Pengendalian Hama Penyakit Pemanenan motong Luas Lahan X

60 air atau bibit yang mati karena dimakan keong. Jika terdapat bibit yang mati atau hilang maka dilakukan penyulaman dengan mengganti bibit yang mati atau hilang tersebut dengan bibit yang baru.

f. Pengendalian Hama Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan untuk mengurangi kerusakan tanaman akibat aktivitas organisme pengganggu. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida. Sebelum melakukan pengendalian hama dan penyakit, petani terlebih dahulu melakukan pengamatan terhadap tanaman. Tindakan pengendalian baru dilakukan jika tanaman terserang organisme pengganggu. Organisme pengganggu tanaman yang sering menyerang padi di daerah penelitian adalah walangsangit, tikus, belalang dan burung. Frekuensi penyemprotan disesuaikan dengan tingkat kerusakan yang dialami tanaman padi. Insektisida yang digunakan petani umumnya berbentuk cair yang dilarutkan dalam air seperti ripcor, decis, sidabas dan micinta. Selain insektisida cair, petani menggunakan pestisida padat yaitu furadan yang diberikan sebelum tanam. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari yaitu sebelum jam 11.00 atau pada sore hari yaitu setelah jam 15.00.

g. Pemanenan motong

Tahapan sebelum panen adalah tahap pembentukan kelopak daun, masa premodia dan pemasakan biji. Padi Bondoyudo memiliki kelopak daun 50 hingga 60 hari setelah tanam, masa premodia berbungaada bakal padimenjelang bunting 70 hingga 75 hari dan pemasakan biji masak susuk 90 hingga hari. Umur panen padi Bondoyudo adalah berumur 105 hingga 115 hari. Padi Bondoyudo dipanen dalam bentuk gabah yang disebut gabah kering panen GKP. Pemanenannya dilakukan dengan cara memotong batang padi dengan menggunakan arit. Padi yang sudah dipotong selanjutnya dirontokkan atau digebot dengan menggunakan gebotan proses ini dinamakan ngagebot dalam bahasa daerah.

6.2 Analisis Usahatani Padi Bondoyudo

Analisis usahatani dilakukan dengan menghitung tingkat pendapatan dan rasio RC usahatani padi Bondoyudo. Analisis usahatani yang dilakukan dalam 61 penelitian ini adalah terhadap petani pemilik dan penggarap yaitu petani yang mengusahakan atau menggarap lahan milik sendiri. Dari 40 responden petani responden terdapat dua orang petani penggarap yaitu lima persen dari jumlah total responden. Selain itu tiga orang adalah petani pemilik dan penggarap atau sebagian lahan yang diusahakan adalah lahan milik sendiri atau 7,5 persen dari total responden. Analisis yang dilakukan mengacu kepada konsep pendapatan atas biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai seperti biaya pembelian sarana produksi, biaya tenaga kerja luar keluarga dan pajak. Biaya total adalah biaya tunai ditambah dengan biaya yang diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang pengeluarannya tidak dalam bentuk tunai seperti penggunaan tenaga kerja keluarga, penyusutan peralatan dan sewa lahan.

6.2.1 Penerimaan Usahatani, Biaya dan Pendapatan Usahatani

Penerimaan petani berasal dari produksi gabah. Gabah yang dihasilkan adalah 4.935,9 kilogram per hektar dengan harga gabah Rp 2.000 per kilogram. Produktivitas padi Bondoyudo pada lokasi penelitian masih tergolong rendah dibandingkan dengan satandar produktivitas Bondoyudo berdasarkan Balai Penelitian Tanaman Padi yaitu sebesar 8,40 ton per hektar. Hal ini disebabkan teknik budidaya yang dilakukan petani yang kurang tepat misalnya jadwal pemupukan yang tidak tepat waktu. Selain itu pemeliharaan tanaman seperti penyiangan yang seharusnya dilakukan dua kali tetapi petani hanya melakukan satu kali bahkan ada juga petani yang tidak melakukan penyiangan. Biaya usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu komoditi atau produk baik secara tunai maupun diperhitungkan. Komponen biaya yang digunakan pada usahatani kedua varietas padi tersebut yaitu benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya seperti biaya penyusutan peralatan, pajak dan sewa lahan atau biaya imbangan penggunaan lahan. Biaya usahatani yang paling banyak dikeluarkan di lokasi penelitian adalah biaya tunai yaitu sebesar Rp 3.716.416 sedangkan biaya diperhitungkan yang dikeluarkan oleh petani adalah sebesar Rp 2.851.456. 62 Tabel 14. Rata-rata Pendapatan Usahatani dan RC Rasio Usahatani Padi Varietas Bondoyudo per Hektar per Musim Tanam No Uraian Nilai A Penerimaan kg 4.935,9 B Harga Rpkg 2.000 C Penerimaan 9.871.800 D Biaya Tunai - Benih - Pupuk - Obat-obatan - Tenaga kerja luar keluarga - Sewa Lahan - Pajak Total Biaya Tunai 26.030 715.830 296.843 2.096.600 540.293 40.820 3.716.416 E Biaya Diperhitungkan - Penyusutan - Sewa Lahan - Tenaga Kerja Keluarga - Benih subsidi Total Biaya Diperhitungkan 20.031 2.421.245 254.000 156.180 2.851.456 F Total Biaya 6.567.872 G Pendapatan Atas Biaya Tunai 6.311.564 H Pendapatan Atas Biaya Total 3.303.928 I RC atas Biaya Tunai 2,66 J RC atas Biaya Total 1,50 Komponen biaya tunai yang paling banyak dikeluarkan oleh petani adalah biaya tenaga kerja luar keluarga atau tenaga kerja upahan. Tenaga kerja luar keluarga terdiri dari tenaga kerja wanita dan pria yang dibayar langsung oleh petani untuk mengerjakan kegiatan usahatani yang disebabkan oleh tidak mencukupinya tenaga kerja keluarga dalam mengerjakan usahatani. Jenis lain yang termasuk tenaga kerja luar keluarga mesin dan ternak yang digunakan untuk pengolahan lahan yang diperoleh dengan cara sewa. Perhitungan biaya lahan terdapat dua sistem yaitu kontrak dan sewa. Sistem kontrak dibayar langsung di awal tahun sekaligus untuk biaya lahan satu 63 tahun. Biaya kontrak lahan berkisar antara tiga hingga lima juta per hektar per tahun tergantung kondisi lahan serta akses lahan ke saluran irigasi dan jalan. Sistem pembayaran pajak pada lahan kontrak tergantung kesepakatan kedua belah pihak, apakah pihak pemilik atau penggarap yang akan membayar pajak. Sistem sewa dibayar per musim tanam dengan besar pembayaran tiga juta per hetar per musim tanam. Berikut adalah perincian produksi, penerimaan, biaya, pendapatan dan RC rasio usahatani per hektar per musim tanam varietas padi Bondoyudo. Suatu usahatani dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan dan pengeluarannya bernilai positif. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran total. Pendapatan atas biaya tunai pada usahatani Bondoyudo adalah Rp 6.311.564 artinya pendapatan petani tanpa memperhitungkan biaya diperhitungkan sebesar Rp 6.311.564 per hektar per musim tanam. Sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp 3.303.928. Dilihat dari perbandingan antara penerimaan dan biaya RC Rasio atas biaya tunai dan biaya total dapat disimpulkan bahwa usahatani varietas padi Bondoyudo menguntungkan untuk diusahakan terbukti dengan nilai RC rasio terhadap biaya tunai dan biaya total yang bernilai lebih dari satu. Nilai RC rasio atas biaya tunai adalah 2,66. Artinya setiap pengeluaran biaya tunai satu satuan biaya akan menghasilkan penerimaan sebesar 2,66 satuan penerimaan. Nilai RC rasio atas biaya total adalah 1,50 artinya setiap pengeluaran satu satuan biaya total menghasilkan penerimaan 1,50 satuan penerimaan. Selisih RC rasio atas biaya tunai dengan RC rasio atas biaya total adalah 1,77 atau 177 persen. Ini menunjukkan bahwa biaya diperhitungkan pada usahatani tersebut cukup besar. Salah satu komponen biaya diperhitungkan yang memiliki nilai paling besar adalah biaya sewa lahan. Besarnya nilai sewa lahan pada biaya diperhitungkan dapat mengindikasikan bahwa sewa lahan pada daerah penelitian tergolong mahal. Hal ini terbukti dengan adanya perbedaan yang signifikan pada lahan sewa dengan lahan kontrak. Biaya lahan sewa adalah tiga juta rupiah per hektar per musim tanam. Sedangkan biaya lahan kontrak jauh lebih rendah yaitu antara tiga sampai lima juta per hektar per tahun. 64

6.2.2 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Bondoyudo

Model fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi regresi linier. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam model ini adalah luas lahan X 1 , benih X 2 , urea X 3 , NPK X 4 , TSP X 5 , pupuk organik X 6 , furadan X 7 , pestisida X 8 dan tenaga kerja X 9 . Semua faktor-faktor produksi tersebut merupakan peubah bebas yang akan menduga produksi padi Bondoyudo. Data penggunaan faktor produksi dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil regresi secara keseluruhan diperoleh fungsi produksi adalah Y = - 27 + 4080 X 1 + 130 X 2 - 1.0 X 3 - 4.02 X 4 - 14.9 X 5 + 2.2 X 6 - 14.3 X 7 - 134 X 8 + 0.50 X 9 . Berdasarkan pendugaan model linier berganda diperoleh kefisien determinasi R-Sq sebesar 93,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 93,6 persen variabel bebas dapat menjelaskan variabel tak bebas, dan sisanya 6,4 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Tabel 15. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Bondoyudo Variabel Koefisien regresi Standard Error Nilai t-hitung Peluang Konstanta -27 299,9 -0,09 0,929 Luas Lahan X 1 4.080 3017 1,35 0,186 Benih X 2 130 80,41 1,61 0,117 Urea X 3 -1 23,87 -0,04 0,967 NPK X 4 -4,02 5,501 -0,73 0,470 TSP X 5 -14,9 13,45 -1,11 0,276 Organik X 6 2,2 10,47 0,21 0,834 Furadan X 7 -14,3 55,27 -0,26 0,797 Pestisida X 8 -134 79,69 -1,68 0,102 Tenaga kerja X 9 0,50 5,028 0,10 0,922 Koefisien Determinasi : 93,6 ; F-Hitung : 48,82 Taraf Kepercayaan 90 persen : F-tabel = 3,17; α = 10 Taraf Kepercayaan 90 persen : t-tabel = 1,3095; α = 10 Taraf Kepercayaan 85 persen : t-tabel = 1,0541; α = 15 Nilai F-hitung sebesar 48,82 lebih besar dari nilai F-tabel pada selang kepercayaan 90 persen yaitu 3,17. Secara bersama-sama variabel-variabel bebas yang terdiri dari luas lahan X 1 , benih X 2 , urea X 3 , NPK X 4 , TSP X 5 , 65 pupuk organik X 6 , furadan X 7 , pestisida X 8 dan tenaga kerja X 9 berpengaruh nyata terhadap produksi padi Bondoyudo. Pengujian variabel secara parsial dilakukan dengan uji-t. Hasil dari uji-t menunjukkan bahwa secara parsial, faktor produksi luas lahan X 1 , benih X 2 dan pestisida X 8 berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Dimana nilai t-hitung masing-masing variabel lebih besar dari nilai t-tabel pada selang kepercayaan 90 persen. Sedangkan faktor produksi TSP X 5 dan tenaga kerja X 9 berpengruh nyata pada selang kepercayaan 85 persen. Hasil pendugaan model dengan metode OLS didapatkan hasil yang disajikan pada Tabel 15. Nilai koefisien dari masing-masing variael bebas atau faktor-faktor produksi ada yang bernilai negatip dan ada yang bernilai positip. Ini menandakan bahwa adanya penambahan atau pengurangan produksi jika menambah satu satuan salah satu faktor produksi. Pengaruh masing-masing faktor produksi adalah sebagai berikut:

a. Luas Lahan X

1 Berdasarkan uji parameter secara parsial, diketahui bahwa luas lahan berpengaruh nyata terhadap produksi padi Bondoyudo pada taraf nyata 90 persen. Koefisien regresi untuk faktor produksi luas lahan adalah 4.080, yang berarti bahwa penambahan luas lahan sebesar satu hektar dapat meningkatkan produksi padi Bondoyudo sebanyak 4.080 kilogram.

b. Benih X