Perumusan Masalah PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 kesejahteraan dan pendapatan petani terdiri dari. 5 Apabila tujuan tersebut tercapai maka Indonesia akan memiliki beras yang berdayasaing tinggi dengan stok yang mencukupi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, produk beras lokal tidak kalah bersaing dengan beras impor dan volume permintaan beras impor pun secara berangsur-angsur diharapkan menurun. Untuk itu, sistem tataniaga yang lebih tepat dan efisien diharapkan dapat berjalan dengan baik guna meningkatkan pendapatan petani serta menjamin posisi beras dalam negeri di pasar beras Indonesia. Usahatani dan tataniaga merupakan sub sistem yang terdapat pada sistem agribisnis dan kedua hal tersebut memiliki keterkaitan.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam rangka menciptakan ketersediaan pangan Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang besar, salah satu pulau yang dapat diandalkan dapat memenuhi kapasitas produksi beras adalah pulau Jawa. Pulau Jawa memiliki potensi lahan yang lebih baik dibandingkan luar pulau Jawa. Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa luas panen padi pulau Jawa lebih kecil dibandingkan dengan luar Jawa sementara produktivitas di pulau Jawa lebih tinggi, artinya pulau Jawa memiliki potensi yang besar dalam rangka meningkatkan produksi beras. Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi padi terbesar di Indonesia. Pada Lampiran 1 dapat dilihat bahwa Jawa Barat memiliki luas panen terbesar di Indonesia dengan produktivitas 56,07 kuintal per hektar. Salah satu kabupaten yang merupakan sentra produksi padi di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor. Tabel 3 menunjukkan bahwa luas panen padi di Kabupaten Bogor cenderung berfluktuasi sementara produksi dan produktivitas mengalami peningkatan. Ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor memiliki potensi sebagai sentra produksi padi. 5 Arah kebijakan pembangunan TPH dalam http:www.diperta.jabarprov.go.id diakses pada 25 Juni 2009 6 Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Kabupaten Bogor Tahun 2004 - 2008 Tahun Luas Panen ha Produksi ton Produktivitas kuha 2004 64.975 445.958 52,48 2005 79.636 419.339 52,66 2006 77.757 410.810 53,11 2007 86.888 448.724 56,25 2008 83.784 487.196 58,15 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2009 Salah satu Kecamatan di Bogor yang memberikan kontribusi dalam peningkatan produktivitas padi adalah Kecamatan Cibungbulang. Padi merupakan komoditas unggulan di Kecamatan Cibungbulang. Sejak tahun 2004 hingga tahun 2008, produktivitas padi di daerah ini mengalami peningkatan yang ditampilkan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa produktivitas padi di Kecamatan Cibungbulang berada di atas rata-rata produktivitas padi Kabupaten Bogor. Ini menunjukkan bahwa Kecamatan Cibungbulang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap produktivitas padi Kabupaten Bogor. Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Kecamatan Cibungbulang Tahun 2004 - 2008 Tahun Luas Panen ha Produksi ton Produktivitas kuha 2004 3.368 17.900 53,15 2005 3.091 16.766 54,24 2006 3.215 18.143 56,44 2007 3.618 21.497 59,42 2008 3.360 20.761 61,80 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2009 Permasalahan yang terjadi adalah pada tahun 2008 penyakit tungro mulai mewabah di Kecamatan Cibungbulang. Kecamatan Cibungbulang merupakan salah satu wilayah yang endemik penyakit tungro pada padi. Penyebaran penyakit tungro dapat menurunkan produktivitas tanaman padi. Ini menjadi ancaman bagi kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan ketersedian beras sebagai sumber pangan dan dapat menurunkan pendapatan petani. Saat ini pemerintah Kabupaten Bogor telah berupaya untuk mengatasi penyebaran penyakit tungro tersebut. Hal ini terkait dengan kebijakan pemerintah dari sisi on farm yang salah satunya adalah menciptakan varietas padi yang unggul. Varietas Bondoyudo merupakan salah satu varietas padi yang tahan tungro. Varietas Bondoyudo 7 merupakan varietas padi hasil persilangan IR72IR48525-100-14-2. Varietas Bondoyudo memiliki produktivitas 8,40 ton per hektar serta salah satu varietas yang tahan terhadap wereng coklat biotipe 3 dan tahan terhadap tungro. Dalam Rasahan et al 1999, varietas merupakan salah satu faktor pendorong produktivitas. Penggunaan varietas yang memiliki siat-sifat unggul yang diinginkan merupakan teknologi andalan yang secara luas dapat digunakan masyarakat dan relatif murah. Pengembangan varietas unggul melalui rekayasa genetik dapat menyediakan benih yang memiliki kualitas yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan harga yang terjangkau. Menggunakan varietas unggul secara luas memungkinkan Kabupaten Bogor menjadi sentra produksi padi dan memberikan kontribusi bagi Indonesia dalam mencapai swasembada beras. Pemerintah Kabupaten Bogor telah menganjurkan kepada petani untuk melakukan pergantian varietas tanaman padi dengan menggunakan varietas tahan tungro karena daerah Bogor merupakan daerah endemik tungro. Pengembangan varietas unggul ini dilakukan di beberapa kecamatan di daerah Bogor diantaranya Kecamatan Cibungbulang. Peluang pengembangan agribisnis padi khususnya Bondoyudo di Kecamatan Cibungbulang masih sangat terbuka mengingat potensi yang cukup besar untuk pengembangan komoditas tersebut. Kesesuaian ekosistem lahan pertanian di Kecamatan Cibungbulang baik kondisi iklim, tanah dan letak geografis merupakan faktor penting dalam memproduksi beras yang berkualitas. Selain itu ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas dan tenaga kerja pertanian yang cukup banyak juga merupakan potensi yang harus dimanfaatkan secara optimal. Dinas pertanian Kabupaten Bogor telah mendistribusikan varietas Bondoyudo kepada petani melalui Gabungan Kelompok Tani Gapoktan sejak akhir tahun 2008. Salah satu Gapoktan yang sudah berusahatani padi varietas Bondoyudo adalah Gapoktan Tani Bersatu. Hingga saat ini 70 persen atau 105 orang anggota Gapoktan Tani Bersatu telah menggunakan Varietas Bondoyudo dalam usahatani. Petani masih ragu-ragu untuk menggunakan varietas Bondoyudo walaupun sudah dianjurkan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena petani belum yakin dengan produktivitas dan tataniaga padi Bondoyudo. 8 Dalam Mubyarto 1972, sebanyak 80 persen dari total produksi padi Indonesia diperdagangkan oleh usaha-usaha tataniaga swasta dan selebihnya oleh Badan Urusan Logistik Bulog. Pada saluran swasta, petani menjual padigabah kepada para tengkulak atau pedagang kecil yang ada di desa-desa atau khusus datang dari kota. Beras yang diperdagangkan melalui saluran pemerintah Bulog yaitu dengan adanya kontrak pembelian minimum lima tahun dengan pedagang- pedagang beras kecil atau penggilingan-penggilingan padi di ibukota kabupaten atau propinsi. Sebagai bagian dari sistem agribisnis, usahatani dan tataniaga memiliki keterkaitan. Analisis usahatani dan tataniaga sangat bermanfaat bagi petani, pemerintah dan lembaga-lembaga lain yang terkait. Untuk itulah penelitian mengenai usahatani dan tataniaga padi varietas unggul tahan tungro seperti Bondoyudo perlu untuk dilakukan. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini antara lain : 1. Bagaimana keragaan usahatani padi Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu Kecamatan Cibungbulang? 2. Bagaimana pendapatan usahatani padi Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu Kecamatan Cibungbulang? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani padi Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu Kecamatan Cibungbulang? 4. Bagaimana efisiensi tataniaga beras Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu Kecamatan Cibungbulang?

1.3 Tujuan Penelitian