21
3. Opini wajar dengan pengecualian 4. Opini tidak wajar
5. Tidak memberikan opini disclaimer. Auditor independen yang bekerja di sebuah Kantor Akuntan Publik
diharapkan dapat melihat kewajaran dari sebuah laporan keuangan dengan menghasilkan kualitas audit yang tinggi. Watkins et al. 2004
mengidentifikasi beberapa definisi kualitas audit. Di dalam literatur praktis, kualitas audit adalah seberapa sesuai audit dengan standar
pengauditan. Terdapat beberapa penilaian yang digunakan untuk mengatakan sebuah laporan audit dikatakan berkualitas lebih tinggi atau
tidak. Hussainey 2009 menyatakan bahwa kantor akuntan besar menyediakan kualitas laporan keuangan yang lebih tinggi daripada kantor
akuntan kecil. Dunia mengakui bahwa terdapat empat kantor akuntan terbesar yang biasa disebut Big four, yaitu:
a. Deloitte Touche Tohmatsu b. PricewaterhouseCoopers
c. Ernest Young d. KPMG Klijnved, Peat, Marwick, Goerdeler
5. Good Corporate Governance
Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG, mendefinisikan GCG sebagai “salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. GCG berkaitan
erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap ik
lim usaha di suatu negara.”
22
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No.PER- 01MBU2011, menyatakan bahwa “Tata kelola perusahaan yang baik
good corporate governance adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan
perundang- undangan dan etika berusaha.”
PMK No.88PMK.062015 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik di bawah Pembinaan dan Pengasawan Menteri Keuangan,
menyatakan bahwa: “Tata kelola perusahaan yang baik good corporate
governance adalah suatu sistem yang dirancang untuk mengarahkan
pengelolaan perusahaan
perseroan berdasarkan
prinsip-prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan
kewajaran, untuk pencapaian penyelenggaraan kegiatan usaha yang memperhatikan
kepentingan setiap
pihak yang
terkait dalam
penyelenggaraan kegiatan usaha, berlandaskan peraturan perundang- undangan dan praktik-praktik yang berlaku umum.
” Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tata kelola
perusahaan yang baik good corporate governance merupakan suatu prinsip yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan dengan berlandaskan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam PMK No.88PMK.062015 pasal 5, tata kelola perusahaan
yang baik berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
23
a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan. b. Kemandirian, yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruhtekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. c. Akuntabilitas,
yaitu kejelasan
fungsi pelaksanaan
dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif. d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip- prinsip korporasi yang sehat.
e. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak- hak Pemangku Kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian
dan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa tata kelola
yang perusahaan dapat diimplementasikan dengan baik apabila memenuhi lima prinsip good corporate governance, yaitu transaparansi, kemandirian,
akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kewajaran. Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa terdapat dua
mekanisme yang dapat diterapkan dalam prinsip GCG, yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Kepemilikan manajerial adalah
24
kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan prosentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen Sujono dan
Soebiantoro, 2007. Sedangkan kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga
seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain Tarjo, 2008.
Penerapan good corporate governance dalam suatu perusahaan dapat dilihat secara langsung keberadaannya, yaitu dengan terdapatnya Dewan
Komisaris yang diangkat dan diberhentikan oleh pemegang saham. PMK No.88PMK.062015, mendefinisikan dewan komisaris adalah organ
Persero yang bertugas melakukan pengawasan secara umum danatau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada
Direksi. Dalam pasal 14 PMK No.88PMK.062015, menjelaskan mengenai
pengangkatan dan pemberhentian direksi dan komisaris, yaitu: 1. Pemegang Saham melakukan pengangkatan dan pemberhentian
Direksi dan Komisaris sesuai dengan peraturan perundangan dan anggaran dasar Persero.
2. Pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris berpedoman pada Peraturan Menteri yang mengatur mengenai
persyaratan dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian Direksi
25
dan Komisaris perusahaan perseroan di bawah pembinaan dan pengawasan Menteri.
Dalam pasal 22, ayat 1 PMK No.88PMK.062015, menjelaskan mengenai rapat Dewan Komisaris paling sedikit satu kali dalam satu bulan
atau sewaktu-waktu apabila dipandang perlu oleh Komisaris Utama atas usul paling sedikit sepertiga dari jumlah anggota Dewan Komisaris atau
atas permintaan tertulis dari Pemegang Saham dengan menyebutkan hal- hal yang akan dibicarakan.
Penilaian Dewan Komisaris sebagaimana pasal 24 ayat 1 sampai dengan ayat 3 PMK No.88PMK.062015, sebagai berikut:
1. Indikator Pencapaian Kinerja merupakan ukuran penilaian atas keberhasilan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pengawasan
clan pemberian nasihat oleh Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-unclangan clanatau anggaran
dasar. 2. Indikator Pencapaian Kinerja Dewan Komisaris ditetapkan RUPS
setiap tahun berdasarkan usulan clari Dewan Komisarisyang bersangkutan.
3. Laporan perkembangan realisasi Indikator Pencapaian Kinerja disampaikan oleh Dewan Komisaris kepada para Pemegang
Saham.
26
Dalam pasal 28, ayat 1 PMK No.88PMK.062015, menyebutkan mengenai organ pendukung Dewan Komisaris, salah satunya adalah
komite audit. Bapepam dan LK dalam Kep-643BL2012 Peraturan Nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit, menyatakan bahwa “Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu
melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris.”
Selain mengungkapan mengenai definisi komite audit, Bapepam dan LK dalam Kep-643BL2012 Peraturan No. IX.I.5 tentang Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit mengatur mengenai
struktur dan keanggotaan komite audit, sebagai berikut:
a. Komite Audit paling kurang terdiri dari 3 tiga orang anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau
Perusahaan Publik. b. Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen.
Berdasarkan penjabaran Kep-643BL2012 Peraturan No. IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit,
diatur mengenai porsi anggota komite audit dan aturan mengenai bahwa komite audit harus diketuai oleh komisaris independen.
27
6. Pasar Modal