bersungguh-sungguh menyelesaikan masalah tata kelola perusahaan di Indonesia. Dalam buku Indonesia Corporate Governance Roadmap yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dijelaskan mengenai perkembangan lembaga pendukung pembentukan tata kelola perusahaan. Tahun 1991, melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri, dibentuklah Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) untuk merekomendasikan prinsip-prinsip GCG nasional. Tahun 2004, KNKCG diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang kemudian menerbitkan Pedoman Nasional Good Corporate Governance pertama kali pada tahun 1999, yang selanjutnya direvisi tahun 2001 dan 2006.

Penerapan good corporate governance di Indonesia semakin diperkuat dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan RI No. 88/PMK06/2015 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan pada Perusahaan Perseroan Terbatas (PT) di bawah Pembinaan dan Pengawasan Menteri Keuangan.


(22)

5

Dalam PMK tersebut setidaknya terdapat lima prinsip tata kelola perusahaan, diantaranya transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kewajaran. Penerapan good corporate governance melalui lima prinsip utama berupa transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungawaban dan kewajaran ini diharapakan dapat menjadi solusi untuk meminimalkan aktivitas manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan.

Aktivitas manajemen laba juga dianggap sebagai suatu tindak kecurangan (fraud) yang dilakukan oleh pihak manajer perusahaan. Menurut Bangun dan Safei (2011) menyatakan bahwa praktik manajemen laba dapat menjadi cikal bakal munculnya tindakan korupsi, fraud, dan tindakan penyelewengan lainnya yang dapat merugikan publik atau pemakai informasi keuangan. Berdasarkan laporan tahunan KPK yang dipublikasikan terdapat banyak sekali kasus tindak pidana korupsi yang merupakan perwujudan dari perilaku tidak bersih yang dilakukan oleh para pemegang kepentingan di sebuah instansi terkait. Dalam gambar 1.2 ditampilkan mengenai grafik Tindak Pidana Korupsi (TPK) yang dieksekusi di Indonesia tahun 2010 hingga 2014.


(23)

6 Gambar 1.1

Kasus Eksekusi Tindak Pindana Korupsi di Indonesia

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 48 kasus tindak pidana korupsi yang dieksekusi pada tahun 2014, 44 kasus pada tahun 2013, 32 kasus pada tahun 2012 serta 33 dan 38 kasus tindak pidana korupsi yang dieksekusi untuk tahun 2011 dan 2010. Dapat disimpulkan bahwa terdapat kecenderungan peningkatan kasus tindak pidana korupsi yang dieksekusi dari tahun 2010 hingga 2014.

Untuk mendeteksi terjadinya segala macam kecurangan yang kemungkinan dilakukan terhadap laporan keuangan, BAPEPAM dalam peraturan no: KEP-431/BL/2012 menyatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan merupakan laporan tahunan audited atau laporan keuangan yang telah diperiksa kewajarannya oleh auditor independen atau auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh auditor independen dinilai sudah sesuai dengan ketentuan akuntansi yang berlaku umum sehingga bisa dikatakan bahwa laporan keuangan audited sudah terbebas dari unsur ketidakwajaran.

0 10 20 30 40 50 60


(24)

7

Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Hussainey (2009), bahwa kualitas dari laporan audit yang dilakukan oleh KAP Big four memiliki kualitas yang lebih baik dalam mendeteksi ketidak-wajaran laporan keuangan. Hal itu dipatahkan mengingat terdapat kasus besar yang melibatkan KAP besar (saat itu disebut The Big five), seperti kasus Enron yang diaudit oleh KAP Arthur Enderson (saat itu termasuk Big five) terkait dengan kasus menyembunyikan utang dan mendongkrak laba lebih dari $1 milyar, menyogok pejabat asing untuk memenangkan kontrak di luar Amerika. Menurut Sagara dan Jalil (2009), kasus ini berdampak pada pembaharuan tatanan kondisi maupun regulasi praktik bisnis di Amerika Serikat, yaitu disahkannya Sarbanes Oxley Act (SOX) pada tahun 2002, sebagai tanggapan atas berbagai skandal korporasi. SOX diterbitkan dengan tujuan untuk melindungi para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan keandalan pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan.

Penerapan good corporate governance dan kewajiban perusahaan untuk dilakukan pemeriksaan (audit) oleh auditor eksternal dianggap sebagai solusi untuk dapat mengurangi aktivtas manajemen laba yang dapat dilakukan oleh pihak manajer perusahaan. Dengan diterapkannya GCG dan audit oleh pihak eksternal di dalam sebuah perusahaan, informasi yang termuat dalam laporan tahunan publikasi dapat menggambarkan kinerja perusahaan dengan lebih baik dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kinerja perusahaan ini kemudian akan dijadikan acuan oleh seseorang dalam mengambil keputusan melakukan investasi. Menurut Parasetya (2011), bahwa variasi harga saham


(25)

8

akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang akan menentukan tinggi rendahnya harga saham di pasar modal.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini dengan beberapa alasan. Pertama, penerbitan laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan go public akan menjadi hal yang sangat disoroti oleh para calon investor untuk menjadi bahan pertimbangan investasi mereka. Namun kenyataannya, laporan keuangan tersebut diduga dibuat dengan pertimbangan yang ditujukan untuk kesejahteraan pihak-pihak tertentu, salah satunya adalah pihak manajemen perusahaan melakukan aktivitas manajemen laba. Aktivitas manajemen laba ini kemungkinan dapat dibatasi dengan beberapa hal, diantaranya adalah peraturan yang berlaku di Indonesia mengenai keharusan adanya pemerikasaan (audit) atas laporan keuangan perusahaan go public yang diharapkan mampu untuk mengurangi aktivitas manajemen laba serta penerapan good corporate governance untuk dapat membatasi tindakan yang menguntungkan pihak tertentu. Aktivitas manajemen laba ini diduga akan berpengaruh terhadap return saham suatu perusahaan. Kedua, berbagai penelitian sebelumnya masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Peran Good Corporate Governance dan Kualitas Audit dalam Memoderasi Hubungan Manajemen Laba terhadap Return Saham” pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012 - 2014.


(26)

9

Penelitian yang sedang dilakukan saat ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nuryaman (2013) dan penelitian yang dilakukan oleh Sugiyanto (2011). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Variabel yang digunakan dalam penelitian Sugiyanto (2011) adalah good corporate governance yang diduga memperngaruhi return saham. Sedangkan, dalam penelitian ini, peneliti memposisikan good corporate governance sebagai variabel pemoderasi hubungan manajemen laba dengan return saham.

2. Populasi yang digunakan dalam penelitian Sugiyanto (2011) adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 dan populasi yang digunakan dalam penelitan Nuryaman (2013) adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010. Sedangkan, dalam penelitian ini populasi yang digunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah yang hendak diteiliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah manajemen laba berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham?

2. Apakah kualitas audit dapat memoderasi hubungan manajemen laba terhadap return saham?


(27)

10

3. Apakah kepemilikan manajerial dapat memoderasi hubungan manajemen laba terhadap return saham?

4. Apakah kepemilikan institusional dapat memoderasi hubungan manajemen laba terhadap return saham?

5. Apakah komite audit dapat memoderasi hubungan manajemen laba terhadap return saham?

6. Apakah komisaris independen dapat memoderasi hubungan manajemen laba terhadap return saham?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang:

a. Pengaruh negatif signifikan manajemen laba terhadap return saham.

b. Peran kualitas audit dalam memoderasi hubungan manajemen laba terhadap return saham.

c. Peran kepemilikan manajerial dalam memoderasi hubungan manajemen laba terhadap return saham.

d. Peran kepemilikan institusional dalam memoderasi hubungan manajemen laba terhadap return saham.

e. Peran komite audit dalam memoderasi hubungan manajemen laba terhadap return saham.


(28)

11

f. Peran komisaris independen dalam memoderasi hubungan manajemen laba terhadap return saham.

2. Manfaat Penelitian

a. Kontribusi Teoritis

1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi pengetahuan dan menambah wawasan mengenai pasar modal.

2) Masyarakat, sebagai sarana informasi dan menambah pengetahuan mengenai pasar modal.

3) Peneliti berikutnya, dapat diajadikan sebagai referensi dan pembanding bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

4) Penulis, sebagai sarana memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai pasar modal sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang.

b. Kontribusi Praktis

1) Perusahaan, sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan laporan keuangan dengan harapan perusahaan dapat menghindari aktivitas manajemen laba.

2) Investor, sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan investasi yang telah atau akan ditanam di pasar modal.


(29)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur 1. Agency Theory

Teori keagenan atau agency theory merupakan sebuah konsep hubungan antara principle (pemegang saham) dengan agent (manajer perusahaan), yang mengakibatkan asimetris informasi antara kedua belah pihak. Kodrat (2009) menyatakan bahwa masalah keagenan antara pemegang saham (pemilik perusahaan) dengan manajer perusahaan terjadi bila manajemen tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang saham tentu menginginkan manajer bekerja dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya, manajer perusahaan bisa saja bertindak tidak untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, tetapi memaksimumkan kemakmuran mereka sendiri.

Terdapat perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer perusahaan, dimana masing-masing pihak berusaha mencapai kemakmuran yang dikehendaki, sehingga muncullah asimetris informasi antara pemegang saham dengan manajer perusahaan. Sefiana (2009) menyatakan bahwa asimetris informasi antara pemegang saham dengan manajer dapat memberikan kesempatan kepada manajer perusahaan untuk melakukan manajemen laba dalam rangka menyesatkan pemegang saham mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Tindakan manajemen laba merupakan kecenderungan yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk


(30)

13

mendapatkan penilaian yang bagus atas kinerjanya. Pemilihan suatu tindakan yang menguntungkan salah satu dan merugikan pihak lainnya merupakan inti dari masalah keagenan.

Masalah keagenan ini perlu diselesaikan, Pearce dan Robinson (2008) menyatakan bahwa pemilik dapat mengambil tindakan-tindakan lain untuk meminimalkan masalah keagenan, salah satunya adalah dengan menciptakan tim eksekutif lintas unit-unit perusahaan yang berbeda dapat membantu memutuskan pengukuran kinerja pada sasaran organisasi daripada sasaran pribadi. Di Indonesia, yang termasuk tim eksekutif salah satunya adalah peran auditor eksternal dalam memeriksa kewajaran laporan keuangan dan kinerja perusahaan. Peran pihak eksternal, akan membatasi tindakan-tindakan yang menyebabkan masalah keagenan. Hal lain yang dapat dilakukan untuk meminimalkan masalah keagenan salah satunya adalah dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Seperti yang dinyatakan oleh Nur’ainy (2011), cara untuk mengatasi masalah kagenan tersebut dilakukan melalui implementasi tata kelola perusahaan yang baik (good corporate

governance). Dengan adanya penerapan GCG diharapkan masalah

keagenan antara pemegang saham (princple) dengan manajer perusahaan (agent) dapat berkurang.

Berdasarkan penjabaran di atas, bahwa masalah keagenan akan menimbulkan tindakan yang cenderung menguntungkan pihak tertentu dan merugikan pihak yang lainnya, dalam hal ini dikatakan bahwa manajemen


(31)

14

laba merupakan salah satu tindakan yang terjadi akibat adanya masalah keagenan atau kecendurungan yang akan dilakukan oleh manajer perusahaan karena terdapat asimetris informasi antara pemegang saham dengan manajer perusahaan. Peran auditor eksternal dan penerapan good

corporate governance diharapkan mampu meminimalkan masalah

keagenan, sehingga tidak lagi ada pihak yang melakukan tindakan untuk kepentingan tertentu.

2. Signaling Theory

Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatism yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstated. Dalam praktiknya, manajemen menerapkan kebijakan akuntansi konservatif dengan menghitung depresiasi yang tinggi yang akan menghasilkan laba rendah yang relatif permanen yang berarti tidak mempunyai efek sementara pada penurunan laba yang akan berbalik pada masa yang akan datang. Understatement laba dan aktiva bersih yang relatif permanen yang ditunjukkan melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari manajemen kepada investor bahwa manajemen telah menerapkan akuntansi konservatif untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Investor


(32)

15

diharapkan dapat menerima sinyal ini dan menilai perusahaan dengan lebih tinggi. (Hendrianto, 2012)

Saat perusahaan memilih untuk merubah status perusahaan dari persahaan tertutup menjadi terbuka atau dengan kata lain mendaftarkannya ke Bursa Efek Indonesia terjadilah pemberian sinyal oleh perusahaan kepada calon investor agar tertarik untuk menginvestasikan dananya di perusahaan tersebut. Salah satu pemberian sinyal yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan menerbitkan laporan good corporate governance dalam laporan tahunan mereka. Menurut Herawaty (2008) laporan good corporate governance dianggap mampu memberikan sinyal positif kepada calon investor dan investor lama.

Pemberian sinyal yang dilakukan perusahaan melalui penerbitan laporan keuangan tidak selamanya dilakukan atau diungkapkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Sulistyanto (2008) menyatakan bahwa dalam menerbitkan laporan keuangan, manajer perusahaan merekayasa informasi sedemikian rupa agar laporan keuangan yang disajikannya mampu menarik minat publik untuk merespon penawarannya secara positif. Upaya merekayasa informasi ini disebabkan laporan keuangan merupakan sumber informasi utama bagi investor yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan untuk menilai apakah perusahaan bersangkutan tepat untuk dijadikan tempat berinvestasi. Investor bahkan cenderung menggunakan laporan keuangan sebagai satu-satunya sumber informasi sebelum membuat keputusan membeli saham-saham yang


(33)

16

ditawarkan itu. Investor akan membeli saham-saham itu apabila melihat informasi yang disajikan dalam laporan keuangan cenderung positif dan prospektif. (Sulistyanto, 2008)

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian sinyal oleh manajer ditujukan untuk memberikan sinyal positif guna menarik perhatian calon investor baru. Namun, dalam praktiknya sinyal (informasi) yang diberikan oleh perusahaan merupakan rekayasa yang dilakukan oleh pihak manajer untuk membuat seolah-olah perusahaan memiliki kinerja yang sangat baik melalui hal yang tercermin dalam laporan keuangan.

3. Manajemen Laba

Menurut Sulistyanto (2008) dalam bukunya menjelaskan bahwa, manajemen laba merupakan upaya manajer untuk mempengaruhi informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.

Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggungjawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikkan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang (Yushita, 2010).

Menurut Schipper (1989) dalam Wiryadi dan Nurzi (2013) mendefinisikan manajemen laba merupakan intervensi manajemen dengan


(34)

17

sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi.

Healy dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa

stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk

mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

Menurut Fisher dan Rosenzweig dalam Sulistyanto (2008), “Earnings management is a action of a manager which serve to income (decrease) current reported earnings of the unit which the manager is responsible without generating a corresponding increase (decrease) in long-term economic profitability of the unit” atau yang berarti “Manajemen laba

adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang.

Dengan demikian, manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu tindakan manajemen yang mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga


(35)

18

dalam jangka panjang hal tersebut akan sangat menggangu bahkan membahayakan perusahaan.

Ada dua perspektif penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa manajemen laba dilakukan oleh seorang manajer (Sulistyanto, 2008) yaitu:

a. Perspektif Informasi. Merupakan pandangan yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan kebijakan manajerial untuk mengungkapkan harapan pribadi manajer tentang arus kas perusahaan dimasa depan.

b. Perspektif oportunitis. Merupakan pandangan yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan perilaku oportunis manajer untuk mengelabui investor dan memaksimalkan kesejahteraannya karena menguasai informasi lebih banyak dibandingkan pihak lain.

Kedua perspektif ini mempunyai hubungan sebab-akibat yang mendorong terjadinya manajemen laba. Artinya, manajemen laba sebenarnya merupakan upaya oportunis seseorang untuk mempengaruhi informasi yang disajikannya dengan memanfaatkan ketidaktahuan orang lain mengenai informasi yang sebenarnya.

Secara umum ada tiga kelompok model empiris manajemen laba yang diklasifikasikan atas dasar basis pengukuran yang digunakan (Sulistyanto, 2008) yaitu:


(36)

19

a. Discretionary accruals

Model manajemen laba ini dikembangkan oleh Heavly (1985), DeAngelo (1986), Jones (1991) serta Dechow, Sloan dan Sweeny (1995). Dari model discretionary accrual proksi yang sering digunakan adalah cross sectional modified Jones dari Dechow, Sloan dan Sweeny (1995) yaitu sisa regresi total akrual dari perubahan penjualan dan property, plant, and equipment, dimana pendapatan disesuaikan dengan perubahan piutang yang terjadi pada periode bersangkutan.

b. Spesifis Accruals

Yaitu pendekatan yang menghitung akrual sebagai proksi manajemen laba dengan menggunakan item laporan keuangan tertentu dari industri tertentu pula. Model ini dikembangkan oleh McNichols.

c. Distribution of earnings

Yaitu dengan menguji apakah frekuensi realisasi laba kuartalan yang merupakan bagian atas (bawah) laba yang besarnya nol, laba akhir kuartal dan forecast investor adalah lebih besar (kecil) daripada yang diharapkan. Model ini dikembangkan Degeorge et al (1999) serta Myers dan Skinner (1999).


(37)

20

Dari ketiga kelompok model empiris manajemen laba yang diklasifikasikan atas dasar basis pengukuran, model yang sering digunakan dalam penelitian adalah model discretionary accruals karena model tersebut dianggap paling sempurna dalam menggambarkan pola perhitungan manajemen laba yang dilakukan dalam suatu perusahaan.

4. Kualitas Audit

Terjadinya asimetris informasi antara principal dan agent mengharuskan adanya pihak ketiga yang dapat memeriksa laporan keuangan secara independen sehingga informasi yang terdapat di dalam laporan keungan dapat dijadikan sebagai acuan para pengambil keputusan dalam membuat keputusannya. Pihak ketiga yang dimaksud adalah auditor eksternal (auditor independen).

Sagara dan Jalil (2013) mengatakan bahwa auditor independen sering disebut juga dengan external auditor atau akuntan publik adalah seorang atau sekelompok orang yang bernaung dalam sebuah Kantor Akuntan yang memiliki kompetensi yang secara profesional memberikan jasa audit kepada pihak pelanggannya baik yang berbentuk perusahaan yang bertujuan untuk mendapatkan laba, lembaga-lembaga sosial seperti yayasan, lembaga-lembaga sosial seperti yayasan, lembaga-lembaga pemerintah ataupun perusahaan perseorangan. Terdapat lima opini yang dikeluarkan auditor kepada perusahaan yang diaudit (auditee), yaitu:

1. Opini wajar tanpa pengecualian


(38)

21

3. Opini wajar dengan pengecualian 4. Opini tidak wajar

5. Tidak memberikan opini (disclaimer).

Auditor independen yang bekerja di sebuah Kantor Akuntan Publik diharapkan dapat melihat kewajaran dari sebuah laporan keuangan dengan menghasilkan kualitas audit yang tinggi. Watkins et al. (2004) mengidentifikasi beberapa definisi kualitas audit. Di dalam literatur praktis, kualitas audit adalah seberapa sesuai audit dengan standar pengauditan. Terdapat beberapa penilaian yang digunakan untuk mengatakan sebuah laporan audit dikatakan berkualitas lebih tinggi atau tidak. Hussainey (2009) menyatakan bahwa kantor akuntan besar menyediakan kualitas laporan keuangan yang lebih tinggi daripada kantor akuntan kecil. Dunia mengakui bahwa terdapat empat kantor akuntan terbesar yang biasa disebut Big four, yaitu:

a. Deloitte Touche Tohmatsu b. PricewaterhouseCoopers c. Ernest & Young

d. KPMG (Klijnved, Peat, Marwick, Goerdeler)

5. Good Corporate Governance

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), mendefinisikan

GCG sebagai “salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. GCG berkaitan

erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara.”


(39)

22

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

No.PER-01/MBU/2011, menyatakan bahwa “Tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.”

PMK No.88/PMK.06/2015 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik di bawah Pembinaan dan Pengasawan Menteri Keuangan, menyatakan bahwa: “Tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) adalah suatu sistem yang dirancang untuk mengarahkan pengelolaan perusahaan perseroan berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran, untuk pencapaian penyelenggaraan kegiatan usaha yang memperhatikan kepentingan setiap pihak yang terkait dalam penyelenggaraan kegiatan usaha, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan praktik-praktik yang berlaku umum.”

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) merupakan suatu prinsip yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan dengan berlandaskan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam PMK No.88/PMK.06/2015 pasal (5), tata kelola perusahaan yang baik berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut:


(40)

23

a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

b. Kemandirian, yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

c. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

e. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa tata kelola yang perusahaan dapat diimplementasikan dengan baik apabila memenuhi lima prinsip good corporate governance, yaitu transaparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kewajaran.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa terdapat dua mekanisme yang dapat diterapkan dalam prinsip GCG, yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Kepemilikan manajerial adalah


(41)

24

kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan prosentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (Sujono dan Soebiantoro, 2007). Sedangkan kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008).

Penerapan good corporate governance dalam suatu perusahaan dapat dilihat secara langsung keberadaannya, yaitu dengan terdapatnya Dewan Komisaris yang diangkat dan diberhentikan oleh pemegang saham. PMK No.88/PMK.06/2015, mendefinisikan dewan komisaris adalah organ Persero yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.

Dalam pasal 14 PMK No.88/PMK.06/2015, menjelaskan mengenai pengangkatan dan pemberhentian direksi dan komisaris, yaitu:

1. Pemegang Saham melakukan pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris sesuai dengan peraturan perundangan dan anggaran dasar Persero.

2. Pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris berpedoman pada Peraturan Menteri yang mengatur mengenai persyaratan dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian Direksi


(42)

25

dan Komisaris perusahaan perseroan di bawah pembinaan dan pengawasan Menteri.

Dalam pasal 22, ayat (1) PMK No.88/PMK.06/2015, menjelaskan mengenai rapat Dewan Komisaris paling sedikit satu kali dalam satu bulan atau sewaktu-waktu apabila dipandang perlu oleh Komisaris Utama atas usul paling sedikit sepertiga dari jumlah anggota Dewan Komisaris atau atas permintaan tertulis dari Pemegang Saham dengan menyebutkan hal-hal yang akan dibicarakan.

Penilaian Dewan Komisaris sebagaimana pasal 24 ayat (1) sampai dengan ayat (3) PMK No.88/PMK.06/2015, sebagai berikut:

1. Indikator Pencapaian Kinerja merupakan ukuran penilaian atas keberhasilan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pengawasan clan pemberian nasihat oleh Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-unclangan clan/atau anggaran dasar.

2. Indikator Pencapaian Kinerja Dewan Komisaris ditetapkan RUPS setiap tahun berdasarkan usulan clari Dewan Komisarisyang bersangkutan.

3. Laporan perkembangan realisasi Indikator Pencapaian Kinerja disampaikan oleh Dewan Komisaris kepada para Pemegang Saham.


(43)

26

Dalam pasal 28, ayat (1) PMK No.88/PMK.06/2015, menyebutkan mengenai organ pendukung Dewan Komisaris, salah satunya adalah komite audit. Bapepam dan LK dalam Kep-643/BL/2012 Peraturan Nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite

Audit, menyatakan bahwa “Komite audit adalah komite yang dibentuk

oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu

melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris.”

Selain mengungkapan mengenai definisi komite audit, Bapepam dan LK dalam Kep-643/BL/2012 Peraturan No. IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit mengatur mengenai struktur dan keanggotaan komite audit, sebagai berikut:

a. Komite Audit paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik.

b. Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen.

Berdasarkan penjabaran Kep-643/BL/2012 Peraturan No. IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, diatur mengenai porsi anggota komite audit dan aturan mengenai bahwa komite audit harus diketuai oleh komisaris independen.


(44)

27 6. Pasar Modal

Samsul (2008) mendefinisikan pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun.

Undang-undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dalam

pasal 1 ayat (13) menyatakan bahwa “Pasar Modal adalah kegiatan yang

bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Tujuan dan manfaat pasar modal dapat dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu:

a. Sudut pandang negara. Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakkan perekonomian suatu negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara. Negara memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk mengatur bidang perekonomian tetapi tidak harus memilii perusahaan sendiri.

b. Sudut pandang emiten. Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal. Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah dan hal itu hanya bisa diperoleh di pasar modal.

c. Sudut pandang masyarakat. Pasar modal merupakan sarana yang baik untuk melakukan investasi dalam jumlah yang tidak terlalu besar bagi kebanyakan masyarakat. Jika pasar modal itu berjalan


(45)

28

dengan baik, jujur, pertumbuhannya stabil, dan harganya tidak terlalu bergejolak, maka sarana itu akan mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat. (Samsul, 2008)

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran yang menjadikan instrumen keuangan sebagai objek yang dipertukarkan, yang dilakukan dengan tujuan menggerakkan perekonomian (sudut padang negara), sarana mendapatkan tambahan modal (sudut pandang perusahaan) serta sarana untuk mendapatkan keuntungan dari investasi yang dilakukan (sudut pandang masyarakat).

Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa:

a. Saham. Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham dala buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS).

b. Obligasi. Obligasi adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada masyarakat yaitu di atas 3 tahun. Pihak yang membeli obligasi disebut sebagai pemegang obligasi (bondholder) dan pemegang obligasi akan menerima kupon


(46)

29

sebagai pendapatan dari obligasi yang dibayarkan setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali. Pada saat pelunasan obligasi oleh perusahaan, pemegang obligasi akan menerima kupon dan pokok obligasi. c. Bukti right. Bukti right adalah hak untuk membeli saham pada

harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Hak membeli itu dimiliki oleh pemegang saham lama.

d. Waran. Waran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Waran tidak saja dapat diberikan kepada pemegang saham lama, tetapi juga sering diberikan kepada pemegang obligasi sebagai pemanis pada saat perusahaan menerbitkan obligasi.

e. Indeks saham dan indeks obligasi. Indeks saham dan indeks obligasi adalah angka indeks yang diperdagangka untuk tujuan spekulasi dan lindung nilai (hedging). Perdagangan yang dilakukan tidak memerlukan penyerahan barang secara fisik, melainkan hanya perhitungan untung rugi dari selisih antara harga beli dan harga jual. Berbeda dengan saham, obligasi, bukti right, dan waran, indeks saham dan indeks obligasi diperdagangkan secara berjangka. Mekanisme perdagangan produk derrivative ini dilakukan secara future dan option. (Samsul, 2008)

Dalam UU RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 64, menjelaskan mengenai profesi penunjang pasar modal terdiri dari:


(47)

30

Akuntan, Konsultan hukum, Penilai, Notaris dan profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Dalam UU RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal bab VI, menjelaskan mengenai lembaga penunjang yang wajib mendapat persetujuan Bapepam sebelum berpraktik di pasar modal terdiri dari:Biro administrasi efek, Kustodian dan Wali amanat.

7. Return Saham

Gitman (2009) mendefinisikan returnsegai berikut “Return is the total gain or loss experience on an investment over a given period of time. It commonl measured as the change in value plus any cash distributing during period of time, expressed as a percentage of the beginning period invesment value”.

Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam konteks manajemen investasi tingkat keuntungan disebut sebagai return (Tandelilin, 2010).

Solechan (2010) menyatakan bahwa return saham merupakan income yang diperoleh oleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya di perusahaan tertentu.

Dalam konteks manajemen inevestasi, perlu dibedakan antara return harapan (expected return) dengan return aktual (realized return). Return harapan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa


(48)

31

datang. Sedangkan return aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu (Tandelilin, 2010).

Sedangkan, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan investor individual atau investor institusional atau trader atas investasi mereka atau sejumlah dan yang diinvestasikan dalam suatu perusahaan. Karakteristik saham antara lain dapat memperoleh dividen, meiliki hak suara dalam RUPS, dimungkinkan untuk memiliki Hak Memesan Efek dengan terlebih Dahulu (HMTED) atau right issue, dan terdapat potensial capital gain atau capital loss. (Azis, 2015)

Darmadji T.d (2001) dalam Azis (2015) ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, saham dibedakan atas:

a. Saham biasa (common stock). Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klain berdasarkan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. bila terjadi likuidasi, pemegang saham biasa yang mendapatkan prioritas paling akhir dalam pembagian dividen dari penjualan aset perusahaan. Ciri-ciri dari saham bisa adalah dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba, memiliki hak suara (one share one vote) dan hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan paling akhir apabila bangkrut setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. b. Saham preferen (preferred stock). Saham preferen merupakan


(49)

32

mengalami kerugian maka pemegang saham preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan aset. Saham preferen mempunai sifat gabungan antara gabungan obligasi dan saham biasa. Adapun ciri-ciri saham preferen yaitu: memiliki hak paling dahulu memperoleh dividen, tidak memiliki hak suara, dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus, memiliki hak pembayaran sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditur apabila perusahaan dilikuidasi.

Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik saham dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham). Selembar saham mempunyai nilai atau harga. Menurut Widiatmojo (2005) harga saham dapat dibedakan menjadi 3:

1. Harga nominal, harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.

2. Harga perdana, harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten.

3. Harga pasar, harga jual investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa.


(50)

33

Sedangkan faktor yang mempengaruhi harga saham dikemukakan oleh Weston dan Brigham (1993), yaitu:

1. Proyeksi laba per lembar saham 2. Saat diperoleh laba

3. Tingkat risiko dari proyeksi laba

4. Proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas 5. Kebijakan pembagian dividen

(Azis, 2015)

B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini terdapat dalam tabel 2.1.


(51)

(52)

(53)

(54)

(55)

(56)

(57)

40 C. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Bersambung pada halaman selanjutnya.

Basis Teori : Agency Theory dan Signaling Theory Aktivitas manajemen laba

dapat mengikis kepercayaan pengguna laporan keuangan atas informasi yang terdapat didalamnya yang berdampak

pada return saham perusahaan.

Terdapat ketidak-konsistenan hasil antara para peneliti

terdahulu.

GAP

Peran Good Corporate Governance dan Kualitas Audit dalam Memoderasi Hubungan Manajemen laba


(58)

41 Gambar 2.1 (lanjutan)

Kerangka Pemikiran

Manajemen Laba (X1)

Return saham (Y) Kualitas Audit

(Xmod)

Good Corporate Governance (Xmod)

- Kepemilikan Manajerial - Kepemilikan Institusional - Komite Audit

- Komisaris Independen

Metode Analisis: Regresi Moderate

Pembahasan


(59)

42 D. Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh Manajemen laba dengan Return Saham

Yocelyn dan Chrirtiawan (2012) melakukan penelitian tentang variabel-variabel yang dapat mempengaruhi return saham. Dalam penelitian tersebut, Ia meneliti tentang analisis pengaruh perubahan arus kas dan laba akuntamsi terhadap return saham pada perusahaan berkapitalisasi besar. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pengungkapan laba akuntansi berpengaruh sifnifikan terhadap return saham. Hal ini menandakan bahwa investor mempertimbangkan informasi laba akuntansi yang diungkapkan dalam laporan keuangan untuk membuat keputusan.

Bangun dan Safei (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh manajemen laba terhadap return saham pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four dan Non Big Four. Penelitian tersebut menemukan bahwa. manajemen laba memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini dapat diartikan jika tingkat aktivitas manajemen laba sebuah perusahaan tinggi, maka return saham yang rendah. Sebaliknya saat tingkat aktvitas manajemen laba sebuah perusahaan rendah, maka return saham tinggi.

Nuryaman (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh manajemen laba terhadap return saham, dalam penelitan tersebut ditemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara manajemen laba dengan return saham. Ferdiansyah dan Purnamasari (2012) metemukan


(60)

43

bahwa secara parsial manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Ketiga penelitian tersebut tidak selaras dengan Solechan (2010). Ia melakukan penelitian tentang pengaruh manajemen laba terhadap return saham, dan penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara manajemen laba dengan return saham.

Penelitan yang dilakukan oleh Bangun dan Safei (2011), Ferdiansyah dan Purnamasari (2012) dan Nuryaman (2013) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara manajemen laba terhadap return saham, sehingga dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

H1 = Manajemen laba berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

return saham.

2. Hubungan Manajemen Laba dengan Kualitas Audit terhadap Return Saham

Bangun dan Safei (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh manajemen laba terhadap return saham pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four dan Non Big Four, menemukan bahwa interaksi antara manajemen laba dengan kualitas audit memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini dapat diartikan KAP Big Four mampu mendeteksi adanya praktik manajemen laba lebih baik sehingga dapat meningkatkan return saham perusahaan.

Nurrohman dan Zulaikha (2013) menemukan bahwa kualitas audit memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return saham satu tahun ke depan. Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuryaman (2013),


(61)

44

menunjukkan bahwa ukuran KAP sebagai proksi dari kualitas audit dapat memoderasi secara positif dan signifikan hubungan manajemen laba dengan return saham,

Penelitian yang dilakukan oleh Bangun dan Safei (2011), Nurrohman dan Zulaikha (2013) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kualitas audit dengan return saham, dan penelitian yang dilakukan oleh Nuryaman (2013) bahwa kualitas audit mampu memoderasi pengaruh manajemen laba terhadap return saham, sehingga dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

H2 = Kualitas audit dapat memoderasi hubungan manajemen laba

terhadap return saham.

3. Hubungan Manajemen Laba dengan Kepemilikan Manajerial terhadap Return Saham

Sugiyanto (2011) melakukan penelitian tentang peningkatan return saham melalui penerapan good corporate governance dan menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh atau hubungan yang signifikan antara kepemilikan manajerial dengan return saham. Hal ini dapat diartikan bahwa adanya kepemilikan manajerial tidaklah signifikan terhadap return saham suatu perusahaan. Penelitian tersebut sejalan dengan Pertiwi dan Pratama (2012) yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial bukanlah variabel yang memoderasi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.


(62)

45 Namun, Sa’enz, et all. (2014) menemukan bahwa kepemilikan manajerial mampu mengurangi praktik/aktivitas manajemen laba. Hubungan antara kepemilikan manajerial dengan praktik manajemen laba ini dianggap berpengaruh terhadap return saham suatu perusahaan, sehingga dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

H3 = Kepemilikan manajerial dapat memoderasi hubungan

manajemen laba terhadap return saham.

4. Hubungan Manajemen Laba dengan Kepemilikan Institusional terhadap Return Saham

Herawaty (2008) melakukan penelitian tentang peran GCG sebagai moderating variable dari manajemen laba terhadap nilai perusahaan dan menemukan bahwa kepemilikan institusional (sebagai salah satu proksi good corporate governance) merupakan variabel pemoderasi hubungan manajemen laba dengan nilai perusahaan.

Ferdiansyah dan Purnamasari (2012) melakukan penelitian pengaruh manajemen laba terhadap return saham dengan kecerdesan investor yang diproksikan dengan kepemilikan institusional sebagai variabel moderasi. Hasil dari penelitian tesebut adalah kepemilikan institusional mampu memoderasi hubungan manajemen laba dengan return saham.

Ajiwanto dan Herawati (2013) melakukan penelitian pengaruh GCG terhadap return saham dan menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini dapat


(63)

46

diartikan, bahwa saat kepemilikan institusional suatu perusahaan tinggi maka return saham perusahaan tersebut juga akan meningkat.

Namun penelitian di atas tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nur’ainy (2009) dan Sugiyanto (2011) yang menemukan

bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara kepemilikan institusional dengan return saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008), Ferdiansyah dan Purnamasari (2012) serta Ajiwanto dan Herawati (2013) menunjukkan terdapat pengaruh antara kepemilikan institusional terhadap hubungan manajemen laba dengan return saham, sehingga dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

H4 = Kepemilikan institusional dapat memoderasi hubungan

manajemen laba terhadap return saham.

5. Hubungan Manajemen Laba dengan Komite Audit terhadap Return Saham

Herawaty (2008) melakukan penelitian tentang peran corporate

governance sebagai variabel moderasi dari pengaruh earnings

management terhadap nilai perusahaan, menemukan bahwa komite audit (sebagai salah satu proksi corporate governance) berhasil memoderasi hubungan earnings management terhadap nilai perusahaan.

Namun penelitian tersebut tidak sejalan dengan Melzatia (2004) yang menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara komite


(64)

47

audit (sebagai salah satu proksi GCG) dengan return saham. Hasil ini didukung oleh penelitian Ajiwanto dan Herawati (2013), yang juga menemukan bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Vinola Herawaty (2008) bahwa komite audit (sebagai salah satu proksi corporate governance) berhasil meoderasi/mampu memperlemah hubungan earnings management terhadap nilai perusahaan, sehingga dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

H5 = Komite audit dapat memoderasi hubungan manajemen laba

terhadap return saham.

6. Hubungan Manajemen Laba dengan Komisaris Independen terhadap Return Saham

Herawaty (2008) melakukan penelitian tentang peran corporate

governance sebagai variabel moderasi dari pengaruh earnings

management terhadap nilai perusahaan, menemukan bahwa komisaris independen (sebagai salah satu proksi corporate governance) berhasil memoderasi/mampu memperlemah hubungan earnings management terhadap nilai perusahaan, dengan kata lain komisaris independen mampu mengurangi pengaruh manajemen laba terhadap return saham.

Namun penelitian di atas tidak sejalan dengan Ajiwanto dan Herawati (2013), yang menemukan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Penelitian tersebut selaras dengan Sugiyanto (2011), menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh atau


(65)

48

hubungan yang signifikan antara good corporate governance dengan return saham. Kedua penelitian tersebut menjelaskan bahwa keberadaan komisaris independen tidak memiliki pengaruh terhadap return saham suatu perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Vinola Herawaty (2008) bahwa komisaris independen (sebagai salah satu proksi corporate governance) berhasil memoderasi/mampu memperlemah hubungan earnings management terhadap nilai perusahaan, sehingga dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

H6 = Komisaris independen dapat memoderasi hubungan manajemen


(66)

49 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan tipe penelitian kausalitas yang bertujuan untuk melihat hubungan yang bersifat sebab akibat (Sugiyono, 2008). Suryabrata (2013) mengungkapkan bahwa penelitian kausal bersifat ex post facto yang artinya bahwa data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung. Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti. Dengan kata lain, sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi (Sekaran, 2006). Adapun sampel pada penelitian ini perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling. Alasan digunakan teknik purposive sampling karena dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah sampel berdasarkan pertimbangan atau justifikasi tertentu sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono (2008) purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria yang ditetapka dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:


(67)

50

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.

2. Perusahaan yang menyajikan informasi laporan keuangan tahunan lengkap periode 2012-2014.

3. Perusahaan telah melakukan IPO minimal tahun 2011.

C. Metode Pengumpulan Data

Sifat data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dimana data-data diperoleh dari laporan keuangan Bursa Efek Indonesia menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan membaca dan meneliti melalui buku, jurnal, tesis, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

D. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

Statistif deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum dan minimum (Ghozali, 2009).

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2009).


(68)

51

Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance

0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2009).

b. Uji Autokolerasi

Uji autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokolerasi. Autokolerasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. (Ghozali, 2009)

Salah satu cara yang digunakan untuk mendetkasi ada atau tidaknya autokolerasi adalah dengan uji Durbin Watson. Dasar pengambilan keputusan adalah - .

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidasamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2009).


(69)

52

Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) dengan residualnya. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot (Ghozali, 2009).

Cara lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan mnggunakan uji statitistik, yaitu dengan melakukan uji glejser. Uji glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003 dalam Ghozali 2009). Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Dengan kata lain, suatu model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas saat nilai sig. lebih besar dari 0.05 dengan tingkat kepercayaan 5%.

d. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2009). Analisis grafik dapat dilihat melalui data histogram ataupun dengan melihat normal probability plot dimana distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan


(70)

53

mengikuti garis diagonalnya. Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal (Santoso, 2004).

3. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi

Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah gabungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2009), dengan persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + e

Dimana:

Y = Return saham a = Konstanta b = Koefisien regresi X1 = Manajemen laba

Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui: 1) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Niai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang


(71)

54

mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. (Ghozali, 2009)

2) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2009).

Menurut Santoso (2004) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima

atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel

independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.

b. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak

atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel

independen atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.

b. Moderated Regression Analysis (MRA)

Menurut Ghozali (2009), Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen) dengan rumus persamaannya sebagai berikut:


(72)

55

1) Y = a + b1X1 + b2X2 + b3 (X1X2) + e

2) Y = a + b1X1 + b2X3 + b3 (X1X3) + e

3) Y = a + b1X1 + b2X4 + b3 (X1X4) + e

4) Y = a + b1X1 + b2X5 + b3 (X1X5) + e

5) Y = a + b1X1 + b2X6 + b3 (X1X6) + e

Keterangan:

Y = Return saham

a = Konstanta b = Koefisien regresi X1 = Manajemen laba

X2 = Kualitas audit

X3 = Kepemilikan manajerial

X4 = Kepemilikan institusional

X5 = Komite audit

X6 = Komisaris independen

X1X2 = Variabel perkalian antara manajemen laba dengan kualitas

audit yang menggambarkan pengaruh variabel moderating kualitas audit terhadap hubungan manajemen laba dengan return saham.

X1X3 = Variabel perkalian antara manajemen laba dengan

kepemilikan manajerial yang menggambarkan pengaruh variabel moderating kepemilikan manajerial terhadap hubungan manajemen laba dengan return saham.


(1)

159

Variables Entered/Removeda

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 EM_AQ,

EM, AQb . Enter a. Dependent Variable: RS

b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted

R Square Std. Error of the Estimate

1 .235a .055 .044 .598152593158519 a. Predictors: (Constant), EM_AQ, EM, AQ

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5.306 3 1.769 4.943 .002b

Residual 90.878 254 .358

Total 96.184 257

a. Dependent Variable: RS

b. Predictors: (Constant), EM_AQ, EM, AQ

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .567 .115 4.918 .000

EM .062 .017 .320 3.596 .000

AQ -.364 .159 -.297 -2.282 .023

EM_AQ -.048 .024 -.299 -2.039 .043

a. Dependent Variable: RS

3.

Hipotesis 3

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN


(2)

160

/DEPENDENT Return_saham

/METHOD=ENTER Manajemen_Laba Kep_Manajerial EM_MNJR.

Variables Entered/Removeda

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 EM_MNJR, EM,

MNJRb . Enter

a. Dependent Variable: RS b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.264a .069 .058 .593604663095 300

a. Predictors: (Constant), EM_MNJR, EM, MNJR

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.683 3 2.228 6.322 .000b

Residual 89.501 254 .352

Total 96.184 257

a. Dependent Variable: RS

b. Predictors: (Constant), EM_MNJR, EM, MNJR

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .642 .118 5.441 .000

EM .072 .017 .371 4.175 .000

MNJR -.481 .159 -.394 -3.030 .003

EM_MNJR -.064 .024 -.391 -2.740 .007


(3)

161

4.

Hipotesis 4

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN

/DEPENDENT Return_saham

/METHOD=ENTER Manajemen_Laba Kepemilikan_Institusional EM_INST.

Variables Entered/Removeda

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 EM_INST,

INST, EMb . Enter

a. Dependent Variable: RS b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.214a .046 .035 .601119199953 920

a. Predictors: (Constant), EM_INST, INST, EM

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.402 3 1.467 4.061 .008b

Residual 91.781 254 .361

Total 96.184 257

a. Dependent Variable: RS

b. Predictors: (Constant), EM_INST, INST, EM

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.381 .534 -.713 .476


(4)

162

INST .156 .109 .205 1.434 .153

EM_INST .027 .017 .708 1.629 .105

a. Dependent Variable: RS

5.

Hipotesis 5

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN

/DEPENDENT Return_saham

/METHOD=ENTER Manajemen_Laba Komite_Audit EM_KMT.

Variables Entered/Removeda

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 EM_KMT, KMT,

EMb . Enter

a. Dependent Variable: RS b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.197a .039 .028 .603283421313 309

a. Predictors: (Constant), EM_KMT, KMT, EM

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.740 3 1.247 3.426 .018b

Residual 92.444 254 .364

Total 96.184 257

a. Dependent Variable: RS


(5)

163

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .925 .703 1.316 .189

EM .064 .082 .330 .778 .437

KMT -.163 .207 -.078 -.788 .431

EM_KMT -.008 .024 -.146 -.337 .736

a. Dependent Variable: RS

6.

Hipotesis 6

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN

/DEPENDENT Return_saham

/METHOD=ENTER Manajemen_Laba Komisaris_Independen EM_INDP.

Variables Entered/Removeda

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 EM_INDP,

INDP, EMb . Enter

a. Dependent Variable: RS b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.199a .040 .028 .603036331058 352


(6)

164

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.816 3 1.272 3.498 .016b

Residual 92.368 254 .364

Total 96.184 257

a. Dependent Variable: RS

b. Predictors: (Constant), EM_INDP, INDP, EM

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .244 .321 .760 .448

EM .037 .044 .193 .846 .398

INDP .342 .769 .061 .445 .657

EM_INDP -.001 .104 -.002 -.009 .993